DODOKUGMIM.COM, Minsel – Setelah lima kali digelar, nama “Potato Festival” atau Festival Kentang semakin dikenal. Ajang tahunan yang dilaksanakan di Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan ini punya target besar. Menjadi daerah tujuan wisata Hortikultura.
“Pertama kali dilaksanakan pada Oktober 2014. Kami punya visi besar, agar Modoinding menjadi daerah wisata Hortikultura, di mulai dari pelayanan GMIM di Wilayah Modoinding,” terang Pdt. Wailan Posumah, M.Th, pencetus ide Festival Kentang, yang juga Ketua Badan Pekerja Majelis Wilayah Modoinding, saat ditemui di kediamannya, Jumat (19/7/2019).
Posumah bercerita, membuat kegiatan yang punya dampak besar bagi jemaat dan masyarakat adalah ide pertama yang terlintas dibenaknya, setelah mendapat penugasan melayani di Wilayah Modoinding. “Sebelum pindah, saya datang untuk melihat-lihat dan mulai berpikir apa yang bisa saya lakukan di sini. Terpikir festival untuk hasil pertanian,” tuturnya.
Ide ini, lanjut dia, langsung dijalankan saat mulai bertugas, di tahun 2014 silam. Selama empat bulan semua ide dikerjakan hingga berhasil digelar. “Empat bulan itu musim panas, tapi tepat pelaksanaan, hujan turun. Jemaat sangat senang, bagi mereka itu tanda berkat,” tandasnya.
Nama Festival Kentang, kata Posumah, ia dapatkan setelah berdiskusi dengan anaknya. “Sejak hari itu, Festival Kentang ini menjadi even tahunan. Sudah lima kali digelar,” tandasnya.
Menuju perhelatan keenam pada Oktober mendatang, segala persiapan makin dimatangkan. “Apa yang kurang di tahun lalu, kita perbaiki. Termasuk memastikan semua hasil pertanian meningkat,” ujar Posumah.
Posumah berkisah, kesulitan pertama yang dihadapi justru datang dari kalangan petani. Untung atau rugi secara ekonomi adalah hal yang paling disoal.
“Melalui mimbar gereja, kami ingatkan agar Festival Kentang ini jangan diukur dari segi ekonomi saja, tetapi harus dilihat juga sebagai bentuk ucapan syukur pada Tuhan atas berkat yang diberikan,” ungkap Posumah yang juga Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat Sion Pinasungkulan.
Sosialisasi berkelanjutan, jadi kunci. “Ada juga strategi lain, seperti menggandeng tokoh masyarakat, stakeholder, juga pemerintah,” jelasnya.
Tahun 2019 ini, Posumah menuturkan, Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan mengucurkan dana bantuan sebesar Rp 1 miliar untuk gelaran Festival Kentang yang rencananya dilaksanakan pada 12 Oktober. “Dana Rp 1 miliar ini bersumber dari APBD Kabupaten Minasa Selatan,” tambahnya.
Ia menjelaskan, Festival Kentang ini melibatkan semua pihak, terutama gereja. “Semua jemaat GMIM mengikutsertakan setiap kolom, masing-masing menampilkan 1 kalero dan mobil hias,” kata dia. Kalero adalah kendaraan roda dua yang sudah dimodifikasi khusus untuk mengangkut hasil pertanian.
Kini, dukungan masyarakat semakin meluas. “Ini memang program GMIM, tapi manfaatnya terasa bagi semua masyarakat. Kami juga turut mengambil bagian,” ungkap Ros, Jemaat GPDI Victoria Pinasungkulan.
Selvie Maindoka, warga Modoinding yang sehari-hari berdagang di Pasar Modoinding, mengungkapkan hal senada.“Walaupun harga kentang untuk tahun-tahun terakhir ini mahal namun saya mengimani ini berkat bagi warga Modoinding” ungkapnya sambil melayani pembeli jualannya.
Bagi Sherly Umboh, Festival Kentang menjadi ajang berjumpa saudara. “Banyak saudara dari jauh yang datang, jadi rumah kami juga menyiapkan makanan untuk menjamu orang-orang yang datang dari luar,” kata wanita yang sudah 35 tahun berjualan sayuran di Pasar Agropolitan Modoinding. (dodokugmim/nikitasangian)