ALASAN PEMILIHAN TEMA
Di zaman ini kita melihat kehidupan orang Kristen mendambakan hidup yang nyaman. Hal itu tidaklah salah, tetapi bila kenyamanan itu menjadi tujuan pasti kesabaran dalam menanggung kesusahan dan penderitaan serta kesediaan berkorban untuk hal-hal baik akan semakin memudar. Orientasi hidup akan tertuju pada bagaimana mendapatkan sesuatu untuk kepuasan diri, tanpa menyadari bahwa hal itu mengalihkan fokus dari panggilan Tuhan, yaitu menyangkal diri dan memikul salib.
Banyak orang Kristen sulit menyangkal diri dan memikul salibnya di tengah realitas hidup yang tak mudah. Padahal terkadang apa yang kelihatan buruk, sebenarnya ada rencana Tuhan Allah di baliknya. Untuk itu penting untuk menguatkan orang Kristen menghadapi hal-hal yang paling buruk. Orang Kristen hams menyadari bahwa hidup di luar Tuhan Allah tidak seorang pun yang bisa menentukan dan mengendalikan masa depan. Sekalipun memiliki kelebihan pada dirinya, sebab penentu segala sesuatu adalah Tuhan Allah. Karena itu kehidupan Kristen menuntut keteguhan iman dalam menghadapi realitas hidup, yang kadangkala kesusahan dan penderitaan hidup menghadang. Untuk itu di Minggu sengsara ini kita akan merenungkan tema: “Menyangkal Diri dan Memikul Salib adalah Kekuatan Bukan Kelemahan”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Markus adalah Injil tertua yang mengisahkan tentang kehidupan Yesus Kristus. Kitab ini merupakan Injil memberikan gambaran tentang Yesus Kristus apa adanya bukanlah manusia biasa namun adalah Allah yang menjelma tersingkat yang isinya sangat sederhana dengan tujuan tanpa mengabaikan dimensi keilahian-Nya. Sejatinya Ia menjadi manusia, penuh betas kasihan yang membuat mereka tercengang oleh perkataan dan perbuatan-Nya.
Kitab ini ditulis + tahun 55-65 Masehi di Roma. Di tahun 60-an Masehi ketika Kaisar Nero berkuasa, orang percaya diperlakukan dengan kejam. Ada banyak yang disiksa dan dibunuh. Karena itu, tujuan penulisan kitab Injil ini untuk menguatkan iman orang percaya non Yahudi agar tetap setia memelihara iman kepada Yesus Kristus. Itulah sebabnya narasi mengenai penderitaan Yesus Kristus sangat relevan dengan penderitaan orang percaya yang teraniaya pada waktu itu.
Kitab Injil Markus menampilkan jawaban Yesus Kristus bahwa tindakan Petrus yang menarik-Nya ke samping dan menegor-Nya adalah pikiran iblis yang mau menghalangi
rencana-Nya. Teguran keras Yesus Kristus kepada Petrus untuk mengingatkannya bahwa memikirkan kesenangan dan keselamatan diri jauh dari kehendak Allah dan kerajaan-Nya adalah dosa. Siapapun manusia termasuk murid-murid-Nya jangan sampai menjadi alat iblis untuk menghalangi rencana penyelamatan-Nya. Sebab rencana Yesus Kristus bukan ditujukan kepada murid-murid saja, tapi juga kepada semua manusia.
Hal mengikut Yesus Kristus memiliki konsekuensi penderitaan, antara lain menyangkal diri, pikul salib dan kehilangan nyawa karena Yesus Kristus. Ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus tidak menawarkan jalan yang mudah dan nyaman. Tetapi penderitaan-Nya adalah kemuliaan bagi yang mengikuti-Nya. Apa yang disampaikan Yesus Kristus supaya dijalani oleh murid-murid-Nya adalah sesuatu yang Ia sendiri alami. Penyangkalan diri adalah keharusan bagi yang akan menjadi murid-Nya. Berani berkata ya kepada Yesus Kristus dan tidak kepada diri sendiri. Murid-Nya hams mengatakan tidak kepada hasrat keduniawian yang merusak kehidupan. Dengan demikian menyangkal diri berarti mengutamakan kepentingan Bapa di atas segala kepentingan pribadi, sama seperti teladan Yesus, “… tetapi bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22:42)
Memikul Salib adalah kepatutan yang hams dilakukan oleh murid-murid-Nya. Penderitaan karena memikul salib adalah risiko yang hams ditanggung sebagai tanda kesungguhan berkorban, menderita dan mati demi kesetiaan kepada Yesus Kristus. Salib itu yang akan membawa pada kemuliaan, sebab tidak ada pengampunan dan kemenangan tanpa salib. Dengan demikian menyangkal diri dan memikul salib adalah kekuatan bukan kelemahan.
