Penulis : Pdt. Denny Leiden Waljufri, S.Th
SOBAT obor, di zaman yang semakin sekuler ini, mau tidak mau kita harus berhadapan dengan perubahan-perubahan drastis dalam masyarakat. Kecanggihan teknologi membuka peluang dari segala segi
bahkan bagi Kitab Suci sekalipun untuk dieksplorasi. Tak ada lagi yang ditutupi dan disembunyikan. Ayat-ayat dalam Kitab Suci dengan bebas diterjemahkan, fakta sejarah dan penelitian ilmiah bisa menemukan kesalahan atau tidaknya sebuah tulisan Kitab Suci. Maka banyak orang beralih Atheis, kekristenan juga terancam tergerus terlebih dari generasi muda yang semakin kiritis. Di situasi seperti ini, satu hal saja yang bisa membuat iman bisa bertahan. Apakah itu? Kesetiaan!
Yusuf anak Yakub, sang Israel menunjukkan sikap setia yang sungguh kepada Tuhan. Yusuf berhasil melewati godaan yang sangat sulit dalam hidup: dosa seksual. Kenyataan banyak sekali anak-anak Tuhan bahkan hamba-hamba Tuhan yang begitu hebat dan tenar melayani Tuhan tapi harus jatuh karena keinginan badani, birahi manusia yang tak bisa terbendung. Sebenarnya kalau mau ditilik dari sejarah Yusuf, mulai ia dibenci dan dikhianati saudara-saudaranya sendiri, ia dijual oleh orang Ismael, sampai ia harus hidup sebagai orang asing di tanah orang; maka sangat mudah bagi Yusuf untuk kecewa terhadap Allah dan berpaling dari-Nya. Tapi Yusuf menunjukkan hal yang sebaliknya, ia tetap setia kepada Allah Israel, bahkan kesetiaanya itu ditunjukkannya dengan mempertahankan kekudusan hidup dan menolak perzinahan.
Hal apakah yang membuat Yusuf bisa mempertahankan kesetiaannya kepada Tuhan Allah Israel:
- Tuhan memelihara hidupnya. Janji penyertaan Tuhan sudah ditujukannya kepada Abraham, leluhur Yusuf. Janji kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain digenapi dalam diri
Yusuf. Janji pemeliharaan Tuhan ini mengakibatkan anugerah Allah bagi Yusuf. Keberhasilan Yusuf begitu cemerlang yaitu ia selalu berhasil dalam pekerjaannya (ayat 2), Yusuf mendapat kasih dari tuannya dan kuasa untuk segala milik tuannya itu. Keberhasilan ini diyakini berasal dari Tuhan yang memang mempersiapkan Yusuf untuk menjadi berkat. Demikian pula dengan bebasnya Yusuf dari hukuman mati (hukuman bagi pemerkosa) diyakini sebagai bagian dari peran Allah yang melepaskannya. - Yusuf menjaga kekudusan hidup. Visi hidup dari Yusuf memandang jauh ke depan. Ia tahu bahwa ia diberikan kesempatan oleh Tuhan Allah untuk menikmati keberhasilannya karena anugerah, maka ia tidak boleh membuang kesempatan yang mulia ini untuk menjaga rancangan Allah. Rancangan Allah bagi diri-Nya hanya bisa dilakukan dengan cara menjaga kekudusan hidup, karena hanya dengan menjaga kekudusanlah kemuliaan Allah tetap nampak pada dirinya. Pertimbangan Yusuf atas godaan birahi tidak sekedar untuk kepentingan dirinya sendiri, karena sesungguhnya ada alasan lain yang jauh lebih penting, yakni agar ia tidak berdosa terhadap Allah.
Sobat obor, godaan duniawi untuk jatuh dalam dosa sebenarnya sudah terjadi sejak dunia ini dijadikan. Sekarang kita harus belajar dari seorang Yusuf yang hidup ribuan tahun yang lalu. Pertama, ketika berhadapan dengan godaan iblis, khususnya yang berkaitan dengan cobaan seksual, kita harus memandang diri kita istimewa. Kita harus bisa memposisikan diri kita sebagai pribadi yang dianugerahi, orang yang dipilih Allah. Maka kita harus berjalan di kekangnya Allah saja. Kalau kita merasa diri istimewa dalam pandangan Allah, kita tak mau tubuh atau hati kita dihancurkan oleh iblis. Kita harus setia bertahan karena kita juga harus yakin bahwa semua ada waktu Tuhan yang harus diikuti. Kedua, visi kita harus jauh ke depan. Ketika berhadapan dengan tantangan kesetiaan, yang harus kita pertimbangkan bukan hanya tentang baik buruknya bagi kita, tapi lebih dari itu: apakah kita berdosa terhadap Allah atau tidak atas perbuatan kita? Dunia sekarang banyak membelokkan maksud Tuhan dengan pertimbangan etis apakah itu baik atau buruk bagi saya. Padahal, bagi kita apakah sesuatu yang kita kerjakan berkenan kepada Tuhan atau tidak, itulah yang utama! Jadilah setia. Amin. (dlw)