Dodoku, Minggu 2 Juli 2023_Filipi 2.4-9
Ada sebuah kalimat bijak berkata ” tidak ada yang sempurna tidak ada yang benar sepanjang waktu, pada akhirnya kasih sayang selalu lebih dari kesempurnaan”. Kalimat ini mau menggambarkan bahwa sebagai manusia yang hidup di dunia kita pasti diperhadapkan pada masalah-masalah yang terjadi, sebab di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna dan selalu benar, keadaan ini nampak dalam relasi antara sesama manusia yang diwarnai dengan berbagai perbedaan-perbedaan yang dapat mengakibatkan konflik, pertentangan, perselisihan dan mengarah pada perpecahan. Ketidaksempurnaan ini juga terjadi dalam kehidupan persekutuan orang-orang percaya di Filipi, seperti yang disaksikan dalam bagian bacaan Firman saat ini.
Secara keseluruhan surat Paulus kepada jemaat di Filipi ini berisi kesaksian pribadi Paulus dan nasehat-nasehatnya sehubungan dengan apa yang terjadi di Filipi termasuk perselisihan, karena itu tidak heran beberapa kali dalam surat ini Paulus menasehati mereka untuk bersatu dan mempertahankan kesatuan di antara jemaat (1:27; 2:1-4; 4:2-3).
Secara khusus dalam pasal 4:2-9 ini, Rasul Paulus menasehati dua orang perempuan yaitu Euodia dan Sintikhe para perempuan pejuang Injil yang adalah dua orang perempuan terkemuka atau pemimpin di jemaat Filipi, yang didapati mulai saling menjengkelkan agar mereka membuang perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka. Dan untuk mempermudah terjadinya damai, Paulus merujuk kepada Sunsugos yang sesuai dengan arti namanya, benar-benar merupakan seorang teman yang setia untuk mendamaikan mereka. Karena tentu perselisihan ini akan memberi dampak bagi persekutuan jemaat Filipi yang telah menjadi jemaat yang dewasa.
Selanjutnya, Rasul Paulus memberi nasehat-nasehat bagaimana menyikapi perselisihan. Ada beberap hal yang disampaikan Paulus, yaitu;
- Ayat 2, untuk menjaga keutuhan jemaat dengan sehati sepikir di dalam Dengan kata lain, jemaat Filipi diperintahkan untuk memiliki kesatuan pemikiran di dalam Kristus. Nasihat ini sudah diungkapkan Paulus sebelumnya di pasa l2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”. Secara harafiah ayat ini berbunyi: “ pikirkan ini di antara kalian yang juga ada di dalam Kristus”. Jadi, dalam hal ini terlihat jelas bahwa yang disorot adalah cara berpikir atau sikap hati, sebab cara berpikir atau sikap hati yang sama seringkali melahirkan pendapat yang sama. Memang bukan jaminan bagi persetujuan, tetapi pencegahan bagi perselisihan.
- Ayat 4, untuk bersukacita senantiasa di dalam Tuhan sebab sukacita adalah ciri dasar kehidupan Kristen. Sukacita harus ada pada setiap orang Kristen. Harus diperhatikan di dalam nasehat Paulus ada kata “di dalam Tuhan”. Artinya kita harus mengucap syukur di dalam segala hal/segala keadaan, baik dalam keadaan menyenangkan maupun menyedihkan, karena pimpinan Tuhan tidak pernah salah. Itulah sebab walau di dalam penjara Paulus tetap bersukacita. Ia mengagungkan Tuhan lewat doa dan pujian, dari mulut dan hati Paulus senantiasa mengucap syukur kepada Allah. Ucapan syukur inilah yang membuat ia melihat kuasa Allah sungguh luar biasa. Inilah sukacita di dalam Tuhan.
