ALASAN PEMILIHAN TEMA
Iman kepada Tuhan Allah tidak statis melainkan harus berakar, bertumbuh dalam Tuhan dan berbuah bagi kemuliaan-Nya. Kendatipun diterpa oleh berbagai angin pencobaan bahkan digoncangkan oleh badai kehidupan, iman orang percaya semestinya tetap kokoh dan tidak mudah gugur dan tumbang. Memang ada begitu banyak cobaan, sengsara dan derita dalam dunia ini yang juga dialami oleh orang beriman. Namun semua itu harus dipandang sebagai bagian dari ujian iman untuk mencapai tingkat kedewasaan dan kemurnian iman yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana.
Ketika menghadapi masalah, seperti ekonomi yang belum stabil orang terkadang mengambil jalan pintas untuk meraih kebutuhan dan keinginannya seperti korupsi, penipuan dan lain sebagainya. Ketika mengalami sakit yang berkepanjangan dan tak kunjung sembuh, sering dicari 4L pengobatan altematif” yang tak jarang justru semakin membuat orang percaya jauh dari pada Tuhan. Perebutan kekuasaan terkadang muncul karena ingin menang sendiri, tak ingin orang lain berhasil sehingga saling menjatuhkan satu dengan yang lain. Hal ini pun sering terjadi di antara orang percaya. Bahkan mungkin di antara sesama pelayanan khusus.
Kesudahan segala sesuatu sudah dekat dan semua orang pasti ditampi (dipisahkan/ dibersihkan/ayak) untuk melihat kualitas imannya. Iman yang berisi akan seperti gandum yang sanggup bertahan di tengah goncangan penampian. Sementara yang tidak berisi akan seperti sekam atau debu jerami yang mudah terbang dan akhirnya gugur. Itulah sebabnya melalui bacaan dalam Inji1 Lukas 22:24-38 dalam penghayatan Minggu-Minggu Sengsara, sebagai warga gereja kita diajak dan dituntun dengan tema mingguan: “Iman Jangan Gugur Ketika Ditampi”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Berdasarkan kalimat pendahuluan dalam pasal 1, penulisan Inji1 Lukas dimaksudkan untuk memberitahukan Teofilus (orang yang dikasihi Allah) tentang kebenaran dari segala sesuatu yang telah diajarkan kepadanya (Luk. 1:4). Adapun tujuannya ialah untuk menolong Theofilus dan orang percaya lainnya agar memperoleh pengertian yang benar tentang iman Kristen melalui penguraian kehidupan, pelayanan dan pengajaran Yesus Kristus. Kisah kasih Tuhan Allah dalam Yesus Kristus diceritakan kembali oleh Lukas secara sistematis bagi komunitas pembacanya yang mayoritas berlatar belakang non-Yahudi (kafir), Untuk memberitahukan fakta historis tentang Yesus Kristus, Dan untuk menjawab berbagai pergumulan iman yang dihadapi oleh jemaat kala itu yang mengalami krisis pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus kembali (Parousia).
Ketika Kota Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan oleh pemerintahan Romawi (tahun 70 M), maka jemaat menanti kedatangan Yesus Kristus untuk memulihkan kehidupan mereka baik secara jasmani maupun rohani. Namun kenyataannya peristiwa yang dinanti-nantikan itu belum juga terjadi sehingga ada yang mulai lemah imannya dan mempertanyakan kapan hari kedatangan Yesus Kristus itu tiba. Maka dalam Injil Lukas ini ditegaskan bahwa hari Tuhan itu pasti akan datang dan merupakan waktu yang sangat berharga bagi setiap orang yang tetap bertekun dalam pengharapan (Lukas 21:8-9).
