Penulis : Pdt Belly F. Pangemanan M.Th.
SOBAT obor, apakah kita pernah mendengar kisah-kisah tentang penemuan harta karun? Atau mungkin tentang penjelajahan demi menemukan harta karun tersembunyi? Biasanya, orang-orang berburu harta karun di tempat-tempat yang sulit dijelajahi. Misalnya di tempat seperti lembah yang curam, gunung yang tinggi atau lautan yang dalam. Betapa berharga harta karun tersebut sehingga disimpan ditempat yang sulit ditemukan agar tidak mudah ditemukan orang.
Sobat obor, bagaimana dengan kita? Jika ditanya dimana kita menyimpan harta atau barang yang berharga kita? Di tengah maraknya tindakan kriminalitas, kita mungkin menyimpan rasa was-was. Ada resiko kehilangan. Harta benda yang telah terkumpul bertahun-tahun dengan susah payah dapat lenyap dalam sekejap jika tidak hati-hati. Bayangan akan perampokan memang menghantui ketika menyimpan benda-benda berharga di rumah. Oleh karena itu, barangbarang seperti uang tunai, perhiasan, berlian, surat-surat penting, dan beberapa barang mewah lainnya perlu disimpan secara khusus oleh seseorang di rumahnya. Resiko lainnya juga jika menyimpan harta berharga di tempat yang tidak baik adalah rusak. Mungkin kita pernah melihat sebuah video di media sosial yang memperlihatkan uang tunai yang rusak dimakan rayap karena disimpan di bawah kasur. Untuk menghindari hal serupa, pihak terkait mengingatkan agar masyarakat mulai menabung di Bank. Terlebih saat ini dengan teknologi sudah mudah untuk membuka rekening Bank. Menyimpan uang di Bank dinilai bisa menjadi tempat yang aman.
Sobat obor, ketika belajar tentang Rasul Paulus, maka kita akan sepakat bahwa ia adalah Rasul yang hebat. Hal ini disebabkan dari kesaksian Alkitab menunjukkan semangat pelayanannya yang tak kunjung padam. Semangatnya itu jugalah yang
menghantar ia memberitakan Injil ke berbagai tempat. Kita tentu tahu, bahwa sebelum menjadi pengikut Kristus ia adalah pembunuh pengikut Kristus. Perjumpaannya dengan Kristus telah merubah arah hidupnya. Olehnya pelayanan yang diterimanya, disadari sebagai kemurahan Allah baginya. Paulus menolak perbuatan-perbuatan tersembunyi yang memalukan, ia tidak mau berlaku licik dan memalsukan firman Allah. Berita yang dibawa oleh Paulus adalah berita yang akan menyelamatkan manusia. Berita Injil inilah yang seperti harta rohani yang selalu dibawah. Suatu harta rohani yang berharga dan mulia.
Sobat obor, mendapatkan kepercayaan untuk membawa harta yang berharga tentu tidaklah mudah sebab ada tanggungjawab yang besar. Inilah yang disadari Paulus, yang ia gambarkan bagaikan bejana tanah liat yang rapuh dan mudah pecah namun menyimpan harta rohani yang bersifat kekal. Bagaimana mungkin seseorang menyimpan harta yang berharga dan mulia ditempat yang mudah rusak? Ini tentu beresiko namun inilah yang Tuhan lakukan, “Harta Rohani” tersebut tidak ditempatkan pada wadah yang bagus dan mahal, melainkan hanya ditempatkan pada bejana tanah liat saja (ay. 7a). Dengan kata lain Paulus mau berkata bahwa dalam hal ini keselamatan yang luar biasa berharga itu tidak dipercayakan kepada orang-orang yang hebat dan tanpa cela, tetapi justru dipercayakan kepada Paulus, seorang biasa yang justru memiliki masa lalu yang kelam sebagai penganiaya jemaat, seorang manusia yang rentan dan rapuh. Di dalam kelemahan itulah nampak kekuatan yang berlimpah-limpah dari Allah (ayat 7b). Bejana tanah liat itu takkan dibiarkan pecah oleh pemiliknya, jika didalamnya ada harta berharga yang tersimpan. Bejana itu menjadi penting, karena isinya. Maka menjadi jelas bagi kita, mengapa Paulus dapat menghadapi penindasan, penganiayaan, dan kesengsaraan yang lain di dalam hidupnya karena ada Tuhan (ayat 7- 9).
Sobat obor, kita menyadari bahwa kita bagaikan “bejana tanah liat” itu; yang lemah, rapuh dan bahkan bisa hancur. Tetapi justru didalam kerentanan itu, kita terpanggil untuk memberitakan kabar baik melalui perjalanan kehidupan kita. Paulus menunjukkan kepada kita bahwa, “justru dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna”. Semakin kita menyadari kelemahan kita, semakin kita mencari Dia dan makin bergantung kepada-Nya. Semakin kita mendekat, Dia semakin mendekap kita. Bersyukurlah sebab di dalam kelemahan dan kerapuhan kita ada kepercayaan dan tersimpan suatu “Harta Rohani” yang mulia. Amin. (bfp)