SOBAT obor, pernah digambarkan dalam sebuah cerita tentang seorang ayah yang kaya raya yang mau mewariskan kekayaan pada anak tunggalnya namun sayang warisan belum didapat oleh anak itu, ia dibunuh oleh seorang penjahat. Kalau ayah itu mencari pembunuhnya itu namanya pembalasan. Kalau ayah itu menemukan pembunuhnya dan menyerahkan kepada pengadilan itu yang kita namakan keadilan. Nah, apa yang dilakukan oleh ayah ini. Ayah ini tidak membunuh ataupun mengadili pembunuhnya, anehnya ia malah mengangkat pembunuh itu menjadi anak dan juga sekaligus sebagai ahli warisnya. Kita tentu protes keras dengan cerita ini. Kita mungkin berkata betapa bodohnya ayah itu, dan betapa tidak adilnya bagi si anak korban, dan betapa beruntungnya si penjahat itu. Tapi sebenarnya, ini adalah sebuah gambaran yang tepat tentang bagaimana kasih Alah akan dunia ini. Ayah itu bagaikan Tuhan Allah, anak yang menjadi korban layaknya Tuhan Yesus yang disalibkan dan penjahat itu adalah kita sebagai manusia.
Penyelamatan Allah bagi dunia adalah titik final kasih-Nya. Karena penyelamatan bagi manusia yang sesungguhnya sama sekali tak layak itu, dilakukan Allah dengan mengorbankan Yesus Kristus, anakNya yang tunggal. Hal inilah yang sering kali dipertanyakan oleh orang yang tak percaya pada Tuhan Yesus. Bahkan dalam beberapa kesempatan, mereka mengolok- olok penyaliban Tuhan Yesus dan merasa tak masuk akal bagi logika mereka. Memang Kasih Allah tak terpahami dengan logika. Hanya Allah dengan kasih sempurna yang dapat melakukan hal ini. Manusia terbatas untuk dapat menerima perbuatan Allah harusnya dengan tangan terbuka tapi kepala tertunduk sangat bersyukur dengan karya penyelamatan yang luar biasa. Perbuatan Allah melebihi semua yang luhur dan mulia di muka bumi ini. Maka kata yang tepat untuk menggambarkan siapa Allah kita yaitu: Allah adalah kasih. Amin. (DLW)