- Ayat 5, untuk menyatakan kebaikan hati. Rasul Paulus menjelaskan bahwa kata kebaikan hati pada ayat ini tidak berhubungan dengan pemberian sesuatu kepada orang lain. Kata kebaikan hati “epieikes” muncul beberapa kali dalam Perjanjian Baru (Tit. 3:2; Yak. 3:17; 1Tim. 3:3; 1Pet. 2:18). Pemunculannya selalu dalam konteks relasi horizontal antar manusia, seringkali dalam kaitan dengan perselisihan atau pertengkaran (Tit. 3:2; Yak. 3:17). Secara khusus, kata ini dikontraskan dengan sikap yang gampang marah (1Tim. 3:3) atau kebengisan (1Pet. 2:18). Dari semua pemunculan ini dapat disimpulkan bahwa kata ini merujuk pada sikap yang tidak reaktif pada saat berada dalam keadaan yang buruk. Itu artinya bagaimana sikap orang Kristen yang diajarkan untuk memperlihatkan sikap hati yang bersedia untuk mendengarkan dan tidak membalas kejahatan.
- Ayat 6, untuk jangan kuatir tentang apapun juga. Rasul Paulus mengajarkan untuk tidak khawatir terhadap sesuatu, sebab kekhawatiran dapat membuat seseorang larut dalam kesedihan, hingga rasa sukacita dan damai menjadi hilang. Rasul Paulus juga menasehati bahwa cara yang paling mudah agar dapat terlepas dari kekhawatiran adalah berdoa. Doa tidak hanya sebagai sarana komunikasi dengan Tuhan, tetapi juga menjadi jembatan bagi-Nya untuk menghibur, menguatkan, dan memberikan kedamaian serta kesejahteraan di dalam hati.
Saat merenungkan Firman ini, tentu kita akan sepakat mengatakan bahwa nasehat- nasehat ini bukan sekadar ditujukkan kepada jemaat di Filipi tetapi juga jemaat-jemaat Kristen masa kini yang juga mengalami sindrom ketidaksempurnaan dalam pelayanan gereja. Tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai masalah-masalah, perbedaan-perbedaan pemahaman, krisis kepercayaan, penyakit sosial, dll. Sering menghambat pelayanan dan pertumbuhan iman jemaat bahkan memunculkan perselisihan yang mengarah pada perpecahan sehingga damai sejahtera tidak dialami. Oleh karena itu saat ini kita diingatkan dengan kebenaran Firman ini agar;
Pertama, di tengah masalah dan ancaman, jemaat diajak untuk memelihara kesatuan dan kesehatian. Pandangan duniawi adalah berusaha untuk mencari kepentingan pribadi tanpa menghiraukan orang lain.
Kedua, tetap bersukacita dan berbuat baik. Di tengah-tengah kesulitan, hanya sedikit orang yang mau berbuat baik bagi sesamanya, karena orang lebih cenderung memikirkan dirinya sendiri.
Ketiga, jangan khawatir, melainkan menyatakan segala keinginan hati kita kepada Tuhan di dalam doa. Jika kita berdoa dan bergantung kepada Tuhan, maka damai sejahtera Tuhanlah yang akan mengendalikan dan memimpin hati dan pikiran kita.
Keempat, memikirkan dan melakukan segala sesuatu yang baik. Berpikir mengenai hal-hal yang baik dan mulia adalah langkah pertama untuk tidak dikuasai masalah.
Pada akhirnya saudara-saudara kalau kita mau dan bisa melakukan setiap kebenaran Firman ini, maka yakinlah damai sejahtera dari Allah itu yang dikatakan melampaui segala akal akan menyertai kita, sehingga dalam situasi dimana orang seharusnya takut / kuatir, maka orang kristen akan dipenuhi dengan damai dan sukacita sehinggah dimampukan untuk bersyukur. Ingatlah bahwa damai sejahtera Allah itu akan mengawal hati dan pikiran kita sama seperti sepasukan tentara mengawal sebuah benteng. Tuhan Memberkati, Amin.