Dalam keseharian, kita mungkin pernah mendengar fenomena katak. Katak disebutkan tergolong sebagai makhluk berdarah dingin, artinya temperatur tubuh katak mampu menyesuaikan dengan temperatur sekitarnya. Itulah yang membuat katak dapat hidup di air yang dingin, maupun di daratan yang lebih panas tanpa merasa kepanasan atau kedinginan. Berbeda dengan kita, manusia adalah makhluk berdarah panas, artinya temperatur tubuh manusia harus dijaga pada 36-37° Celcius dengan temperatur lingkungan sekitar 26-27° Celcius. Jika suhu tubuh di atas 42° Celcius atau di bawah 27° Celcius maka orang dapat mengalami kematian. Sebaliknya dengan hewan berdarah dingin seperti katak, jika seekor katak dimasukan ke dalam panci berisi air dingin lalu dipanaskan di atas kompor, maka katak tidak akan menyadari perubahan lingkungan hidupnya secara gradual, tahu-tahu ia sudah mati dalam keadaan terebus matang.
Fenomena katak seperti ini adalah gambaran dari seseorang manusia yang tidak peka dengan perubahan lingkungan. Padahal kehidupan manusia adalah kehidupan yang sangat dinamis, dimana perubahan terjadi setiap saat, baik secara politik, teknologi, budaya bahkan alam. Untuk bisa survive dalam situasi yang demikian, maka kita harus selalu siaga (be prepared) terhadap setiap perubahan.
Perubahan-perubahan itu dapat nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari menerapkan pola hidup sehat dengan berolah raga, lalu mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari junk food, juga dengan merubah cara pandang serta perlakuan kita terhadap orang lain sehingga kita memiliki good mental health. Namun ada sebuah perubahan penting yang seharusnya nampak dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, yaitu pembaharuan budi.
Bacaan firman Tuhan bagi kita di minggu berjalan ini dimulai dengan ajakan Rasul Paulus kepada jemaat di Roma untuk mempersembahkan diri kepada Allah. Sebelumnya kita perlu mengerti kenapa mereka (jemaat Roma) diminta untuk mempersembahkan dirinya kepada Allah? Dalam pasal 11:25-36, Paulus menjelaskan bahwa hanya oleh karena kasih karunia Allah, jemaat Roma walaupun bukan berasal dari garis keturunan Yahudi, telah menjadi umat dan kekasih Allah. Sebagai umat dan kekasih Allah, jemaat Roma sepatutnya mengarahkan hidup untuk Allah dan demi kemuliaan-Nya, dan wujud nyatanya adalah dengan “mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah” (ayat 1). Artinya bahwa seluruh kehidupan kita diberikan untuk menyenangkan hati Allah, tubuh, jiwa dan roh kita dipersembahkan untuk kemuliaan Allah.
Lalu bagaimana caranya agar mereka bisa mempersembahkan diri kepada Tuhan? Paulus mengatakan “janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini”. Rupanya Jemaat Roma adalah orang-orang yang telah mengenal dan mengikut Kristus, tetapi pengenalan mereka akan Kristus tidak membuat hidup mereka berbeda dengan orang sekitar. Jika orang lain di sekitar mereka suka korup, mereka juga melakukannya. Jika orang lain di sekitar mereka menganggap wajar percabulan, mereka juga melakukannya. Kepada mereka yang seperti itu Paulus mengingatkan agar jangan menjadi sama dengan dunia.
Nasihat Paulus ini juga tetap relevan dalam kehidupan kita sebagai umat dan kekasih Allah, sebagai orang percaya yang telah diselamatkan dan telah menggenakan hidup baru. Kita tidak boleh sama dengan dunia, kita perlu berbeda dengan dunia. Kita bukan katak yang tidak peka dengan perubahan lingkungan, di dingin bisa hidup, di panas pun bisa hidup, lalu ternyata mati. Kita perlu belajar seperti ikan laut, yang walau pun hidup di air laut yang asin tetapi tidak ikut menjadi asin. Kita pun demikian, hidup di dunia tetapi tidak duniawi. Kita harus menampakkan cara hidup yang berbeda, tanggalkanlah hidup yang lama dengan hidup kudus. Kekudusan tersebut hanya mungkin terwujud jika kita mau berubah, yaitu “berubah oleh pembaharuan budi…” artinya perubahan dari kehidupan sebelumnya menjadi hidup yang mempersembahkan diri untuk kemuliaan Allah. Kekudusan tersebut hanya mungkin terwujud jika kita hidup dengan tidak mengikuti gaya hidup dunia, seperti mabuk-mabukan, dunia malam, pergaulan bebas, mementingkan diri sendiri, suka berbuat dosa, tidak takut Tuhan, dll yang tidak disukai oleh Tuhan. Dengan demikian, kendatipun kita tetap berada di dunia tetapi tidak menjadi serupa dengan dunia ini.
Apa yang kita miliki di dunia ini pada akhirnya akan lenyap, namun sementara kita ada di dunia ini kita diberikan karunia-karunia yang sekalipun berbeda-beda, tetapi semua itu sama di mata Tuhan Allah. Paulus mengingatkan untuk tidak memegahkan atau menyombongkan diri, tetapi bagaimana saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Apapun karunia yang Tuhan Allah beri, lakukanlah segala sesuatu dengan hati yang ikhlas, rajin dan penuh sukacita. Pergunakanlah semua karunia yang Tuhan Allah anugerahkan dengan baik dan benar untuk kemuliaan nama- Nya sebagai bentuk persembahan yang terbaik kita. Akhirnya, biarlah masing-masing kita merenungkan sudahkah kita memberi persembahan yang terbaik untuk Tuhan Allah melalui sikap dan perilaku hidup yang telah diperbaharui. Kiranya kita yang telah diperbaharui di dalam Tuhan mampu menunjukkan kualitas iman di hadapan Tuhan dan sesama kita manusia. Tuhan Yesus memberkati. Amin.