TEMA BULANAN : “Firman Tuhan Penuntun Hidup Sejahtera Berkeadilan”
TEMA MINGGUAN : “Diusir dari Taman Kebahagiaan”
BACAAN ALKITAB : Kejadian 3:1-24
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang termulia. Kepadanya dikaruniakan berbagai bentuk keistimewaan antara lain: otak sebagai alat berpikir dan pusat akal sehat, hati sebagai alat pertimbangan moral, pancaindra, kesehatan, kekuatan fisik, cerdik dan terampil untuk mengusahakan dan menjalani kehidupan sesuai kehendak Pencipta. Langit dan bumi serta segala kekayaannya dipercayakan untuk ditaklukan dan dikuasai oleh manusia dengan tujuan untuk menjaga serta memelihara demi kehidupan yang bahagia dan sejahtera seluruh ciptaan.
Harmonisasi kehidupan alam semesta yang bahagia dan sejahtera akan lestari apabila dikelola dan dikerjakan dengan aturan firman Tuhan. Di segala lini kehidupan ini ada aturannya. Tanpa aturan atau hukum akan terjadi kekacauan yang merusak tatanan kehidupan. Itulah sebabnya penyerahan kewenangan diikuti dengan pemberian aturan, yaitu firman Allah sebagai batasan untuk menjamin terselenggaranya kehidupan yang bahagia dan sejahtera di muka bumi ini. Pelanggaran terhadap aturan atau hukum adalah pemberontakan yang mengakibatkan kerusakan dan dapat mengacaukan sendi-sendi kehidupan.
Dunia ini adalah taman kehidupan yang memberikan kebahagiaan kepada umat manusia, akan tetapi di berbagai tempat di muka bumi ini masih terlihat kehidupan yang penuh kesusahan, penderitaan, kemiskinan, kemelaratan, kekerasan, penindasan, perkelahian dan lain-lain. Melalui tema Diusir dari Taman Kebahagiaan, umat manusia dan warga gereja secara khusus hendak diingatkan pentingnya mendengar, memperhatikan dan menjalankan peraturan, hukum sebagai perwujudan ketaatan terhadap firman Tuhan, demi terciptanya kehidupan yang harmonis, sejahtera dan bahagia.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Setelah Allah menciptakan langit bumi dan segala isinya, menetapkan waktu dan menempatkan manusia di taman Eden, dimulailah sejarah tentang kehidupan manusia.
Perikop Kejadian 3: 1-24 mengisahkan kejatuhan manusia ke dalam dosa yang mengakibatkan penghukuman dan pengusiran dari taman Eden. Di dalam ruang dan waktu sejarah manusia hadirlah ular sebagai binatang yang paling cerdik (Ibr, Aruwm = cerdik, bijak, licik), yaitu perilaku yang berdasarkan naluri, dorongan keinginan tanpa pertimbangan, tanpa akal sehat, tanpa tujuan.
Ular itu menghampiri perempuan dan memulai percakapan yang berkembang menjadi suatu forum diskusi atau perdebatan yang mempersoalkan firman Tuhan, yaitu aturan/hukum yang ditetapkan Allah untuk membatasi dan melarang manusia memakan buah pohon yang ada di tengah-tengah taman Eden.
Melalui suatu pertanyaan retoris memberi kesan binatang yang cerdik itu tahu sedikit isi firman Tuhan. Pertanyaan itu seakan memperlihatkan sikap yang meragukan kebenaran dan membenarkan keraguan : “Tentulah Allah berfirman semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya bukan? Pertanyaan itu sangat efektif merangsang aspek kognitif (pengetahuan) si perempuan untuk membantah, meluruskan dan mengedukasi. “lalu sahut perempuan itu, buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan. Namun bantahan itu gagal, manusia perempuan itu kurang lengkap dan tepat mengutip dan mengaplikasikan Firman Tuhan. Kegagalan itu terlihat dari ucapannya, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu nanti kamu mati. Dibandingkan dengan Kejadian 2:17, kutipan firman sebagai bantahan itu tidak lengkap dan tepat. Penambahan kata ‘ataupun raba’ buah itu dan mengganti kata-kata pastilah engkau mati dengannanti kamu matimendes-kripsikan inkonsistensi. Di satu sisi memberatkan aturan/hukum Tuhan dan di sisi yang lain meringankan sanksi hukuman. Demikian juga menghilangkan kata-kata “sebab pada hari engkau memakannya pastilah engkau mati” memperlihatkan adanya pemahaman yang “kurang utuh” mengenai firman Tuhan.
Inkonsistensi dan hilangnya komitmen untuk mentaati firman secara utuh menciptakan ruang kosong di dalam hati sehingga diisi oleh berbagai kenginan yang tidak benar. Ini menyebabkan konflik batin yang berat sehingga hidup dikuasai oleh keinginan semata lalu bertindak berdasarkan naluri atau kehilangan pertimbangan moral dan akal sehat.
