Jalan Penderitaan Yesus menuju pada kematian adalah satu-satunya kisah didunia ini, yang menceritakan tentang PENGORBANAN DIRI atau PEMBERIAN HIDUP seseorang yang mau mati terhukum, bukan karena kesalahan/kejahatan yang dibuatnya, tetapi dosa dan kesalahan orang lain. Karena itu sampai hari ini Peristiwa Salib akan selalu disebut sebagai Tindakan Rekonsiliasi yang diambil Yesus, untuk menyadarkan manusia bahwa dosa telah membuat manusia berhutang kepada Allah, dan manusia sedikitpun tidak dapat melakukan apa-apa dalam melunasinya. Mengapa? Karena peristiwa Eden, telah membuat manusia kehilangan kemuliaannya di hadapan Allah. Dosa telah menghancurkan predikat manusia sebagai mahluk termulia dan terindah yang diciptakan ALLAH. Dosa telah menyebabkan Manusia ditetapkan sebagai mahkluk yang terhukum. Dosa telah merusakkan hubungan yang baik antara ALLAH dan manusia. Dan bukan ALLAH pernyebab rusaknya hubungan itu, melainkan manusia sendiri yang berulah melawan ALLAH.
Tetapi ALLAH kita adalah BAPA yang penuh belas kasih, sehingga IA berinisiatif untuk melakukan tindakan pendamaian dengan manusia, melalui anakNya Yesus Kristus yang diutus ke dalam dunia untuk satu misi yakni: nenyelesaikan/membereskan semua hutang-hutang dosa manusia sampai lunas. Yesus menuntaskan semuanya itu di atas kayu salib, dengan MENGORBANKAN DIRINYA SENDIRI, DIA MEMPERTARUHKAN REPUTASINYA SEBAGAI ANAK ALLAH, dengan rela mati dan menderita dalam segala kehinaan, supaya manusia bisa diselamatkan. Pengorbanan sempurna itu, dilakukan bukan hanya sekali setiap tahun, seperti yang dilakukan oleh Imam besar sebagai ritual penghapus dosa melalui darah anak domba. Tetapi itu dilakukan YESUS sekali untuk selama-lamanya, di mana Yesus bertindak sebagai Imam yang Agung, tetapi juga memberikan tubuhNya sendiri sebagai korban yang menghapus dosa dunia, melalui jalan kematian.
Seperti yang disaksikan oleh Injil Lukas bahwa kematian Yesus tidak hanya menimbulkan keharuan, tetapi juga menimbulkan banyak reaksi dari orang-orang yang menyaksikan persitiwa itu. Reaksi pertama, kepala pasukan yang berkata: sungguh orang ini adalah orang benar”; versi Markus & Matius menuliskan: “Sungguh Orang ini adalah Anak ALLAh”. Suatu kalimat pengakuan yang sungguh luar biasa, datang dari orang yang sebelumya tidak mempercayai Yesus. Sebab ungkapan kepala pasukan ini bukan karena bentukan OPINI atau PERSEPSI, tetapi kepala pasukan dengan jelas dapat mengatakan itu: karena dia sendiri melihat bagaimana KUASA dan KEBENARAN yang ada dalam diri Yesus, di jam-jam terakhir sebelum Yesus mati.
Bahwa Kepala Pasukan itu, adalah saksi hidup yang melihat dan merasakan secara langsung, bagaimana berada ditengah Kegelapan selama 3 jam. Suatu keadaan alam yang sangat aneh, ketika jam 12-3 siang terjadi kegelapan mirip seperti malam hari. Tetapi itulah fakta, bahwa keadaan gelap dikarenakan matahari sebagai benda penerang di langit TIDAK BERSINAR. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus sebagai Anak ALLAH memegang KENDALI PENUH atas semua yang diciptakanNYA. Bahwa Alam pun turut berreaksi untuk memberi tanda sesaat sebelum Yesus mati.
Seiring dengan Matahari yang Tak Bersinar dan Tabir Bait Suci Terbelah 2, maka Yesus pun berkata: “Ya Bapa Ke dalam TanganMu Ku serahkan nyawaKu”. Suatu kalimat yang menunujukkan bahwa YESUS sadar ketika DIA diutus ke dalam dunia, Nyawa dan Semua kehidupanNya ada didalam tangan ALLAH. Maka demikian Dia pun menyerahkan MatiNya kepada BAPA, sebab kematian Yesus dipahami sebagai Bagian dari KEINGINAN BAPA, sehingga KematianNya adalah Bukti dari Ketaatan dan kesetiaanNya.
