Firman Tuhan disampaikan kepada bangsa Israel melalui nabi Yoel bin Petuel yang didalamnya berisikan berita penghukuman atas segala dosa mereka, yakni seruan pertobatan sekaligus janji pemulihan terhadap bangsa pilihan Tuhan ini. Penghukuman yang dilakukan Tuhan Allah oleh karena ketidaktaatan dan ketidaksetiaan umat Israel sebagai bentuk didikan bagi umat-Nya ini.
Sejenak kita memperhatikan bahwa Tuhan Allah memberkati bangsa ini dengan kelimpahan oleh karena hasil pertanian yang luar biasa. Namun bangsa ini terjebak dalam pola hidup yang sombong, lupa diri. Mabuk oleh karena anggur. Sehingga Tuhan Allah memperhadapkan bangsa ini pada situasi yang sulit. Dimana serangan hama belalang yang terus menerus yang berdampak pada kerusakan demi kerusakan pada hasil dan perkebunan. Perkembangbiakan belalang yang cepat mengancam aktifitas umat dalam bidang pertanian dan perkebunan. Setiap tanah yang dilalui oleh belalang pasti akan menyebabkan kerusakan pada tanah.
Gerombolan belalang ini seringg melakukan aksinya pada waktu siang hari. Adanya musim kemarau, tanah mereka menjadi kering, tandus, pohon anggur musnah, pohon ara menjadi buntung, ladang sudah musnah, gandum sudah musnah, buah anggur sudah kering, minyak sudah menipis, pohon ara, pohon delima pohon korma dan pohon apel, segala pohon dipadang mengering. Dan hal ini membuat para petani menjadi malu (Yoel 1 : 4 – 12). Rintihan dan ancaman terjadinya kelaparanpun tidak dapat terelakkan. Perekonomian bangsa ini menjadi lumpuh bahkan terpuruk yang berpengaruh dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat.
Oleh karena itu melalui nabi Yoel umat diserukan untuk sadar dari perilaku atau kelakuan mereka yang telah menyimpang, berbalik dan bertobat kepada Tuhan. Para imam, tua-tua dan segenap umat Israel harus melakukan tindakan iman. Mereka berkumpul sebagai perkumpulan raya, mereka melilitkan kabung, mengeluh, meratap, berpuasa, berteriak kepada Tuhan, menagis dan mengaduh, mengoyakkan hati, (1:13-14, 2:14-17). Dengan harapan dari tindakan iman ini dapat “meluluhkan” hati Tuhan Allah untuk menyatakan kasih kasih-Nya kepada bangsa Israel.
Seruan pertobatan yang diserukan Allah sesungguhnya merupakan perwujudan belas kasihan Allah terhadap umat atau bangsa pilihan Tuhan ini. Seruan pertobatan yang harus direspon secepat mungkin oleh segenap umat tergambar dalam pasal 2:12 terkandung maksud bahwa umat harus bersegera, harus secepatnya dilakukan, tidak akan menunda. Dan ketika itu diresponi sebagai wujud kesadaran untuk bertobat dengan sungguh dan tulus kepada Tuhan. Sehingga dari pertobatan itu umat akan mengalami pemulihan.
Umat akan bangkit dari keterpurukan, penderitaan berganti bahagia, suasana berganti tergantikan dengan sukacita, rintihan berganti dengan sorak-sorak. Pemulihan yang dialami oleh umat bukan diapandang sebagai usaha umat tetapi semua itu karena belas kasih atau mercy-Nya Allah terhadap umat-Nya. Semua karena anugerah Allah. Pemulihan yang dialami oleh umat Tuhan adalah buah dari pertobatan. Sehingga umat Allahpun boleh menikmati berkat-berkat-Nya. Tuhan menepati janji pemulihan terhadap umat-Nya yang bertobat. Tuhan memberkati tanah yang dahulu tandus dan gersang sehingga menghasilkan gandum, anggur dan minyak sehingga umat-Nya akan kenyang dan tidak menjadi celaan diantara bangsa-bangsa.(2:19)
Kondisi perekonnomian umatpun dipulihkan oleh Tuhan, hasil pertanian dipulihkan, hama belalang dijauhkan. Tanah gembalaan dipadang menghijau, pohonpun menghasilkan buahnya, pohon ara dan pohon anggur memberi kekayaannya. Tempat pengirikan penuh dengan gandum, anggur dan minyak melimpah ditempat pemerasan, Tuhan mengantikan tahun-tahun sulit yang telah dimakan habis oleh belalang. Umat akan merasakan ketenangan dan terjaminnya keamanan umat Tuhan. Perbuatan ajaib telah dilakukan Tuhan terhadap umat-Nya sehingaa umat tidak akan malu lagi. Pemulihan secara holistik dialami oleh umat Allah bukan hanya menyatakan berkat materi tetapi juga pemulihan hubungan Tuhan Allah dengan umat-Nya kembali terjalin erat, pembaharuan janji-Nya dinyatakan kepada umat-Nya.
