(Oleh Pdt.Tonny Daud Kaunang, STh, MM. Penulis adalah Kepala Dinas PPWG Kaaten)
Efesus 4 : 1 – 16
GENCARNYA ujaran kebencian, hoax , indoktrinasi paham radikal telah mengancam, paling tidak menggoyahkan kesatuan, baik NKRI maupun Gereja. Bagian Alkitab Efesus 4:1-16 adalah suatu gambaran, metafora dan penjelasan bagaimana menjaga dan memelihara serta meningkatkan kedewasaan iman agar kesatuan tubuh Kristus tetap kokoh.
Ada dua hal yang dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan, pada ayat 7, yaitu: tentang “KASIH KARUNIA” atau mungkin tepatnya ‘RAHMAT’ (grace: χάριν :charin). Karena Allah memiliki sifat ‘rahmani” dan ‘rahimi’ (kasih, pengasih, penyayang, belas kasih), dan tentang “PEMBERIAN” ( gift: δωρεᾶς :dōreas). Demikian juga antara ‘PEMBERIAN’ (gift) dan “BAKAT/TALENTA” (talents).
Contoh, Yudika memiliki bakat/talenta menyanyi. Dia mendapatkan ‘KESEMPATAN’ mengikuti ‘Indonesian Idol’. Melalui ‘Indonesian Idol’ bakatnya dipoles dan menjadi juara.
Kepadanya di’ANUGERAHKAN’kan Piala ‘Indonesian Idol’.
Ada banyak orang yang berbakat seperti Yudika, mungkin lebih hebat, tapi tidak mendapat ‘kasih karunia’ menjadi Juara Indonesian Idol.
Bakat, Kesempatan dan Anugerah Piala Idol adalah seperti apa yang dimaksud ayat 7, yang jika di aplikasikan untuk konteks Yudika, maka terjemahan bebasnya dapat seperti berikut; “kepada Yudika, telah dianugerahkan ‘kasih karunia’ (grace: χάριν :charin) menurut ukuran ‘pemberian’ (gift: δωρεᾶς :dōreas) Kristus”. (Ayat 7.Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus).
Hanya oleh “kasih karunia” Yudika memiliki “bakat” dan memperoleh “kesempatan” dan di “anugerah” kan Piala Indonesian Idol. Kemudian, oleh “kasih karunia” , Yudika menjadi penyanyi Pop yang Top, dia juga penyanyi lagu Rohani Kristen Top. Dengan ‘bakat/talenta’, ‘kemampuan’, ‘keterampilan’ nya, dan “kesempatan” yang ada padanya, dia bersaksi dan memuji serta memuliakan Tuhan dengan suaranya yang merdu dan “menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih”. (Ay.16.b)
Tidak semua orang memiliki bakat, kesempatan dan panggilan untuk menjadi bagian serta berpartisipasi dalam “Tubuh Kristus”. Saudara dan saya, telah dipanggil: dipilih dan dikuduskan menjadi bagian tubuh Kristus, dengan pengharapan yang pasti. Keselamatan kekal!
Ayat 1 dan 4 menjelaskan tentang “dipanggil” dan “panggilan”.
“dipanggil” : ἐκλήθητε (eklēthēte)
“….sebagai orang-orang yang telah ‘dipanggil’…. (1.b) artinya, “sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya”. (Kolose 3:12)“panggilan”: κλήσεως (klēseōs)
“….bepadanan dengan ‘panggilan’ itu” yaitu rendah hati, lemah lembut, dan sabar, serta oleh kasih saling membantu. (Ay.2) Bahkan menyatakan kebenaran dengan kasih.(Ay.15)
Pada Efesus Bab 1 sd 3 Rasul Paulus menjelaskan tentang teologi “kasih karunia” yang telah menempatkan jemaat sebagai orang-orang yang telah “dipanggil”: keluar dari kegelapan, dibebaskan dari belenggu dosa ; dipilih, dikuduskan dan dikasihi-Nya.
Bab 4 ini, menjelaskan tentang “panggilan”, yaitu implikasi etik dari teologi kasih karunia itu terhadap orang-orang yang telah menerima kasih karunia.
Implikasi etik tidak terbatas seperti yang disebut pada ayat 2 dan ayat 15. Tapi Rasul menjelaskan lebih jauh dalam Suratnya kepada Jemaat Kolose.