Mereka yang menolak untuk hidup sesuai petunjuk dan kehendak-Nya akan kehilangan banyak hal dan menerima hukuman kekal. Inilah yang dimaksudkan Yesus Kristus ketika ia berkata: “Karena siapa yang rnau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya” Namun Yesus Kristus akan setia bagi orang-orang yang tetap memelihara kesetiaan pada-Nya sebagaimana yang Ia katakan; “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya.” Jika seseorang malu menunjukkan identitas imannya, takut menunjukkan kepada siapa ia berpihak, maka ia tidak layak mendapatkan tempat terhormat bila Yesus Kristus datang kembali.
Di antara orang-orang yang hadir mendengarkan perkataan Yesus Kristus, dikatakan bahwa mereka dimungkinkan melihat Kerajaan Allah yang penuh kemuliaan. Artinya tidak pernah sia-sia kesetiaan kepada-Nya.
Makna dan Implikasi Firman
1. Yesus Kristus adalah Mesias yang menderita untuk menggenapi nubuatan para nabi. Kedatangan-Nya adalah untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa. Suatu tanggung jawab yang tak mudah dijalani. Ini mengajarkan agar orang kristen tidak menjadikan hidup nyaman itu sebagai tujuan utama. namun justru selalu ada kesediaan dan semangat melakukan kebenaran dan berbuat baik. Sekalipun untuk itu terkadang ada penderitaan yang harus dihadapi dan dialami (lih. 1 Pet 3:17).
2. Yesus Kristus menetapkan prioritas hidup-Nya melakukan kehendak Bapa-Nya. Dia melakukannya untuk memberi teladan bagi murid-murid-Nya agar rela berkorban waktu, tenaga dan materi dalam menempuh jalan penuh penderitaan menuju kematian di kayu salib untuk mengalahkan dosa dan kuasa maut. Tetapi ada kepastian akan dibangkitkan, daripada hidup dalam kenyamanan dunia yang tidak menyelamatkan dan menuju maut kekal.
3. Jangan pernah menghalangi rencana Tuhan Allah sekalipun kita memiliki maksud baik sama seperti Petrus menurut kepikiran kita. Sebab apa yang kita pikirkan belum tentu itu sama dengan yang dipikirkan Tuhan Allah. Maksud hati kita yang baik tak semulia rencana Tuhan Allah bagi kepentingan keselamatan kita.
4. Menyangkal diri dan pikul salib adalah syarat mengikut Dia yang merupakan kekuatan dan kelemahan. Panggilan Yesus Kristus ini harus melandasi kehidupan sebagai pengikut-Nya yang tak jarang dihadapkan pada godaan, tantangan, ancaman dan penderitaan. Sebab Ia tidak pernah berjanji bahwa hidup akan selalu diwarnai keberhasilan dan jauh dari kegagalan dan penderitaan. Namun Ia berjanji akan selalu menyertai dan menguatkan serta memberikan jalan keluar.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1. Apa saudara pahami tentang diri dan memikul salib adalah kekuatan bukan kelemahan menurut perikop Markus 8:31-9:1?
2. Mengapa di zaman ini seolah-olah menyangkal diri dan memikul salib dianggap sebagai kelemahan?
3. Bagaimana mewujudkan kehidupan Kristen yang rela menyangkal diri dan memikul salib?
NAS PEMBIMBING: Mazmur 119:71
POKOK-POKOK DOA:
1. Supaya Jemaat dapat memahami dan menyatakan dalam kehidupan bahwa mengikut Yesus menyangkal diri dan memikul salib.
2. Supaya jemaat terhindar dari mengejar kesenangan duniawi.
3. Supaya jemaat tetap bersyukur ketika mengalami penderitaan akibat kegagalan dan tidak akan menyalahkan siapa pun termasuk Allah.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN
MINGGU SENGSARA II
Ses. Nas Pembimbing: KJ. No. Bagi-Mu Tuhan Nyanyianku
Pengakuan Dosa: Bukan Dengan Barang Fana
Pemberitaan Anugerah Allah: KJ. No.34 Disalib Yesus Di Kalvari
Ajakan Mengikuti Yesus di Jalan Sengara: KJ. No. 375 Saya Mau Ikut Yesus
Persembahan: KJ. No. 387 ‘Ku Heran, Allah Mau Memb’ri
Penutup: Tak Pernah Tuhan Janji
ATRIBUT
Warna Dasar Ungu dengan Simbol XP (Khi-Rho), Cawan Pengucapan, Salib dan Mahkota Duri.