Allah memanggil dan menentukan Yeremia sebagai seorang nabi sejak usianya masih muda di sekitar tahun 626 S.M (Yeremia 1:4-19) ketika Yehuda (Israel bagian selatan) berada pada zaman pemerintahan raja Yosia. Ada sekitar 40 tahun Yeremia menjadi seorang nabi yang bernubuat di zaman lima raja Yehuda yaitu raja Yosia, Yoahas, Yoyakim dan Zedekia. Sebagai seorang nabi yang menyampaikan kehendak Tuhan, Nabi Yeremia membawa amanat yang keras namun memiliki hati yang lembut yang tergambar dalam ratapannya kepada Allah karena pemberitaannya ditolak dan kehidupan umat yang bertentangan dengan ketetapan Allah. Nabi Yeremia tengah berada pada situasi yang bergumul, sebab penolakan, perlakuan kasar dan ancaman mewarnai tugasnya sebagai seorang nabi. Namun ia tetap menyuarakan suara kenabian sebagaimana yang Tuhan Allah amanatkan kepadanya, sebab nabi Yeremia adalah seorang yang taat dan setia melakukan kehendak Allah.
Kitab Yeremia (Pasal 1-25) memuat sebagian besar tentang kumpulan nubuat nabi Yeremia, nubuatan tentang kehancuran Yerusalem dan takluknya Yehuda karena kekalahan. Nabi Yeremia mengungkapkan bahwa Israel bagaikan mempelai wanita yang tidak setia kepada Allah (Pasal 2), berlaku tidak setia dengan perbuatan menyimpang dengan beribadah kepada Baal dan turut serta dalam ritual-ritual yang penuh dengan kejijikan (amoral). Nabi Yeremia memperingatkan tentang ancaman akan kehancuran Bait Allah yang tidak akan mendapat perlindungan Ilahi sebagimana yang selalu mereka yakini bahwa Allah pasti melindungi. Akibat perbuatan dosa umat maka janji tentang Allah yang akan tetap tinggal bersama Israel di Bait Allah, tidak akan berlaku lagi. Bahkan Allah melaranng nabi Yeremia untuk mendoakan umat yang berdosa ini (Pasal 7 dan 14).
Sebagai umat pilihan yang diikat dalam perjanjian dan yang mengalami penyertaan kuasa Allah, maka umat Israel seharusnya hidup dalam ketaatan dan kesetiaan. Bahkan seharusnya mereka menjadi role mode yang memberikan keteladanan bagi bangsa-bangsa lain, sehingga melalui bangsa Israel, bangsa lain yang tidak mengenal Allah dapat mengenal Tuhan Allah yang harus di sembah dan di muliakan. Tetapi kenyataan yang ada hidup di antara bangsa-bangsa lain, ternyata justru membuat umat Israel jatuh ke dalam dosa dengan mengikuti cara kebiasaan bangsa yang tidak mengenal Allah dengan menyembah berhala dan terjebak pada kehidupan yang sia-sia.
Pasal 10:1-14, di awali dengan ungkapan agar kaum Israel mendengarkan yang di firmankan Tuhan melalui nabi Yeremia, supaya mereka jangan menjadi serupa dengan kebiasaan-kebiasaan bangsa lain yang tidak mengenal Allah.
Nabi Yeremia dengan tegas memperingatkan umat yang telah terpengaruh pada praktik penyembahan berhala bahkan percaya pada tanda-tanda yang ada. Nabi Yeremia mengungkapkan bahwa apa yang disegani dan yang di sembah oleh bangsa-bangsa lain yaitu “berhala” adalah suatu kesia-siaan, sebab berhala itu hanyalah ciptaan manusia, hasil perbuatan manusia yang diperindah oleh manusia yang kekuatannya bergantung pada alat dan bahan serta cara manusia membuatnya. Sesuatu yang lahir dari inisiatif manusia, di mana tidak akan mampu berdiri kuat tanpa paku dan palu. Sesuatu yang terbuat dari benda mati yang berupaya dihidupkan manusia, namun tetap saja adalah sebuah benda mati yang tidak bernyawa dan yang tidak akan pernah hidup apalagi melakukan perbuatan jahat ataupun perbuatan baik bagi manusia yang menyembahnya. Oleh karenanya disebut sebagai suatu kesia-siaan ketika manusia menyembah yang justru hasil ciptaan manusia itu sendiri yang sudah tentu tidak hidup dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Oleh karena itu, tidak ada yang dapat menyamai Tuhan Allah, kebesaran nama-Nya dan keperkasaan-Nya. Tuhan Allah yang benar, Dialah Allah yang hidup dan Raja yang kekal. Semesta alam adalah ciptaan-Nya dan seisi dunia ada dalam kendali-Nya. Allah yang transenden dan yang menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Dialah Tuhan Allah yang berkuasa dan bertahta, seisi dunia takhluk pada kemahakuasaan-Nya. Tuhan semesta alam yang harus di sembah dan di muliakan dengan kehidupan yang taat dan setia hanya kepada-Nya.