“….kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran”. (Kolose 3:12)
Dalam kerja hemeneutik terhadap bagian ini, pada ayat 15 ada sedikit perbedaan penekanan antara Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dengan Alkitab King James Version (KJV).
LAI,
“….tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih….”
KJV,
”….But speaking the truth in love”
(Bicara kebenaran dalam kasih)
Teks asli/Greek/Yunani,
ἀληθεύοντες δὲ ἐν ἀγάπῃ
ἀληθεύοντες
(alētheuontes: speaking the truth)
δὲ (de:moreover)
ἐν (en:in)
ἀγάπῃ (agape:love)
Ayat ini menjelaskan etika berdialog atau menyampaikan Injil kepada mereka yang masih dipengaruhi berbagai ajaran yang menyesatkan.
Kesimpulannya adalah:
Berbicaralah atau sampaikan Injil dalam Kasih. Dan berpegang teguh pada kebenaran Injil. Jangan justru dipengaruhi oleh roh zaman atau ajaran sesat atau berkompromi; sinkretis.
Ada beberapa jabatan atau tugas atau fungsi dalam jemaat disebutkan Paulus: “ Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,” (Ay.11) Artinya, pada satu pihak, tidak semua orang punya otoritas sebagai rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar. Indikator apakah jabatan/tugas/ fungsi itu memiliki otoritas atau tidak adalah tujuannya.
Apakah dijalankan untuk membangun tubuh Kristus atau tidak? Rupanya ada yang menyebut dirinya rasul, nabi, pemberita injil, gembala, dan pengajar melaksanakan jabatan/tugas/ fungsi itu bukan untuk membangun tubuh Kristus, tapi membangun kepentingannya, keluarganya, kelompoknya, golongannya, dst.
Sekarang ini banyak yang menyebut diri atau mengidentifikasi diri sebagai rasul, nabi, evangelis, gembala, pengajar hidup berkelimpahan, bergelimang harta dari pekerjaannya, sementara tidak sedikit tubuh Kristus yang lain berkesusahan dalam berbagai aspek. Pada pihak lain, rupanya orang-orang dalam jabatan/tugas/fungsi itu menjadi sumber perpecahan dan sumber ajaran yang menyesatkan.
Oleh karena itu Rasul Paulus menegaskan bahwa, “Tuhan Yesuslah yang memberi rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar” kepada jemaat dengan dua tujuan:
- untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan,
Memperlengkapi: kata aslinya adalah καταρτισμὸν (98): equiping; perfecting.
Asal kata yang sama digunakan Injil Matius menjelaskan Zebedeus sedang ‘membereskan’ καταρτίζοντας (katartizontas: mending: memperbaiki) jala dalam perahu. (Matius 4:21)
Istilah Yunani ‘katartismon’ yang diterjemahkan LAI ke dalam Alkitab bahasa Indonesia dengan kata ‘memperlengkapi’ berasal dari dunia kesehatan. Memperbaiki atau merestorasi tulang yang patah untuk kesembuhan. KJV menterjemahkan ‘perfecting’: ‘menyempurnakan’.
Memperlengkapi: ‘equiping’: membuat menjadi lengkap berkaitan dengan merestorasi dan menyembuhkan persatuan dan kesatuan tubuh Kristus yang retak.
Baik oleh ajaran-ajaran sesat yang menggoyahkan fondasi kesatuan tubuh Kristus, yaitu satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
Maupun oleh tumpang tindih dan konflik di antara jabatan/tugas/ fungsi rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar. - bagi pembangunan tubuh Kristus, menolong umat menjadi seperti Kristus. Pembangunan tubuh Kristus ada dua aspek:
- Kesatuan tubuh Kristus
“Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, — yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota — menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. - Kedewasaan Iman
“….sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak….”.
Ada dua kalimat penting pada ayat ayat 3 dan 12; yaitu
- “berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” dan
- “memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan”.
Dan dua kata kunci yaitu:
- “Ikatan”, kata aslinya συνδέσμῳ (syndesmō) bond, knit , merajut, bersambung kembali, bersatu kembali (tulang yang patah).
Syndesmo digunakan untuk menjelaskan “rajutan”. Merajut. Menyambung kembali. Menurut saya terjemahan “berusahalah memelihara kesatuan oleh ‘rajutan’ damai sejahtera” lebih kontekstual dengan kenyataan adanya konflik berbagai fungsi dan tugas serta potensi kekayaan: bakat, keterampilan, kemampuan yang berbeda-beda dalam jemaat. - Memperlengkapi: kata aslinya adalah καταρτισμὸν (katartismon) : eguip:melengkapi,memperlengkapi
perfecting: menyempurnakan,
restorasi: meperbaiki, memulihkan.
healing: menyembuhkan.
