SOBAT obor, pada suatu musim dingin Perang Dunia II ada sebuah Rumah Sakit di Jerman yang terisolasi. Sudah beberapa minggu, pesawat-pesawat sekutu menjatuhkan bom ke pabrik-pabrik di wilayah itu. Posisi Rumah Sakit berada di tengah daerah industri militer. Akibat dari isolasi ini, persediaan makanan, minuman dan obat-obatan terbatas, sudah hampir habis. Semua tenaga medis dan pasien merasa ketakutan. Tiap hari mendengar suara pesawat tempur terasa semakin dekat. Jendela-jendela dan pintu ikut bergetar. Bagaimana kalau Rumah Sakit itu kena bom? Di tengah situasi yang mencekam itu, tiba-tiba ada seorang perawat hilang. Anehnya, tidak ada satu pun barang dari perawat itu hilang. Kecuali seprai putih alas tempat tidurnya. Padahal perawat itu terkenal dengan dedikasi dan disiplin. Kemudian apa yang terjadi selanjutnya? Sejak peristiwa hilangnya perawat itu, pesawat-pesawat pembom menjauh dari Rumah Sakit. Tidak terdengar lagi suara bom di lokasi itu sehingga persediaan makanan, minuman, obat-obatan bisa didatangkan lagi. Tiga hari kemudian, petugas cerobong asap berteriak, “ada orang tergeletak di atas atap!” Ternyata orang itu adalah perawat yang hilang. Ia mati kedinginan di atas atap. Di dekat tubuhnya terbentang seprai dengan lambang palang merah, dengan warna merah dari cap-cap darah jari-jari tangannya. Rupanya perawat tersebut mati dan membeku. Tubuhnya terbaring dengan posisi kedua tangan terbentang. Bagaikan sebuah salib.
Sobat obor, Yesus di salibkan kemudian pakaian-Nya diambil, diundi dan dibagi-bagikan untuk orang yang terkena undian. Yesus memberikan diri untuk disalib. Salib bagi banyak orang di zaman Yesus dimaknai sebagai kebodohan dari kejahatan yang diperbuat. Tetapi bagi kita masa kini, makna salib sebagai karya keselamatan-Nya bagi isi dunia. Menjadi ironis kalau sobat obor memakai lambang salib, namun gaya hidup sama sekali tidak suka memberi diri. Jangankan memberi diri, mengalah sedikit pun tidak mau. Maunya menang sendiri, memaksa kehendak sendiri, masa bodoh. Lebih ironis lagi bila kita memakai lambang salib tetapi tidak mau mengalah, tidak berkorban, tidak mau rendah hati, keras kepala. Karena itu, perlu digaris bawahi dengan Melayani berarti kita memberi diri. Salib adalah lambangnya. Hendaklah kita memaknai salib sebagai bagian dari karya keselamatan-Nya bagi kita. Amin (NAH)