Makna dan Implikasi
Emas dan Permata adalah sebuah batu yang dinilai berharga. Emas dan Permata adalah benda mati yang tidak dapat menentukan nilai harganya melalui penawaran kepada manusia, sebab pada hakikatnya emas dan permata adalah benda mati. Manusialah yang memberi dan menentukan nilai harga emas dan permata. Tanpa nilai dan harga yang ditentukan oleh manusia, maka emas dan permata hanyalah sebuah batu yang tidak bernilai. Manusia terkadang mengagung-agungkan emas dan permata, sehingga tak jarang banyak orang yang melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Emas dan permata pun menjadi lambang kekayaan dan kejayaan. Banyak orang mengandalkan dan menggantungkan kehidupannya pada emas dan permata lalu, kemudian mengalami kehampaan dan merasa kehidupannya sia-sia ketika emas dan permata itu habis atau hilang. Sebab ternyata disadari emas dan permata hanyalah sebuah benda mati yang bernilai namun fana, ia tidak hidup dan tidak dapat memberi jaminan pasti pada manusia yang mengandalkannya. Bahwa emas dan permata tidak mampu untuk membeli nafas hidup untuk memperpanjang kehidupan manusia. Hal ini sekiranya cukup untuk memberi pengertian akan batasan antara Pencipta dan yang diciptakan. Bahwa yang diandalkan manusia di dunia ini tidak menjamin keberlangsungan hidupnya, tetapi dengan hidup mengandalkan yang Empunya Kuasa yaitu Tuhan Allah sudah pasti ada dalam jaminan perlindungan dan pemeliharaan Tuhan.
Banyak umat percaya yang terjebak dalam penyembahan berhala, ketika menjadikan harta kekayaan, uang, jabatan, kecanggihan tekhnologi, segala hal yang menyangkut kesenangan duniawi menjadi segala-galanya bagi dirinya dan bergantung pada hal-hal tersebut yang tak jarang mengendalikan hidupnya yang banyak menyebutkan sebagai penyembahan berhala modern. Bahkan justru masih ada di masa kini, praktik penyembahan di tempat-tempat dan barang-barang tertentu yang dipercayai memiliki kekuatan supranatural dan yang percaya pada ramalan-ramalan menurut perbintangan dan lain sebagainya.
Dikatakan bahwa melakukan penyembahan berhala adalah sebuah kebodohan karena menyembah yang tidak hidup dan sia-sia. Penyembahan berhala juga adalah suatu bentuk kesombongan manusia, sebab ia yakin pada hasil ciptaannya sendiri (manusia), mengagungkan dan menggantungkan kehidupan sepenuhnya pada hal tersebut. Apa yang diciptakan manusia hanyalah bersifat sementara, tidak kekal bahkan tidak hidup, maka untuk apa menggantungkan kehidupan kepada sesuatu yang pastinya sia-sia? Berhala apa pun tidak akan mampu menandingi kuasa Tuhan Allah. Segala sesuatu dalam kendali Tuhan sebab Dialah Allah Pencipta. Hanya Tuhan Allah sajalah yang sanggup berperkara atas kehidupan manusia dan alam semesta ini. Manusia siapapun dia akan bergantung pada Tuhan. Manusia setiap harinya tidak memberi makan ikan di laut, tetapi Tuhan yang menyediakannya dan manusia menikmatinya. Tuhan menciptakan tanah untuk tempat menabur dan manusia menikmati hasilnya. Udarah untuk bernafas secara gratis, semua karena anugerah Tuhan saja. Maka tidak ada kekuatan lainnya yang lebih besar dari kekuatan dan kemahakuasaan Allah. Menjadi peringatan bagi manusia bahwa sebagaimana Allah sanggup untuk menghidupkan maka pun demikian sebaliknya Allah sanggup untuk membinasakan.
Oleh karenanya, percayalah kepada Tuhan Allah yang benar, hidup dan Dialah Raja kekal. Sebab hanya kepada Tuhan sajalah yang patut disembah dan dimuliakan, sebab kita adalah umat ciptaan-Nya dan semua alam semesta ini ada dalam kuasa dan kendali Tuhan. Sebagai umat percaya diingatkan pula bahwa sebagaimana Tuhan Allah berfirman dan yang kemudian diteruskan oleh nabi Yeremia, agar jangan hidup seperti kebiasaan bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah dan beribadah kepada baal. Maka demikian kita diingatkan bahwa Tuhan menghadirkan kita di kehidupan yang kita jalani saat ini, hidup di antara kemajemukan yang ada, baik di lingkungan kerja dan pergaulan adalah kehidupan yang bukan tanpa maksud dan tujuan dari Allah. Artinya kita ada untuk menjadi kesaksian melalui keteladanan kita yang hidup taat dan setia kepada Allah dengan mengandalkan Tuhan yang dibuktikan dalam kerja dan karya hidup kita sehari-hari, agar orang lain yang tidak mengenal Allah dapat mengenal-Nya melalui kesaksian hidup kita. Amin.