Jadi kata asli Yunani ‘memperlengkapi’ “katartismon”(menyempurnakan)
dekat pengertiannya dengan kata ‘ikatan’ syndesmò (rajutan).
Memperlengkapi dalam pengertian, merestorasi, menyembuhkan dari pengetahuan sesat dan menyempurnakan iman dari seperti anak-anak menjadi dewasa, sampai tingkat pertumbuhan sesuai kepenuhan Kristus. Inilah tugas dan fungsi dari jabatan-jabatan yang ada dalam jemaat. Tidak boleh tumpang tindih, konflik dan berhenti sampai orang-orang kudus mencapai tingkat pertumbuhan sesuai kepenuhan Kristus. Yaitu , “kegenapan waktu mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. (Efesus 1:10)
Memperlengkapi, menyempurnakan iman menjadi dewasa berhubungan erat dengan usaha “memelihara kesatuan Roh oleh ikatan/ rajutan damai sejahtera”.(Ayat 3). Sebab, iman seperti anak-anaklah penyembab mengapa orang-orang kudus (anggota jemaat) diombang-ambingkan, dipermainkan oleh rupa-rupa ajaran sesat. Pada gilirannya menyebabkan retak dan skisma kesatuan tubuh Kristus.
Kesimpulannya, merajut kesatuan Tubuh Kristus adalah memperlengkapi, merestorasi, menyembuhkan dan menyempurnakan iman seperti anak-anak menjadi Iman yang dewasa.
Usaha memelihara kesatuan oleh ikatan/rajutan (syndesmò) damai sejahtera dengan cara memperlengkapi/menyempurnakan (katartismon) iman menjadi dewasa adalah:
- menghargai, menghormati, mendengar, rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar.
- Rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar melaksanakan tugas dan fungsinya secara tulus dan ikhlas serta sungguh-sungguh/ dedikasi, membangun tubuh Kristus.
- Mengatur agar tugas dan fungsi jabatan itu bersinergi , tidak tumpang tindih dan berkonflik.
- Dan yang terakhir tapi yang paling mendasar dalam merajut kesatuan tubuh Kristus dengan memperlengkapi/ menyempurnakan adalah:
a. Pemahaman yang benar tentang Anak Allah, dan
b. Cara atau metode penyampaian, dialog, mengajar dan pemberitaan kebenaran Injil.
Tentang pemahaman yang benar adalah otoritas para rasul.
Rasul adalah mereka yang melihat, merasakan dan memahami Yesus adalah Mesias Anak Allah, dan diutus untuk memberitakan Injil. Kedua belas murid Yesus dan murid-murid lainnya.
Tentang cara atau metode.
Dapat dibayangkan betapa panas dan tegangnya diskusi dengan Kristen helenis yang rasional dengan pengaruh latar budaya rasional yang mengutamakan debat terbuka. Kritik pedas, koreksi tajam, sanggahan, umpatan dan sinisme, tidak jarang menggugat dan memojokkan serta memancing emosi.
Rasul Paulus mengingatkan bahwa penyampaian kebenaran jangan merusak, menghakimi, memojokkan, menyakitkan orang yang walaupun kebenaran terungkap tapi tidak ‘memelihara kesatuan Roh dalam ikatan/rajutan damai sejahtera’.
Walaupun kebenaran dikemukakan tapi tertanam benih kebencian dan permusuhan.
Karena dikemukakan dengan tinggi hati, kasar dan emosi.
Untuk itu Rasul Paulus mengingatkan jemaat untuk , “Speaking the truth in love” ἀληθεύοντες δὲ ἐν ἀγάπῃ (alētheuontes de en agape) (Ayat 15)
Untuk dapat menyatakan atau menyampaikan kebenaran dalam kasih maka rasul Paulus menegaskan terutama kepada rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar, dan selanjutnya kepada orang-orang kudus untuk,
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu”.
Jadi merajut kesatuan Roh dalam tubuh Kristus untuk menyempurnakan iman yang dewasa harus dengan cara,
“ Speaking the truth in love” (alētheuontes de en agape).(dodokugmim/#713M5)