Bacaan Alkitab : 1 Tawarikh 6:31-53
(Oleh Pdt. Marsyelin Hoke, M.Th. Penulis adalah pendeta Jemaat GMIM Yobel Girian Wilayah Bitung Tiga)
KITA ada di era kompetisi. Baik dibidang pendidikan, kerja atau usaha bahkan dalam lingkup pelayanan gereja Tuhan.
Semua ingin terlihat mampu sehingga mendapat pengakuan HEBAT!, MANTAP!, SUKSES! dan berbagai predikat lainnya. Itulah sebabnya semua berlomba-lomba menghadirkan konsep-konsep baru agar terlihat inovatif dan kreatif.
Hal-hal dikemukakan tadi bukanlah konsep yang salah, karena kita sedang berusaha untuk bisa tampil sesuai dengan apa yang di butuhkan berdasarkan waktu dan tempat dimana kita berkarya.
Membaca 1 Tawarikh 6:31-53, tertulis tentang silsilah keluarga sebagaimana yang telah ditetapkan untuk menjadi “Abdi Allah” dalam pelayanan di rumah Tuhan yang di awali dari salah satu keturunan Yakub yaitu Lewi yang kemudian dilanjutkan oleh 3 anaknya yaitu Gerson, Kehat dan Merari. Salah satu dari anak Lewi yaitu Kehat yang memperanakan Amran dan Amran memperanakan Harun, Musa dan Miryam. Harun dan anak-anaknya yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar adalah merupakan ‘cikal-bakal’ keluarga Imam yang melayani di kemah/Rumah Tuhan sebagai penyelengggara ibadah.
Hal yang perlu di pahami disini adalah, bagaimana Tuhan menghadirkan hikmat kepada keturunan Lewi untuk melakukan pekerjaan pelayanan di rumah Tuhan dengan baik dan teratur, bukan hanya sekedar terlihat ada dan bekerja tetapi bagaimana kerja pelayanan itu dilakukan dengan sukacita dan menjadi berkat dalam kehidupan jemaat atau bisa dikatakan kerja yang berkualitas atau nyanda asal jadi.
Kerja yang berkualitas ditunjang oleh potensi diri dan pemberian diri. Itulah sebabnya ada pembagian kerja dalam kumpulan keluarga Lewi, yakni :
1. Kaum Gerson bertanggungjawab untuk mengurus kemah Suci dan tudungnya,layar pelataran dan tirai pintu kemah pertemuan di sekeliling Kemah Suci dan Mezbah (Bil. 3:25-26)
2. Kaum Kehat bertanggungjawab atas barang-barang kudus seperti Tabut, Meja Kandil, mezbah-mezbah, perkakas tempat kudus yang dipakai untuk penyelenggaraan ibadah. (Bil. 3:27-32)
3. Kaum Merari bertanggungjawab untuk Papan Kemah Suci, Kayu lintang, tiang-tiangnya, alasnya dan segala perabotannya (Bil. 3:33-37).
Selain tugas yang ditetapkan tadi, ada yang secara khusus di tetapkan sebagai penyelenggara ibadah di dalamnya berkewajiban membakar korban di mezbah pembakaran ukupan seperti yang ditugaskan kepada Harun dan anak-anaknya (1 Taw. 6:49) mereka inilah yang digolongkan sebagai Imam.
Sedangkan untuk memimpin pujian di rumah Tuhan sebagaimana yang telah diatur sejak zaman raja Daud (1 Taw. 6:32-47) mereka adalah keturunan Kehat dari anaknya Heman dan dilanjutkan oleh Yoel bin Samuel bin Elkana. Samuel adalah salah satu tokoh muda yang dipilih Allah untuk menjadi pekerjanNya.
Menjaga suatu kualitas kerja yang telah diwariskan dan terus ditekuni seperti yang dilakukan oleh keturunan Lewi,bukanlah hal yang mudah. Sebab melakukan sesuatu yang sama secara terus-menerus dalam rentan waktu yang panjang bahkan berhenti saat kita menutup mata kemudian dilanjutkan oleh keturunan selanjutnya secara berkelanjutan bukanlah suatu hal yang gampang.
Kalau di katakan gampang/mudah dikarenakan pekerjaan ini telah dilakukan turun-temurun, orang Manado bilang “So pernah lei, so salalu kwa”, sehingga memungkinkan kita terjebak pada situasi yang disebut menganggap remeh kualitas/mutu dari hasil kerja kita, munculo sikap pandang enteng. Tak jarang kita menjadi acuh atau masa bodoh dengan alasan jenuh, bosan.
Menjaga kualitas kerja berarti kita menjaga kepercayaan; Karena kita tidak pernah berhenti menghasilkan karya terbaik. Sebagai orang-orang yang dipilih untuk dilibatkan dalam pekerjaanNya, sudahkah kita melakukannya dengan sukacita semua yang menjadi tanggungjawab dalam pelayanan ini?
Saat pelaksanaan Ibadah, adakah kita mempersiapkan ruang ibadah dengan segala atribut yang berhubungan dengan ibadah itu sendiri ataukah yang kita pikirkan yang penting so sadia mo lengkap deng nyanda urusan blakangan.
Bagi kita, pemimpin puji-pujian adakah kita mempersiapkan diri dengan melaksanakan latihan bersama dengan pemain musik agar disetiap pelaksanaan ibadah minggu di gereja tidak terdengar suara sumbang dari jemaat, seperti :
• aduh ruangan ini kotor, kaca jendelanya tidak dibersihkan
• oh…mengapa lilinnya tidak disiapkan, korek apinya tidak ada sehingga khadim harus menunggu
• pemain musik dan penyanyi yang tidak nyambung sehingga sangat menganggu jalannya ibadah
• Khadim yang terlambat hadir dan tidak mempersiapkan diri dengan baik
Semua keluhan, atau suara sumbang itu tidak akan terdengar apabila kita mempersiapkan ruangan, atribut dan pemimpin pujian , pemain musik dan yang terutama khadim dengan baik dan penuh tanggungjawab.
Semua tanggungjawab hendaklah dikerjakan dengan sukacita bukan supaya kita mendapat pujian, tetapi karena kita menyadari ini cara kita menjaga kepercayaan atas karunia, potensi atau kemampuan yang ada pada kita. Dengan itu jemaat terbangun, bersemangat dan melimpah sukacita di dalam Tuhan. Tetaplah bekerja, brilah yang terbaik karena semua itu hanya sementara. Tetapi yang sementara itu membawa kita pada kemenangan di dalam Tuhan.(dodokugmim/*)