Jemaat yang diberkati Tuhan, di Minggu Sengsara yang ke-III ini kita dihantar dengan tema “Iman Jangan Gugur Ketika Ditampi” lewat pembacaan Injil Lukas 22:24-38.
Kata gugur disini, merujuk pada perjuangan yang sementara kita jalani, yang sering digambarkan sebagai tantangan dan rintangan baik secara pibadi maupun dalam keluarga jemaat bahkan masyarakat. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tampi, atau Ditampi adalah untuk membersihkan, menapis, menyaring, atau mengayak. Ini sama seperti ketika akan membersihkan padi, gandum, atau kedelai, dan lain sebagainya. Sehingga “Tampi” dimaksudkan ialah untuk memisahkan atau membersihkan dari kotoran. Artinya Iman kita jangan sampai gugur karena rintangan dan tantangan bahkan cobaan yang kita hadapai, karena kita sementara diproses, sebab tantangan dan rintangan yang kita alami adalah alat utuk “menampi” kita sehingga kita tidak gugur, dan terbebas dari berbagai belenggu yang mengikat kita.
Firman yang kita baca dan renungkan dalam Injil Lukas Pasal 22:24-38, menurut tradisi gereja ditulis oleh seorang tabib atau dokter yang bernama Lukas. Ia adalah seorang non-Yahudi, yang juga merupakan teman perjalanan dari Paulus dalam Misi Penginjilan. Lukas menulis 2 kitab yaitu Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, dan tulisan dari Lukas ini ditujukan kepada seorang yang terkemuka pada waktu itu yang juga seorang pemerintah yang jadi percaya kepada Yesus Kristus. Lukas menceritakan bagaimana karya penyelamatan Allah didalam Yesus Kristus dengan begitu detailnya. Khusus untuk pasal 22:24-38, merupakan rangkaian cerita dari peristiwa Perjamuan Malam dimana Yesus dan murid-murid-Nya sedang ada dalam makan dan minum bersama dan sebelum Yesus ditangkap.
Peristiwa Perjamuan Malam ini menjadi titik dimana para murid mulai ada dalam perdebatan mengenai siapa yang tersebar diantara mereka. Namun para murid belum memahami apa maksud dari semua ini, mereka justru memahami Kerajaan Sorga, diartikan sama sepeti kerajaan yang ada di dunia. Namun, Yesus memberikan pemahaman bahwa peran para murid ialah untuk melayani sesama. Tak seperti para raja dan penguasa yang memerintah rakyat, tapi mereka dituntut untuk menajdi pelayan. Yesus sendiri mencoba memberikan pemahaman tentang hal Kerajaan Sorga kepada murid-murid-Nya. Bahkan Yesus pun secara spesifik menegur dan menasehati Simon mengenai imannya. Karena Yesus mengetahui apa yang akan terjadi, namun Simon sendiripun tidak paham, malahan bersikeras bahkan rela mati.
Kenyataan yang terjadi adalah Ketika Yesus telah ditangkap, dan Simon Petrus mengikuti dari belakang, ada beberapa orang yang mengenal dia, dan bertanya kepada dia, namun Simon membantah, dan setelah tiga kali ia membantah, maka berkokoklah ayam, dan ia teringat akan apa yang telah di katakan oleh Yesus kepadanya. Dan bahkan Yesus-pun terus mengingatkan mereka dan terus memberikan pemahaman kepada para murid agar memahami apa yang akan terjadi. Bahkan sampai dititik dimana Yesus akan ditangkap, para murid belum memahami dan mengenal dengan baik sosok Yesus yang bersama-sama dengan mereka dalam karya pekabaran injil dan karya penyelamatan. Sehingga pada ayat-ayat terakhir Yesus memberikan nasihat bagi para murid untuk berjaga-jaga dan bersiap menghadapi hari-hari terakhir, sebab ke-iman-an mereka akan diuji dan tergoncang.
Jemaat yang diberkati Tuhan, meskipun tiga tahun bersama dengan Yesus rupanya tidak menjamin para murid memahami penuh karya selamat yang hendak dikerjakan Yesus, sehingga ketika iman mereka ditampi dengan berbagai tantangan dan cobaan, mereka masih sering goyah, dan bahkan sampai jatuh, salah satu murid yang terkenal yang menghianati Yesus dan menjualnya dengan harga 30 keping perak yakni Yudas, dia rela menjual Guru-nya (Yesus) hanya demi uang. Simon Petrus, yang ucapannya meyakinkan sekali-kali imannya tidak akan goyah, ketika ada dalam tekanan rela menyangkal Yesus dihadapan orang banyak bahkan sampai pada karya penyelamatan dalam kebangkitan, masih saja memerlukan bukti bahwa memang Yesus telah bangkit, yaitu Thomas.