Ada kemakmuran dan sorak-sorai yang memuliakan Allah (2:20-27). Sehingga umatpun akan mengetahui Tuahan Allah senantiasa ada dan berkarya dalam kehidupan mereka. Dan yang pasti perbuatan Tuhan Allah yang telah dialami oleh umat apakah itu lewat penghukuman untuk mendidik mereka, pertobatan yang menghadirkan pemulihan dan tindakan menggenapi janjji-janji-Nya menjadi alasan untuk bersorak-sorak dan bersukacita. Semua karena Tuhan.
Hidup yang kita jalani adalah bagian karya ajaib Tuhan. Hidup tidak selalu indah. Karena ada saatnya kitapun berhadapan dengan situasi yang sulit, penderitaan yang bisa saja membuat kita terpuruk. Namun, ada saatnya kita menikmati berkat-berkat-Nya. Sebuah perenungan sekaligus menantang kehidupan beriman kita ketika Tuhan Allah berkenan menjumpai kita dengan kasih-Nya lewat berkat-berkat-Nya, apakah kita kelimpahan materi, jabatan atau kenyamanan, hendaklah tidak membuat kita lupa diri dan sombong. Berkat yang Tuhan beri tidak membuat kita lupa darimana asalnya berkat itu. Bukan karena kita tetapi semua karena Tuhan. Sebaliknya, ketika umat diperhadapkan dengan situasi yang sulit, sekiranya umat tetap memandang bahwa proses Tuhan terkadang pula dialami dan dijalani dalam rangka meneguhkan kehidupan beriman serta memperlihatkan perbuatan ajaib terhadap umat-Nya.
Sebagai gereja mari kita bangun kesadaran pada diri kita dan sesama bahwa kita semua adalah orang berdosa yang hidup oleh karena anugerah Tuhan. Namun, janji pemulihan terjadi manakala dalam kesadaran ada pertobatan yang sungguh dalam kehidupan kita. Tetapi sekali lagi semua karena kasih dan anugerah Tuhan. Dari umat Israel dapat dipahami bahwa dosa terkadang menjadi halangan bagi manusia untuk bersorak-sorak dan bersukacita. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan berdaulat dalam kehidupan kita. Kita adalah milik Tuhan. Buka hati untuk sungguh-sungguh bertobat maka pemulihan teralami. Allah dengan kasih-Nya akan memulihkan kita dan akan menyatakan berkat-Nya kepada kita.
Pemahaman kita sebagai orang Kristen terkadang terbatas pada pandangan “berkat dan kutuk”. Sesungguhnya, pemahaman inilah yang membatasi kedaulatan Allah dalam menunjukkan kasih-Nya. Tuhan berdaulat untuk menghukum dan Ia juga berdaulat dalam memberikan anugerah-Nya. Karya Allah tidak pernah terbatas karena sikap dan kesalahan manusia maupun ketidaksetiaan manusia. Arahkan hidup ini untuk memuji Tuhan, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena Tuhan, Sekali lagi semua karena Tuhan. Sudah sepantasnya kita manusia bersorak-sorak dan bersukacita atas pemulihan Allah yang menyeluruh dalam kehidupan kita sambil kita merefleksi kembali sikap kita dalam merespon anugerah Allah. Amin