Masa penantian kelahiran Yesus Kristus, bagi persekutuan orang percaya hal ini tidak hanya sekedar peringatan dan perayaan yang diekspresikan dengan hal-hal bersifat materi saja tapi yang paling utama adalah penghayatan spiritual atau rohani yang bisa membawa kita semakin memahami dan tidak berhenti menyaksikan kebenaran sejati dari Firman yang menjadi Manusia sebagai Juruselamat dunia, sebagaimana perenungan di Minggu Adven keempat ini.
Kesaksian Injil Yohanes memiliki keunikan, ciri khas, suatu hal yang melampaui (bahkan ada yang membahasakannya dengan “menyempurnakan”) kesaksian Injil-injil sebelumnya yakni Matius, Markus dan Lukas. Itulah “keilahian Yesus Kristus”. Menurut KBBI kata “ilahi” berarti “mempunyai sifat-sifat Tuhan”. Jadi dengan kata lain Injil Yohanes menegaskan tentang Yesus Kristus sebagai manusia adalah TUHAN Tritunggal yang Esa, Dia Maha Kuasa, Dia tidak ada bandingan dan karena itu Dia adalah satu-satunya Juruselamat. Dia menjadi manusia bukanlah hal yang mengherankan sebab Dia adalah Tuhan. Tuhan bisa menjadi apa saja sesuai yang dikehendakiNya dan dalam rupa manusia sekalipun keilahianNya sebagai Tuhan tidak hilang sama sekali.
Begitu dalam sudut pandang Yohanes yang memulai tulisannya dengan membawa pembaca mengitari waktu jauh ke masa lampau. Ini bukan sekedar nostalgia dengan kitab Kejadian yang menyampaikan permulaan penciptaan saat Allah berfirman maka semuanya jadi atau ada; bukan juga sekedar membungkam ajaran-ajaran sesat kala itu yang menentang keilahian Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat; melebihi itu semua Injil Yohanes adalah penyataan Iman yang luar biasa bagaikan patok yang ditancapkan menembus semua lapisan, tak dapat dicabut atau digoncang oleh apapun. Bahwa sebelum permulaan penciptaan, telah ada yang tidak diciptakan tapi ada, telah ada yang paling mula itulah Firman (Logos), Firman itu adalah Allah, Sang Pencipta adalah awal mula segala sesuatu. Firman itu bukan hanya “telah ada sebelum” tapi Dia adalah ke-ADA-an itu sendiri yang tidak bisa kalau tidak ada, adanya Dia tidak harus diciptakan karena memang Dia ada. Sebab itu segala sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau tidak terpikirkan di alam semesta ini bisa di-ada-kan olehNya (bnd. ay.3 “..tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”).
Menarik pernyataan ay.3 di atas dan ay.4 “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia”, ini mengingatkan kita bahwa setiap hembusan nafas tanda hidup itu bukan karena bertepatan kita sedang kuat-kuatnya atau sehat-sehatnya melainkan Tuhanlah yang menghidupkan kita dan segala sesuatu “yang ada” termasuk diri kita sendiri saat ini ada, itu bersumber dari dalam Dia Firman (yang adalah Allah) yang membuat kita ada. Ungkapan “ada dan hidup” pada kedua ayat ini tidak hanya bicara tentang eksistensi secara lahiriah tapi menegaskan tentang masa depan kehidupan kekal hanya ada di dalam Dia Firman yang menjadi Manusia.
Kita ingat Matius 5:14a dan 16 “Kamu adalah terang dunia.. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”, ini identitas “orang hidup” apalagi sebagai orang percaya “kamu adalah terang” yang mestinya bercahaya di tengah kegelapan (kesesatan dunia), orang hidup siapapun dia harusnya menjadi kesaksian untuk memuliakan Allah yang memberi kehidupan kepada kita. Namun sayang sekali realitanya kehidupan yang Tuhan berikan di dunia ini tidak sedikit yang dikuasai oleh kegelapan (bnd. ay.10-11). Ciptaan Allah yang mulia, yaitu manusia rupanya gagal menyaksikan apa yang harus disaksikannya ketika hidup.
Sehingga karena kegagalan itu Tuhan Allah harus menyatakan FirmanNya menjadi manusia dalam pribadi Yesus Kristus untuk memerbaiki dan menyempurnakan kesaksian sejati bagi dunia yang telah gelap. Dia adalah “Terang manusia” yang tak dapat dikuasai kegelapan apapun, Dia pengharapan kita, Dia diam di antara kita, kehadiranNya membuat manusia bisa melihat langsung kemuliaan kekudusanNya sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih karunia dan kebenaran, bahkan bukan cuma melihat tetapi kita dibuatNya menerima kasih karunia demi kasih karunia (ay.15-16).
Semoga kita yang merenungkan Firman Tuhan ini adalah kelompok orang dalam ay.12 “..semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”, sehingga kita sungguh-sungguh percaya dengan Iman bahwa kalau dulu rasul Yohanes diutus Allah menyaksikan tentang ay.8-9 “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia”, maka saat ini kita juga selaku anak-anak Allah diutus olehNya untuk melanjutkan kesaksian yang sama tentang “Terang sumber Hidup”, tentang “Firman yang menjadi Manusia”, tentang Yesus Kristus Tuhan Juruselamat satu-satunya. Amin