Selanjutnya di saksikan bahwa Kematian Yesus membuat Tabir Bait Suci Terbelah 2. Ini menjadi pewartaan bahwa:
- Dengan KematianNYA, Yesus telah membuka kesempatan kepada semua orang yang mau datang dan percaya kepadaNya. Bahwa jika sebelumnya Tabut Allah yang berada dibelakang hanya dapat dilihat oleh Imam besar, kini tabir itu telah pecah/terbuka, sehingga semua orang dapat melihat tabut itu. Artinya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus, tidak boleh diklaim hanya menjadi milik sekelompok orang saja atau satu bangsa saja. Dalam hal ini orang-orang Yahudi ketika penuh dengan kesombongan dan keangkuhan, selalu merasa diri paling istimewa dihadapan Allah, karena predikat bangsa pilihan, kini Keselamatan itu telah diubah oleh Yesus menjadi MILIK/HAK semua orang yang menyatakan dirinya percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia.
- Terbelahnya Tabir Bait suci, menjadi proklamasi bahwa Yesus kini adalah IMAM BESAR ITU SENDIRI, dan DIRINYA TELAH MENJADI KORBAN PERSEMBAHAN ITU. Artinya cuma YESUS satu-satunya PERANTARA untuk sampai kepada Bapa, tidak ada jalan yang lain. Dan Dia membuktikan Kerelaan diriNya untuk menjadi JALAN, saat Dia memberi HidupNya. Sebab bukan dengan darah binatang domba Dia melakukan tindakan penebusan itu, melainkan tubuhNya dan darahNya sendiri.
- Terbelahnya Tabir Bait Suci, adalah tanda bahwa Yesus sebagai Mesias Anak Allah, telah menanggalkan dan membuka semua topeng kemunafikan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang selama ini bersembunyi di balik kesalehan hidup mereka dengan memposisikan diri sebagai yang paling benar, paling tahu, paling mulia, paling suci dan paling sempurna. Yesus menyingkapkan fakta bahwa sesungguhnya, merekalah orang-orang yang sejak awal Pelayanan Yesus telah memiliki hasrat besar untuk menyingkirkan dan membunuh Yesus.
Reaksi Kedua, datang dari orang-orang yang awalnya berkerumun dan menonton, tapi setelah melihat persitiwa itu pulang sambil memukul-mukul diri mereka. Pulang dengan memukul diri adalah tindakan PENYESALAN, sebab mungkin mereka yang pulang sambil memukul-mukul diri, adalah juga orang-orang yang pernah berteriak dengan keras dan lantang: Salibkan Dia, Salibkan Dia!. Mereka menyesal karena tak mampu melihat kebenaran yang sesungguhnya, mereka mengabaikan fakta dan bukti ketika mengadili Yesus, sehingga kebenaran dalam diri Yesus ditenggelamkan oleh opini dan persepsi pemimpin Agama yang sangat membenci Yesus.
Reaksi Ketiga, Perempuan-perempuan yang dekat dengan Yesus dan mengikuti Dia sejak dari Galilea, hanya bisa berdiri dan melihat semua yang terjadi dari jauh. Bahwa sikap perempuan-perempuan ini, betul-betul menunjukkan bahwa mereka adalah kaum yang tidak berdaya dan tak dapat berbuat apa-apa. Dengan kata lain mereka tak punya kekuatan lebih untuk mempengaruhi masa supaya membatalkan hukuman salib yang diberikan kepada Yesus. Tetapi mereka Punya KESETIAAN untuk tetap berjalan mengikuti Yesus, sejak dari Galilea sampai di bukit Tenggkorak. Mereka berjalan dalam kesetiaan, meski mereka harus melihat satu-demi satu penderitaan dan siksa yang dialami Yesus.