Jemaat yang diberkati Tuhan, ada beberapa hal yang bisa kita lihat lewat pembacaan kita saat ini. Jabatan pelayanan adalah bentuk ke-rela-an hati demi kemuliaan Tuhan, Yesus memberikan pemahaman tentang hal Kerajaan Sorga kepada para murid, agar didalam diri mereka tidak ada rasa kesombongan dan iri hati, karena jabatan pelayanan yang mereka terima adalah bentuk kerelaan mereka dalam pekabaran Injil. Bukan menjadikan jabatan pelayanan sebagai batu loncatan demi mencapai apa yang personal (pribadi) harapkan, bukan mencari kehormatan di tengah jemaat bahkan masyarakat, tetapi menjadi seorang pelayan (budak, jongos, hamba) yang benar-benar memiliki ketulusan hati untuk kemuliaan Tuhan.
Teguhkan dan kuatkan hatimu; Yesus sendiri telah memperingatkan Petrus, mengenai imannya akan tergoncang, bahkan respon Petrus bahwa ia rela dipenjara dan rela mati, namun kenyataannya ketika Yesus telah ditangkap dan Petrus mengikuti dari belakang, ia dikenali oleh beberapa orang, dan akhirnya imannya di uji, dan teringat akan perkataan Yesus, “sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali”. Ketika kita ada dalam posisi aman, seringkali kata-kata yang meyakinkan terdengar indah ditelinga, namun Ketika kita ada dalam tekanan yang menyudutkan kita, seringkali kita menyangkal dan main aman, seolah kita tak tahu apa-apa, hanya untuk mengamankan diri kita sendiri.
Persiapkan diri menghadapi segala sesuatu; ada pepatah yang mengungkapkan “Sedia payung sebelum hujan” mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Yesus telah mengingatkan dan menyiapkan para murid untuk berjaga-jaga, karena situasi yang akan mereka alami jauh lebih sulit ketimbang ketika Yesus bersama-sama dengan mereka, walaupun sebenarnya esensi yang diungkapkan Yesus adalah ketika kita serius dalam pelayanan maka semuanya akan disiapkan, dan kita tidak akan berkekurangan. Seperti banyak ungkapan yang mengatakan “Kalo Tuhan so utus, Tuhan pasti mo urus”. Namun karena tekanan hidup dan gengsi hidup yang tinggi maka kita sering terjebak dengan situasi dan kondisi yang sulit, sehingga kita melupakan janji pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan kita.
Jemaat yang diberkati Tuhan, diera kemajuan teknologi 4.0 saat ini, seringkali iman kita goyah bahkan gugur, kemajuan dan kecepatan informasi yang yang dapat di akses dengan cepat, ternyata bisa mempengaruhi juga ke-iman-an kita. Itu bisa kita lihat dari ada begitu banyak konten-konten rohani yang tidak sesuai dengan ajaran’dogma GMIM kita saat ini. Dan inilah yang menjadi salah satu tantangan gereja saat ini, Ketika para generasi muda haus akan informasi termasuk soal ajaran gereja. Internet menjadi solusi tercepat, dan akibat dari situ, ada begitu banyak pemahaman tentang ajaran’dogma yang tidak sesuai dengan ajaran GMIM. Bukan hanya itu saja, situasi ekonomi yang tidak stabil sering kali membuat kita goyah, iming-iming mendapatkan jabatan yang strategis, namun harus menjual Yesus, tekanan ekonomi soal makan “kampung tenga” mengakibatkan kekerasan dan pencurian. Bahkan mungkin persoalan social politik yang mulai terasa saat ini. Apalagi kita sekalian sering mendengar tentang krisis-krisis yang akan melanda Indonesia bahkan dunia, membuat situasi yang seolah menakutkan dan mengancam diri kita. Sehingga pemerintah bahkan gereja telah membuat program GMIM Menanam dan Beternak menjadi bukti kesaksian warga gereja ,bukan hanya menjadi pendengar firman namun menjadi pelaku firman, sebagai bukti agar Iman kita tidak gugur ketika ditampi/ditapis lewat tantangan dan pergumulan hidup. Amin