“ DI dunia ada dua jalan, lebar dan sempit, mana kau pilih? Yang lebar api, jiwamu mati, tapi yang sempit jiwa berglori.” Demikian ajakan lagu rohani lama ini. Apa gunanya kita pilih jalan yang lebar, tiada hambatan, jika kelak jiwa kita mati. Memilih jalan hidup kita memang sukar. Apalagi menentukan arah langkah kaki kita untuk berpijak pada jalan Kristus. Saat ini banyak orang yang mengaku percaya kemudian ragu akan pilihan hidupnya. Sudah sejauh mana kita berjalan? Apakah yang menjadi petunjuk jalan bagi kita kearah kehidupan? Hidup ini memang telah menawarkan begitu banyak jalan kehidupan menuju keselamatan. Tetapi dimanakah kebenaran dan dimanakah dusta? Siapa yang berasal dari Allah dan siapa yang tidak? Seorangpun tidak akan mampu melihat kedalaman hati seseorang. Bukankah sebatang pohon sakit atau sehat tidak dapat dilihat dari luarnya. Namun hanya dapat dilihat dari buahnya pada musim panen.
Begitulah firman disaat ini, mengajarkan kita untuk berhati-hati dengan ajaran yang palsu. Bukankah sesuatu yang palsu harus disingkapkan dengan menunjukkan yang murni? William Barclay berkata, suatu ajaran disebut palsu apabila menghasilkan ajaran yang utamanya hanya terdiri dari ketaatanketaatan lahiriah saja. Pergi ke gereja, ikut perjamuan, membayar persembahan, membaca Alkitab. Semuanya belum dapat disebut Kristen, karena kekristenan adalah sikap hati kepada Tuhan dan sesama. Adalah ajaran disebut palsu apabila menghasilkan agama yang hanya terdiri dari larangan-larangan. Seperti seorang guru yang menasehati seorang anak yang baru masuk kirsten: “sejak saat ini anda tidak boleh memakai alat-alat kencantikan, memasuki tempat-tempat hiburan, membaca cerita-cerita roman bahkan hidup bergaul dengan hal-hal duniawi”. Padahal tidak seorangpun yang dapat menjadi tentara yang baik dengan jalan melarikan diri. Dan orang Kristen adalah tentara Kristus yang harus terlibat dalam kehidupan nyata didunia ini.
Bila mata tidak jeli, telinga tidak tajam, pikiran tidaklah jernih dan hati tidaklah murni, kepalsuan memang sulit dibedakan. Untuk itulah Firman Tuhan yang kudus juga tidak hanya didengar tetapi dilakukan. Amin (MT)