Melalui Inji1 Lukas kehidupan iman jemaat Tuhan diperteguh lewat penuturan kembali kisah kehadiran Yesus Kristus yang melayani semua orang. Bahkan menderita dalam ketaatan sampai mati di kayu salib sebagai bukti dan teladan bagaimana hidup beriman yang sesungguhnya. Peristiwa dalam Lukas 22:24-38 merupakan interpretasi dari kontradiksi antara keinginan manusia dan kehendak Tuhan. Dalam percakapan waktu perjamuan malam menjelang kematian Yesus Kristus, para murid kembali bertengkar soal kedudukan dan peran mereka sebagai pengikut Yesus Kristus. Pertengkaran ini sudah pernah terjadi sebelumnya yang diceritakan dalam Lukas pasal 9:46-48 dan Yesus Kristus mengambil seorang anak kecil untuk menerangkannya dengan ungkapan “karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar” (Luk. 9:48b). Namun ajaran itu belum dipahami sepenuhnya oleh murid-murid-Nya. Apalagi ketika melihat posisi duduk mereka dengan Yesus Kristus saat perjamuan malam dapat menjadi pemicu munculnya kembali pertengkaran yang serupa. Sebab mereka memahami konsep Mesias dalam diri Yesus Kristus dari sudut pandang politis sehingga menimbulkan rasa kebanggan dan persaingan untuk menempatkan posisi masing-masing dengan mempertanyakan siapakah yang dianggap terbesar di antara mereka (ayat 24).
Kata “terbesar” dalam bahasa Yunaninya berasal dari kata mei.zwn meizon (lebih besar, yang terbesar, lebih berharga, lebih kuat, lebih tinggi, yang lebih penting, paling besar, lebih utama) Dengan demikian dapat dipahami bahwa maksud para murid untuk menjadi yang terbesar ialah berkaitan dengan popularitas, prestise dan gengsi.
Mengetahui perselisihan yang terjadi dengan topik yang sama itu, Yesus Kristus tidak memarahi mereka. Namun dengan sabar meluruskan pemahaman mereka dan menggiring pada konsep yang benar meskipun sangat kontras dengan konsep dunia. Kali ini Yesus Kristus mengkonfrontasikan keberadaan raja bangsa-bangsa yang disebut pelindung dengan keberadaan murid-murid-Nya yang seyogyanya menjadi pelayan yang melayani sebagaimana Yesus Kristus ada di tengah-tengah mereka sebagai pelayan (Ayat 25-27). Yesus Kristus ingin murid-murid-Nya memahami bahwa menjadi yang terbesar itu ialah yang menjalankan fungsinya bukan posisinya. Disebut sebagai pelayan (Yun: Diakoneo) artinya berfungsi untuk membantu, mengurus dan melayani bagi orang lain. Kepemimpinan di dalam Yesus Kristus adalah kepemimpinan yang melayani bukan menguasai dan dilayani. Inilah konsep kepemimpinan yang paradoks (bertentangan/berlawanan) di mana pemimpin harus rela menjadi pelayan, menjadi yang terkecil dan berkorban untuk turun ke tempat yang paling bawah.
Kemudian Yesus Kristus mengarahkan pandangan mereka pada wujud kerajaan yang dikehendaki-Nya yaitu Kerajaan Sorga. Bagi para murid yang setia sampai pada kesudahannya akan diberi hak istimewa untuk makan dan minum satu meja dengan-Nya dalam kerajaan-Nya. Bahkan diberi kedudukan di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Ayat 28-30). Dengan demikian, Yesus Kristus menuntun para murid untuk mengharapkan kemuliaan sorgawi yang akan datang bukan pada kemuliaan duniawi.
Selanjutnya Yesus Kristus memperingatkan Simon Petrus beserta para murid lainnya bahwa akan ada pertarungan iman yang sangat besar. Perkataan-Nya ayat 31 “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum”. Menampi (Yun.siniazw siniazo) Artinya mengayak, proses memisahkan biji gandum dari sekam dengan cara menghamburkan gandum ke udara dengan menggunakan garpu penampi, sehingga gandum akan jatuh dan sekam akan tertiup oleh angin). Bukan hanya tertuju kepada Simon Petrus tetapi juga kepada semua murid, karena kata “kamu” yang digunakan adalah bentuk jamak (Yun: humas). Simon Petrus disebutkan secara spesifik sebagai peringatan kepada murid-murid yang lain supaya sadar dan berjaga-jaga karena sesungguhnya Iblis sementara mengintai mereka. Di tampi seperti gandum menggambarkan sebuah goncangan yang hebat dan ujian iman yang sangat berat dengan melalui proses pembersihan dan pemisahan. Adapun Iblis menampi dengan cara memperdaya (bnd. 2 Kor 11:3) mengintimidasi dan menelan (bnd. 1 Ptr. 5:8). Di tampi oleh Iblis artinya dicobai untuk dihancurkan sampai berada di bawah kuasanya.