Ayat 4 dan 5 boleh disebut sebagai hoax (kebohongan) yang paling tua, yang pertama hadir di tengah-tengah kehidupan manusia. Dengan mudahnya hoaks ini merasuk dan merusak otak dan hati. “sekali-kali kamu tidak akan mati….kamu akan menjadi seperti Allah, menjadi suatu tawaran menarik. Ini semakin merintangi untuk fokus kepada larangan, diperdaya oleh kebohongan yang menghanyutkan perempuan itu dalam bayang-bayang keinginan yang kuat.
Perkataan-perkataan ular (ayat 4,5,6) menyeret si perempuan berada dalam ketegangan antara keinginan dan larangan. “… melihat bahwa buah pohon itu baik, sedap kelihatannya, menarik hati, memberi pengertian adalah upaya internal mencari solusi membenarkan diri untuk memperoleh kekuatan dan kekuasaan magis dari buah pohon itu. Ketegangan ini memproyeksikan larangan Tuhan sebagai penghalang keinginan manusia untuk mendapatkan haknya menjadi seperti Allah, tahu segala sesuatu. Jalan keluar memecahkan dilema ini, mengambil dan memakan buah itu. Tragisnya, perempuan itu memberikan juga kepada suaminya yang tanpa pertimbangan menerima dan memakan buah itu.
Perbuatan melawan firman itu berlangsung seperti sebuah kecelakaan yang terjadi secara mendadak, terbukalah mata mereka(ayat 7). Pemberontakan itu segera menanggalkan kemuliaan, tanda datangnya babak baru kehidupan primitif (kuno, keadaan sangat sederhana). Kejatuhan manusia dalam dosa mengubah gambar hidup yang indah; status mulia dan agung menjadi status hina dan rendah.
Selanjutnya digambarkan dua hal: Tuhan yang selalu aktif bekerja menyertai dan memelihara ciptaan-Nya (ayat 8). Pemberontakan manusia menimbulkan rasa malu dan rasa takut. Akumulasi keduanya menyatakan bahwa hidup manusia telah dikuasai oleh dosa yang merusak relasi dengan Allah.
Bersembunyi adalah usaha yang sia-sia. Di hadapan Allah tidak ada yang disembunyikan (ayat 9). Allah yang aktif, bertindak memanggil dan mencari. “Di manakah engkau?” adalah penyataan kasih Allah kepada ciptaan-Nya. Pengakuan yang tulus dan jujur itulah yang dikehendaki Allah. Tetapi kuasa dosa menjadi penghalang bagi manusia untuk mengakui kesalahan dan kelemahannya. Rasa takut dan malu memaksa manusia mem-benarkan diri dengan cara mempersalahkan yang lain. Manusia mempersalahkan isterinya dan si isteri mempersalahkan si ular.
Hasil interogasi interpersonal dalam pengadilan Allah yang bertindak sebagai hakim membuktikan ketiga oknum ini bersalah. Hukuman dijatuhkan. Ular sebagai binatang paling cerdik dihukum menjadi binatang terkutuk; menjalar dengan perut, makan debu tanah dan menjadi musuh abadi manusia. Perempuan (isteri) mendapat hukuman; susah payah dan kesakitan ketika mengandung dan melahirkan anak serta merendahkan derajatnya di bawah suaminya. Manusia (suami) divonis dengan hukuman bersusah payah mencari rezeki, berpeluh mencari makanan dan hidup di tanah yang terkutuk. Akibat kejahatan dan pemberontakan manusia, Allah mengutuk ular dan tanah tapi bukan manusia. Penghukuman kepada manu-sia lebih bersifat pendidikan dari pada pembalasan (ayat 10-19).
Pemberian nama kepada perempuan oleh suaminya dariIsyah atau penolong yang sepadan menjadihawa atau ibu semua yang hidup menjadi tanda dimulainya babak baru kehidupan manusia dalam keterbatasan/kelemahan tetapi berkelanjutan (ayt 20). Perhatian dan kepedulian Allah yang memelihara dan menyediakan dibuktikan dengan membuat dan mengenakan pakaian dari kulit binatang. Kata-kata membuat dan mengenakan menggambarkan perasaan Allah yang penuh belas kasihan kepada manusia (ayat 21).
