Penulis : Pdt. Belly F. Pangemanan, M.Th.
SOBAT obor, kitab Keluaran dapat dibagi menjadi tiga bagian. Sebagian besar cerita dalam bagian pertama (1-13) terjadi di Mesir, di mana orang Israel diperbudak oleh Firaun. Tuhan mendengar teriak mereka minta tolong dan kemudian mengutus Musa membebaskan mereka. Musa sendiri adalah seorang Israel yang pada saat itu menjadi anak angkat seorang putri Firaun. Ketika Musa menghadap Firaun meminta agar bangsa Israel dibebaskan, dengan tegas Firaun menolak. Namun, Tuhan memerintahkan Musa mendatangkan sepuluh bencana ke atas tanah Mesir. Dengan bencana-bencana yang kemudian dikenal dengan “Sepuluh Tulah” itu, Firaun akhirnya melepaskan bangsa Israel pergi. Bagian kedua (14-18) menceritakan bagaimana umat Israel dalam perjalanan menuju Gunung Tuhan, Gunung Sinai, atau Gunung Horeb. Bagian akhir dari kitab Keluaran (19-40), termasuk bacaan kita saat ini, terjadi di Gunung Sinai dimana Tuhan menampakkan diri kepada Musa. Tuhan memberikan Sepuluh Hukum dan juga berbagai peraturan lainnya.
Setelah tiga bulan keluar dari Mesir dan menjadi bangsa pengembara di padang gurun,sampailah bangsa Israel di padanggurunSina (Kel 19:1). Mereka pun berkemah di dataran kaki gunung itu, dan dari situ puncakgunungdapatdilihat(ke119:16,18,20).
Di Gunung Sinai, Allah mengikat perjanjian dengan umat-Nya; “Beginilah kau katakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel: kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu diatas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengar firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel” (Kel 19:3-6).
Di Gunung Sinai bangsa Israel menyaksikan kemahakuasaan dan kekudusan Allah. Bangsa Israel diharuskan untuk menguduskan diri, memasang batas supaya bangsa Israel tidak mendekati Gunung Tuhan agar mereka tidak binasa. Pada hari ketiga ketika bangsa Israel menguduskan diri terjadilah peristiwa yang ajaib. Pada waktu terbit fajar, ada guruh, kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena Tuhan turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Lalu turunlah Tuhan ke atas Gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka Tuhan memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas.
Sobat obor, mari kita membayangkan peristiwa ajaib yang terjadi saat itu; sangat ajaib dan menakutkan. Ketika menyaksikan peristiwa itu, Keluaran 20:18 memberikan kesaksian tentang perasaan yang dirasakan umat Israel. Bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. Ibrani 12:21 juga memberikan kesaksian tentang perasaan Musa ketika menyaksiakan peristiwa ajaib yang terjadi di Gunung Sinai; aku sangat ketakutan dan sangat gemetar. Sobat obor, perbuatan tangan Tuhan membebaskan bangsa Israel di Mesir menjadi bukti kemahakuasaan Tuhan Allah. peristiwa ajaib di Sinai menggambarkan kekudusan dan kemahakuasaan Allah. Peristiwa-peristawa ajaib yang dilakukan Allah ditengah kehidupan umat Israel seharusnya membawa umat Israel hidup kudus dan berkenan kepada-Nya. Allah yang kudus menghendaki umat-Nya untuk hidup Kudus. Sepuluh firman yang disampaikan Allah di gunung Sinai menjadi pedoman bagi umat Tuhan untuk hidup kudus. Janji Allah diiringi dengan kesepuluh firman yang harus ditaati umat-Nya.
Bagaimana respon umat Tuhan mengenai janji dan kesepuluh firman yang disampaikan kepada mereka? Umat merespon firman Tuhan dan segala peraturan itu dengan berkata; “segala firman yang telah diucapkan Tuhan itu, akan kami lakukan” (Kel. 24:3). Sobat obor, firman Tuhan adalah pedoman kehidupan. Firman ini mengingatkan kita untuk hidup kudus dan berkenan pada-Nya. Bagaimana hidup berkenan dihadapan-Nya? Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Luk:10:27). Amin (fpk)