Yesus Kristus sangat mengetahui keberadaan para murid-Nya bahwa ketika Ia menjalani masa sengsara sampai pada kematian-Nya, mereka, termasuk Simon Petrus, akan mengalami goncangan iman yang hebat. Itulah sebabnya Yesus Kristus telah berdoa untuk Simon Petrus supaya imannya jangan gugur (ayat 32a). Kata iman selaras dengan kata benda Ibrani ’emunah dan kata benda Yunani pistis yang memiliki arti sebuah keteguhan atau kesetiaan terhadap objek yang diimani yaitu Tuhan Allah. Juga merupakan sebuah keyakinan akan realitas yang benar bahwa eksistensi dan kedaulatan Tuhan Allah itu nyata adanya dalam perwujudan karya penyelamatan bagi dunia melalui Yesus Kristus, Sang Juruselamat
Kata “gugur” (Yun: ekleipo) artinya berakhir, mati atau berhenti percaya. Kehidupan iman Simon Petrus ada dalam ancaman bahaya yang pada akhirnya membuat ia jatuh ke dalam dosa penyangkalan (Lih. Luk. 22:56-61). Kendatipun demikian, imannya tidak gugur (mati/berhenti percaya) sebab terjadi penyesalan dan pertobatan (bnd. Luk. 22:62). Yesus Kristus melihat bahwa Simon Petrus akan jatuh ke dalam pencobaan tetapi tidak sampai jatuh tergeletak dan gugur imannya. Hal tersebut nampak pada kalimat selanjutnya “Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf (berbalik/berpaling kembali) kuatkanlah saudara-saudaramu” (Ayat 32b).
Akan tetapi Simon Petrus dengan cepat dan berani menjawab bahwa ia bersedia masuk penjara dan mati bersama Yesus Kristus (Ayat 33). Jawaban Petrus ini menunjukkan sikap yang mau mendominasi untuk memperoleh pengakuan sebagai murid yang terbaik dan terbesar. Dalam Markus 14:29 di sana Simon Petrus berkata: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak”. Namun demikian, Yesus Kristus tahu bahwa komitmen Petrus tidak dapat bertahan melewati goncangan iman yang hebat melalui penampian Iblis (Ayat 34).
Sesudah itu Yesus Kristus mengingatkan para murid pada peristiwa pengutusan yang terjadi sebelumnya (Luk. 9:1- 6) bahwa mereka diutus dalam sebuah perjalanan penginjilan tanpa membawa apa-apa namun mereka tidak kekurangan suatu apapun dan hal itu diakui oleh mereka dengan jawaban: “Suatu pun tidak” (Ayat 35-36a). Namun sekarang keadaan akan berubah dan berbeda dari sebelumnya (Ayat 36b). Di sini Yesus Kristus berbicara secara figuratif atau dalam arti kiasan, yang menunjukkan bahwa hidup dan pelayanan dari para murid akan menjadi sukar dan berat. Karena itu mereka perlu lebih berjaga-jaga dan berhati-hati. Ia menghendaki supaya murid-murid-Nya mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi kepergian-Nya dalam kesengsaraan dan kematian tragis demi menggenapi karya penyelamatan Tuhan Allah yang sudah dinubuatkan. Sebagaimana tertulis bahwa “Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak” (Ayat 37). Namun murid-murid salah mengerti dengan perkataan Yesus Kristus tersebut dan memahaminya secara hurufiah. Sehingga mereka berkata “Tuhan ini ada dua pedang”. Tetapi Yesus Kristus kemudian menghentikan pembicaraan tentang hal itu dengan mengatakan “Sudah cukup” (Ayat 38).