Selanjutnya, Tuhan Allah mengusir (Ibr shalach, menyuruh, membiarkan pergi) dan menghalau (Ibr, garash = mengusir, menyingkirkan) manusia dari taman Eden (Ibrani: kesenangan, kebahagiaan) supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Penggunaan kedua kata kerja ini (mengusir, menghalau) memberi penegasan bahwa manusia tidak diizinkan lagi untuk kembali. Jalan ke kehidupan sesungguhnya telah tertutup, oleh penjagaan beberapa kerub (Ibr, karuwb = golongan malaikat yang digambarkan sebagai mahluk bersayap dan melambangkan kehadiran Allah dan keagungannya) dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, manusia dicegah untuk mengulangi pemberontakannya dan menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Makna dan Implikasi Firman
Kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah pengakuan yang bertujuan menjawab pertanyaan asal usul dosa, penderitaan dan bekerja dengan susah payah. Akibat dosa, hidup yang penuh berkat menjadi hidup yang penuh penderitaan. Dosa adalah perbuatan melawan kehendak Allah; suatu upaya merampas atau mencuri kepunyaan Allah. Keinginan manusia yang berlebihan sebagai ciptaan dengan mengetahui segala sesuatu adalah mustahil. Status sebagai ciptaan memberi pesan penting bahwa dalam kesempurnaannya terdapat keterbatasan dalam diri manusia. Karena itu, manusia akan tetap menjadi manusia sejati ketika hidupnya bergantung kepada Allah selaku Pencipta melalui ketaatan kepada firman-Nya.
Kejatuhan dalam dosa, disatu sisi memperlihatkan hal kegagalan manusia mengerjakan dan mengaplikasikan Firman Tuhan (gagal paham akibatkan gagal aksi). Di sisi lain memperlihatkan Allah yang tidak pernah gagal dalam rencana-Nya. Kesalahan atau dosa manusia tidak membuat kasih setia Tuhan berkurang sebaliknya tragedi itu semakin memperlihatkan Allah yang aktif dalam tindakan melindungi dan memelihara ciptaan-Nya. Penghukuman dan pengusiran dari taman Eden termasuk tindakan Allah untuk melindungi dan menyelamatkan manusia dari kebinasaan kekal.
Dosa menciptakan rasa malu dan takut. Hal ini menjadi titik lemah yang melekat dalam diri manusia tetapi Tuhan yang setia dan penuh kasih selalu menyapa jangan takut, Aku masih ada, menyertaimu untuk menyelamatkanmu.
Firman Tuhan sebagai petunjuk atau hukum yang harus ditaati bukan bermaksud menghalangi atau mengekang manusia melainkan untuk membebaskan manusia dari penderitaan karena dosa, supaya bebas bergaul dengan Tuhan, bebas berelasi dengan sesama ciptaan.
Dosa membuat manusia diusir dari persekutuan dengan Allah dari Taman Kebahagiaan yang sesungguhnya. Namun melalui Yesus Kristus jalan yang tertutup kini terbuka, manusia diperdamaikan dengan Pencipta-Nya (Bnd Matius 27:51, Yohanes 3:16, 14:6)
Penyertaan dan pemeliharaan Allah sebagai bukti kasih setia-Nya yang kekal dinyatakan melalui Yesus Kristus. Allah yang turun dari sorga, masuk ke dalam dunia menjadi sama dengan manusia, merasakan penderitaan dan mati, hina dan rendah. Di dalam dan bersama Kristus, Eden yang baru dihadirkan bagi manusia. Dialah jalan masuk menuju kebahagiaan kehidupan yang sesungguhnya (Bnd Yohanes 14:6). Hidup damai sejahtera dalam relasi yang indah dengan Tuhan Allah dan ciptaan lainnya.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1. Mengapa manusia diusir dari Taman Eden berdasarkan bacaan Kejadian 3:1-24 ?
2. Apa yang seharusnya dilakukan untuk menghadapi godaan keinginan agar tidak jatuh dalam dosa dan bagaimanakah upaya kita menghadirkan kembali Eden yang sesungguhnya?
NAS PEMBIMBING: Wahyu 21:23
POKOK-POKOK DOA:
- Karuniakan Hikmat untuk memahami Firman Tuhan
- Hidup dalam Ketaatan pada Firman Tuhan supaya tidak jatuh dalam dosa
- Menghadirkan Eden yang baru
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK I.
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Panggilan Beribadah : Indah sebagai di Eden
Nyanyian Masuk : KJ No. 268 Aku Tahu Satu Kota
Pengakuan Dosa: KJ No.358 Semua yang letih lesu
Pemberitaan Anugerah : KJ. No. 33 Suara-Mu Kudengar
Pengakuan Iman: KJ No.280 Aku Percaya
Hukum Tuhan: NKB No.115 Firman-Mu, Tuhan Adalah Kebun
Pembacaan Alkitab: KJ No. 356 Tinggallah Dalam Yesus
Persembahan NKB No. 199 Sudahkan Yang Terbaik Kuberikan
Nyanyian Penutup NKB No. 163 Tak Mudah Jalanku
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.