ADA suatu ungkapan bijak yang berkata: “Kita boleh takut saat melewati kegelapan, tapi kalau tidak melewatinya, kita takkan pernah sampai pada terang yang kita harapkan”. Tidak dapat dipungkiri
bahwa banyak orang yang takut pada kegelapan bahkan ada yang fobia gelap. Tetapi jika kita tidak pernah berada dalam situasi gelap maka kita tidak dapat membandingkannya dengan terang. Dari ungkapan bijak di atas maka benarlah adanya kalau kita boleh takut tapi tidak boleh lari dari kegelapan. Karena mungkin saja gelap yang kita lewati akan membawa pada terang yakni sebuah kemenangan atau sebuah keberhasilan.
Hal ini juga yang dilakukan TUHAN kepada Abram dalam janji-Nya yang masih nanti. Walaupun masih nanti Abram tetap percaya. Bahkan janji ini terlihat keunikannya. Sebab TUHAN berjanji akan ada keturunan bagi Abram tapi kemudian setelah menjadi satu bangsa yang besar mereka malah akan diperbudak oleh bangsa lain. Perkataan TUHAN ini datang kepada Abram saat ia tidur nyenyak dan gelap gulita yang mengerikan meliputinya. Keadaan ini tentu mempunyai maksud dengan pesan yang hendak disampaikan TUHAN. Dalam gelap gulita itu maka TUHAN menyatakan akan ada kegelapan bagi keturunan Abram. Kegelapan ini terjadi karena bangsa Israel, keturunan Abram akan diperbudak bahkan dianiaya oleh bangsa lain. Penindasan ini terjadi bukan di tanah mereka tapi di tanah bangsa lain. Hal ini mengindikasikan akan ada proses yang luar biasa dari TUHAN. Proses terhadap bangsa pilihan, umat kesayanganNya.
Dengan demikian kita pun sebagai orang muda harus belajar memahami proses TUHAN dalam hidup kita. Ada saat mungkin terlihat gelap dan menakutkan bahkan mengerikan. Tapi apakah dengan situasi-situasi seperti itu akan membuat iman kita menjadi gelap. Apakah dengan demikian membuat kita berubah arah dan berbalik dari TUHAN? Ataukah kita dengan yakin mengatakan sebagaimana ungkapan pemazmur yang berkata, “Ujilah aku Ya TUHAN dan cobalah aku. Selidikilan batinku dan hatiku”, (Mzm. 26:2). Amin (ARMI)