Makna dan Implikasi Firman
1. Kehadiran gereja di sepanjang abad dan di segala penjuru dunia ini adalah suatu bukti hidup beriman yang terus berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Yesus Kristus, Kepala gereja dan Juruselamat dunia melalui karya Roh Kudus. Di samping itu juga menjadi pertanda untuk terus menerus memberitakan Injil dalam peran sebagai gereja untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus Kristus. Sekalipun diperhadapkan dengan berbagai rintangan dan goncangan yang besar.
2. Hidup beriman kepada Tuhan Allah bukan berarti bebas tantangan dan hambatan. Iman orang percaya akan diperhadapkan dengan berbagai kenyataan di dunia ini. Namun hanya bersama Yesus Kristus kita dimampukan untuk terus bertahan dalam keimanan kita. Karena itu jadilah murid Yesus Kristus yang sejati di mana fokus kita bukan pada jabatan, kedudukan dan kehormatan dunia ini tapi pada kemuliaan Kerajaan Sorga
3. Tuntutan Iblis dalam kelicikan untuk menampi orang percaya termasuk para hamba Tuhan dengan berbagai kenikmatan dan kebesaran dunia menjadi suatu hal yang harus diwaspadai. Sebab Iblis masih terus berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (bnd. 1 Ptr. 5:8) Bahkan Iblis masih terus mendakwa kita siang dan malam di hadapan Allah (bnd. Why 12:10). Karena itu sadar dan berjagajagalah, lawanlah dia dan segala tipu musihatnya dengan iman yang teguh sambil merendahkan diri di bawah tangan Tuhan Allah yang kuat supaya kita menang dan ditinggikan pada waktu-Nya (bnd. 1 Ptr. 5:6 & 9).
4. Pada penghayatan minggu sengsara yang ketiga ini, kita diingatkan supaya terus berjaga-jaga senantiasa sambil berdoa agar diberi kekuatan oleh Tuhan Allah untuk dapat bertahan dalam iman di tengah berbagai pencobaan dan penderitaan yang dihadapi dan dialami. Janganlah iman kita gugur dan berakhir dalam pertandingan hidup di dunia ini. Tetapi setialah sampai akhir hidup kita dan bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar untuk merebut hidup yang kekal dan mulia dalam Kerajaan Sorga.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
1. Apa pemahaman saudara tentang iman jangan gugur ketika ditampi berdasarkan Lukas 22:24-38?
2. Mengapa iman dapat menjadi lemah bahkan gugur ketika ditampi?
3. Bagaimana caranya orang beriman dapat lolos dari tampian Iblis?
NAS PEMBIMBING: Matius 3:12
POKOK-POKOK DOA:
1. Seluruh warga gereja menghayati Minggu-Minggu Sengsara Yesus Kristus dalam komitmen iman yang penuh dan kesediaan untuk setia mengikut Yesus Kristus meskipun mengalami sengsara, susah dan derita hidup.
2. Para pemimpin dan pelayan Tuhan memiliki ketahanan iman di tengah tugas kepemimpinan dan pelayanan yang dipercayakan Yesus Kristus.
3. Seluruh warga gereja supaya berakar kuat, bertumbuh kokoh dan berbuah lebat di dalam Yesus Kristus sehingga tidak gugur atau mati di tengah terpaan angin pencobaan dan badai hidup yang menggoncang.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU SENGSARA
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Persiapan: KJ No. 5 Tuhan Allah, Nama-Mu
Ses. Nas Pembimbing: NKB No. 163 Tak Mudah Jalanku
Peng Dosa: NNBT.No. 11 Ya Allahku, Kami Mengaku Dosa
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 14 Jadilah Tuhan Kehendak-Mu
Ajakan Mengikut Yesus di Jalan Sengsara: KSK 110 Siapa Yang Setia
Ses Pemb Alkitab: NKB No. 116 Siapa yang Berpegang
Persembahan: NKB No. 213 Kita Sudah Ditebus Oleh-Nya
Penutup: KJ No. 339 Maju Laskar Kristus
ATRIBUT Warna Dasar Ungu dengan Simbol XP (Khi-Rho), Cawan Pengucapan, Salib dan Mahkota Duri.