Yesus membawa misi pendamaian sekalipun Ia harus berhadapan dengan penderitaan dan kematian. Markus 14 : 43 – 52 cerita yang mengawali penderitaan yang akan di hadapi oleh Yesus sendiri. Satu hal yang menarik adalah yang diceritakan oleh penulis injil Markus adalah saat Yesus ditangkap “ semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri “ ay 50. Ayat ini seolah –olah menggambarkan suatu pengkhianatan yang besar yang dilakukan oleh para murid yang didalamnya adalah Yudas.
Pertanyaannya disini adalah apakah benar para murid dengan sengaja meninggalkan Yesus disaat Yesus sedang berhadapan dengan situasi yang sulit?. Leon Morris mengatakan bahwa saat peristiwa penangkapan itu Yesus bertindak sebagai gembala yang baik melindungi domba-dombanya (murid-muridNya). Mari kita lihat cerita yang sama yang dikisahkan oleh Yohanes dalam Yohanes 18 : 4 – 8, Yohanes menceritakan lebih rinci percakapan yang di lakukan oleh Yesus dan para gerombolan itu. Pada ayat 8 Yesus sendiri yang mengatakan “Telah kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari , biarkan mereka ini pergi”. Yesus membela para murid dengan menyerahkan diriNya dan membiarkan para murid untuk pergi.
Alasan selanjutnya untuk lebih menopang cerita Yohanes ini adalah mari kita lihat kembali pada cerita markus 14 ini, penulis injil markus menjelaskan bahwa serombongan orang yang datang dengan Yudas untuk menangkap Yesus , mereka lengkap dengan pedang dan pentung seperti akan menangkan seorang penjahat. Sementara itu para murid tidak memiliki pedang dan pentung. Dengan demikian ketika para murid ini melwan para serombongan yang membawa pedang dan pentung pastinya mereka tidak akan mampu ataupun nantinya akan terluka. Oleh karena itu ketika terjadi kekisruhan antara para murid dan serombongan orang itu Yesus menjadi penengah dan hendak mengatakan bahwa biarlah dirinya yang ditangkap, para murid tidak ada urusan dengan penangkapan Yesus. Oleh karena itu injil markus 14 khusus ayat 48 Yesus mengingatkan para gerombolan itu bahwa Ia bukan seorang penyamun atau penjahat ataupun pemberontak yang harus ditangkap dengan pedang dan pentung, tanpa pedang dan pentungpun Yesus akan menyerahkan diriNya supaya genaplah yang tertulis dalam kitab Suci.
Selanjutnya dalam terjemahan asli bahasa Yunani kata “melarikan diri” menggunakan kata “ephugon” dari asal kata “phuego”, kata ini sering bisa diterjemahkan sebagai kata perintah “pergilah” atau “menjaulah” (menjauhkan diri dari bahaya). Jadi dengan demikian Yesus sendiri yang menginginkan muridNya untuk pergi. Kembali lagi Yesus memberikan keteladanan yang paripurna pada para muridnya yaitu ia membela para murid. Disaat Ia akan diserahkan, Yesus masih memikirkan para muridNya.
Dalam perenungan ini kita bisa belajar bahwa dalam kondisi yang sulitpun Yesus masih memikirkan keberadaan orang lain yaitu para murid-muridnya. Ia tidak mau para murid jatuh dalam celaka, tapi ia dengan pengorbananNya ia membiarkan para murid untuk pergi. Di minggu –minggu sengsara ini keteladanan yang dilakukan oleh Yesus adalah bagaimana kita mau memikirkan orang lain disekitar kita. Bagaimana kita memikirkan mereka yang hidup dalam kesusahan, bagaimana kita memikirkan mereka yang hidup dalam penindasan, bagaimana kita memikirkan mereka yang hidup dalam ketidakadilan.
Yesus sungguh menjadi teladan yang paripurna dalam kehidupan kita. Yesus membebaskan para murid dari bahaya, semoga kitapun bisa demikian membebaskan mereka dari kesusahan, membebaskan mereka yang tertindas, membebaskan mereka yang terluka dan berbeban dalam kehidupan. Dalam hal ini, kita harus menjadi gereja yang berdiri teguh untuk membawa misi pembebasan itu bagi semua orang. Oleh karena itu untuk mewujudkan misi pembebasan itu, Yesus memberikan teladan bagi kita untuk hidup bersama memberikan perlindungan satu dengan yang lain. Amin