Mereka tetap Setia mengikuti Yesus, meski hati mereka terluka, melihat setiap pukulan cambukan yang melukai dan merobek tubuh Yesus. Mereka tetap setia ketika Yesus harus berjalan menanjak sambil memikul salib yang amat berat itu. Mereka tetap setia, walau hati perempuan-perempuan itu tersayat, ketika mendengar Teriakan Yesus, saat dipakaikan mahkota duri dan ketika teriakan saat paku menembus tangan dan kaki Yesus saat dipakukan pada kayu salib. Mereka tetap setia meski hati mereka hancur, saat melihat lambung Yesus di tikam dan saat Dia berseru: Ya Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka tetap Setia walau mereka harus menangis melihat detik-detik kematian Yesus saat Ia berkata: Ya Bapa Ke dalam TanganMu Ku serahkan nyawaKu”
Reaksi Keempat, Seorang yang bernama Yusuf dari Arimatea, salah satu anggota majelis besar tetapi disaksikan oleh Alkitab sebagai seorang yang baik tapi juga benar. Pergi menghadap Pilatus untuk meminta mayat Yesus untuk menggapani dan menguburinya. Suatu sikap yang berbeda dengan majelis agama yang lain, sebab Yusuf adalah satu-satunya orang dari kelompok itu yang tidak terpengaruh oleh penggiringan opini dan bentukan persepsi, pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Dengan jabatan yang dia miliki, Yusuf orang Arimatea ini sangat untuk tidak setuju dengan keputusan itu. Ini artinya Yusuf tahu bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah orang benar, Sehingga Yusuf dengan berani dihadapan Pilatus Meminta mayat Yesus.
Bahwa pilihan sikap dari Yusuf arimatea meminta mayat Yesus, tidak semata-mata supaya tubuh Yesus yang tergantung disalib, tidak dimakan oleh burung gagak. Tetapi dengan meminta mayat Yesus untuk dikapani dengan kain lenan, Yusuf meletakkan sebuah penghormatan yang besar sekaligus pengakuan, bahwa Yesus SANG GURU yang tiap-tiap hari mengajar di Bait Allah, adalah seorang yang benar. Demikian Yusuf Arimatea memutuskan meletakkan mayat Yesus didalam kubur baru miliknya yang mungkin dipersiapkan untuk keluarganya, sebab disebut dalam bacaan ini, kubur itu belum pernah dibaringkan mayat. Suatu tindakan penghargaan yang tinggi dari seorang anggota Majelis Besar kepada Yesus, disementara teman-teman sekerjanya telah memperlakukan Yesus dengan begitu Hina. Tapi Yusuf melakukan Apa yang baik dan benar, sebagaiman Alkitab menyaksikan Yusuf dikenal sebagai seorang yang Baik tapi juga Benar.
Firman Tuhan di Jumat Agung ini, kiranya akan menghantar kita semua untuk merenung sekaligus Firman ini menjadi catatan-catatan penting dalam kita menjalani Hidup yang Tuhan beri.
Pertama, saya dan saudara-saudara adalah manusia yang hidup oleh karena belas kasih dan anugerah Allah semata-mata. Maka hidup harus selalu berpasrah kepada Allah, sebagaimana Yesus menyerahkan semuanya termasuk matinya pada kehendak Bapa. Demikian kita akan selalu menyerahkan hidup kita dalam kendali dan kehendak Bapa, karena kita percaya ketika kita memberikan seluruh hidup ini dikendalikan oleh Allah, maka bukan kita yang berkuasa, bukan materi-ku, bukan harta-ku, bukan kekuasaan-ku, bukan popularitas-ku, bukan hebat-ku, bukan kepandaian-ku, tetapi Allah yang memegang kendali penuh untuk mengatur, menuntun dan membawa hidup kita pada setiap rancangan-rancanganNya yang selalu tepat, benar dan terbaik.
Karena itu Allah meminta kepada kita untuk selalu turut dan senantiasa patuh pada setiap kehendakNya. Meski terkadang dalam menjalani hidup dalam ketatan pada kehendakNya, kita harus melewati banyak ujian-ujian Iman, derita dan gumul hidup. Tetapi kepasrahan Yesus kepada Bapa, mengajarkan kita bahwa tidak ada tempat lain yang dapat menyelesaikan semua gumul dan senggsara hidup kita. Bahwa hanya Yesus yang dapat memberi kita kemenangan dalam menghadapi tantangan dan derita hidup, sebab sekali lagi Yesus sebagai Anak Allah yang memegang kendali hidup dan mati setiap yang diciptakanNya termasuk manusia. Maka untuk semua peristiwa hidup mari trrus berpasrah kepada Yesus yang memiliki kehendak tepat dalam hidup kita.
Kedua, Pengakuan akan Yesus sebagai satu-satunya Jalan Keselamatan dan Hidup. Bahwa kepala pasukan adalah contoh orang yang tidak percaya, tapi pada akhirnya mengakui Yesus sebagai orang benar, sungguh Dia adalah Anak Allah. Maka kiranya kita yang sejak dari dalam kandungan, telah dididik dan dibesarkan untuk pada akhirnya mengatakan: SAYA MENGAKUI YESUS ADALAH TUHAN DAN JURUSELAMAT DALAM HIDUP, tidak akan pernah menghianati pengakuan itu. Sebab kekristenan sekarang ini begitu terlena dengan ungkapan: Torang kwa so selamat, kalimat ini benar dan tidak salah!.
Tetapi bicara tentang keselamatan, tidak hanya berhenti di mulut bibir dan perkataan kita, tidak hanya menjadi pengetahuan semata, tetapi harus dibuktikan dalam hidup sehari-hari. Sebab memang untuk berucap tak ada yang sulit, sangat-sangat mudah/gampang ketika orang Kristen bicara tentang keselamatan, tetapi cara hidup kita, tindak-tanduk kita, seringkali sangat sulit untuk menyaskikan itu. Karena itu ingatlah selalu, bahwa di perayaan Jumat Agung saat ini kita sementara disadarkan untuk terus mengingat bahwa Kerja KESELAMATAN itu didapat bukan karena jerih payah dan usaha kita manusia, bukan juga karena keinginan dan Inisiatif manusia. Tetapi inisiatif Allah dan manusia tidak punya andil sedikitpun dalam kerja penyelamatan itu. Ada harga yang harus dibayar mahal, dalam memberikan keselamatan kepada manusia; yakni DARAH YESUS YANG TERCURAH DIATAS KAYU SALIB. Sebab itu hargai dan hormati pemberian keselamatan dari Allah kepada kita, dengan selalu menjaga hidup kita supaya selalu kudus dan tak bercacat dihadapanNYA.
Sebab bagaimana mungkin kita berkata: saya pasti selamat, jika ternyata tutur kata kita selalu penuh dengan tipu muslihat, kepalsuan, kebohongan, dan caci maki. Jika hati dan pikiran kita selalu serong dan dikuasai rancangan-rancangan yang jahat, jika tindakan kita selalu menjadi batu sandungan dan bukan menjadi berkat bagi orang lain.
Ketiga, mari tetap setia mengikut Yesus seperti perempuan-perempuan yang setia mengikut Yesus sampai di Bukit Golgota. Mereka tetap mengikut Yesus, meski harus melihat dan merasakan hal-hal yang pahit dalam hidup. Demikian kita akan tetap setia berjalan mengikut Yesus meski kita pun harus mengalami hal-hal sulit dalam hidup. Kita tidak akan pernah berbalik dan memutar arah, kemudian pergi dan lari meninggalkan Yesus, tetapi kita akan tetap Setia berjalan bersamaNya. Karena kita tahu Penderitaan dan Senggsara Yesus dalam Membayar hutang-hutang dosa kita, jauh lebih berat dari pada Gumul dan Derita Hidup kita. Karena kita Percaya Yesus yang mati disalib bukan berarti Dia kalah dan hancur, tetapi disalib itulah DIA mendapatkan KEMULIANNYA. Demikian saya dan saudara-saudara Kemuliaan kita ternyata tidak hanya terletak pada Apa yang menyenangkan dan menggembirakan, Tetapi Kemuliaan kita juga terdapat pada ujian-ujian Iman yang harus kita alami.
Terkahir, Beranilah seperti Yusuf dari Arimatea untuk tetap menjalani Hidup yang Baik dan Benar, meski dia harus berbeda dengan teman-temannya. Sebab dia tahu kebenaran hanya ada didalam Yesus, karena itu Tuhan memberikan Hikmat dan Kebijaksanaan yang terbaik kepada Yusuf, untuk berjumpa dengan Pilatus, dan Sebagai seorang yang berkuasa Pilatus memenuhi permintaan yusuf. Maka demikian dengan kita, saat kita mampu menjaga Kebaikan dan Kebenaran dalam hidup kita, pasti selalu akan ada jalan yang dibukakan oleh Tuhan. Selalu akan ada Pertolongan yang akan disediakan oleh Tuhan. Jika kita selalu Hidup baik dan Benar di mata Allah. Amin