Maria Magdalena adalah perempuan yang sudah mengikuti Yesus sejak masa pelayanan Yesus. Dia adalah seorang perempuan kaya yang melayani Yesus dan rombonganNya (Luk 8:2-3). Yesus sendiri pernah menolongnya dengan mengusir tujuh roh jahat yang merasukinya (Mrk 16:9). Perempuan yang berasal dari Magdala ini sangat mengasihi Yesus, hal itu terbukti ketika Yesus sedang berada di kayu salib, Maria Magdalena hadir disana (Mat 27:56) ketika murid-murid Yesus yang lain lari entah kemana. Bahkan ia ada dan melihat bagaimana Yesus dikuburkan (Mrk 15:47).
Bangun pada waktu subuh, pergi membeli rempah-rempah bersama dengan perempuan yang lain dan pergi ke kubur Yesus untuk merempahi jasad Yesus merupakan bentuk pengabdian mereka kepada Yesus. Mereka tetap mengabdi kepada Yesus sekalipun pada waktu itu mereka tahu bahwa orang yang mereka kasihi itu sudah meninggal. Maka jika perempuan-perempuan tersebut melakukan sebuah tindakan yang menunjukkan pengabdian kepada Yesus yang walaupun “Yesus sudah meninggal”, seharusnya kita sebagai orang-orang percaya yang sudah tahu dan memahami Yesus telah dibangkitkan dari antara orang mati, maka kitapun haruslah menunjukkan pengabdian yang lebih tinggi lagi.
Injil Yohanes hanya menyaksikan Maria Magdalena pada peristiwa kebangkitan Yesus, berbeda dengan injil lain yang menyaksikan beberapa perempuan lainnya. Hal ini karena penulis memang hanya menyoroti saksi pertama pada peristiswa besar ini. Maria lebih beruntung dari perempuan lainnya dan juga kedua murid laki-laki yang datang kemudian. Karena dia bukan hanya yang pertama yang melihat kubur kosong tapi juga dia menjadi orang pertama yang melihat Yesus sudah bangkit. Perempuan-perempuan yang lain hanya melihat kubur kosong, namun tidak melihat Yesus. Kubur kosong saja sesungguhnya belum cukup untuk membuktikan bahwa Yesus benar-benar bangkit, harus ada penampakan.
Penampakan diri Yesus mengkonfirmasi bahwa kubur kosong itu membuktikan Dia hidup. Cerita kubur kosong tidak terlalu ada manfaatnya tanpa penampakan, sebaliknya cerita penampakan tidak bisa berdiri tanpa kubur kosong, artinya kedua hal ini harus secara nyata terjadi. Maria Magdalena adalah orang pertama yang menyaksikan kedua hal itu. Yesus menampakkan diri kepada Maria tidak jauh dari tempat Yesus dikuburkan. Kuburan itu adalah sebuah taman, orang-orang kaya di zaman itu memang membuat makam dalam sebuah taman. Di tempat itulah Maria melihat penampakan Yesus dan ini adalah penampakan pertama setelah kebangkitan.
Awalnya Maria berpikir bahwa Yesus adalah seorang penunggu taman. Istilah penunggu taman membawa kita pada kisah penciptaan dimana Allah menempatkan Adam di taman Eden (Kej 2:15). Maria melihat Yesus sebagai penunggu taman bukan suatu kebetulan, karena Adam yang pertama juga adalah seorang tukang kebun dan Yesus sebagai Adam yang terakhir dilihat sebagai tukang kebun. Apa maknanya ini? Injil Yohanes ingin manyatakan bahwa kebangkitan Kristus merupakan awal kehidupan yang baru. Tidak salah bahwa Yesus bangkit pada pagi-pagi benar, bahkan dalam Yoh 20:1 cerita kebangkitan dimulai dengan kalimat “Pada hari pertama”, Yohanes tidak mengatakannya pada hari ketiga, padahal jika dihitung Yesus bangkit pada hari yang ketiga, dalam hal ini Yohanes mencatat bukan sebagai hari ketiga setelah Yesus disalibkan, tetapi hari pertama pada minggu itu.
Hari pertama dan pagi hari merupakan awal yang baru. Kebangkitan Kristus menjadi awal kehidupan yang baru bagi orang-orang percaya. Kehidupan baru dalam arti yang dahulunya diperbudak oleh dosa, sekarang tidak lagi diperbudak oleh dosa. Sekalipun Maria sudah melihat Yesus namun dia belum langsung mengenal gurunya itu, dia baru mengenal Yesus ketika Yesus menyapanya dengan memanggil namanya. Hal ini mengantar kita pada pemahaman bahwa tidak ada satupun yang bisa mengenal Tuhan jikalau bukan Tuhan yang menyapa secara pribadi, tidak ada yang bisa mengenal Tuhan jikalau tidak ada perjumpaan pribadi denganNya. Setelah Maria tahu bahwa orang yang ada di dekatnya itu adalah Yesus, dia berusaha memegang Yesus. Dalam terjemahan Yunani kata memegang bisa juga diartikan sebagai memeluk dengan erat dan menahan.
Maria begitu mengasihi Yesus, dan kematian Yesus begitu menyesakkan hatinya. Maka ketika dia tahu bahwa jasad Yesus tidak hilang bahkan Yesus sudah bangkit, dia ingin menahan Yesus, seolah-olah dia mau berkata kepada Yesus untuk tidak pergi kemana-mana. Tapi perkataan Yesus jangan memegang atau menahan Aku, karena Aku belum pergi kepada Bapa, hendak memeberitahu kepada Maria bahwa tempatNya bukan disitu, tetapi bersama dengan Bapa. Dalam peristiwa itu ada dua hal yang ditekankan Yesus untuk dilakukan oleh Maria, yaitu “Jangan memegang/menahan Aku” dan “Pergilah… dan katakanlah” (ayat 17). Ketika Yesus menampakkan diri kepada Maria, itu bukan berarti bahwa berita kebangkitan hanya disimpan sebagai pengalaman pribadi Maria saja.
Kebangkitan Kristus adalah peristiwa yang terlalu besar untuk dikurung bagi kalangan sendiri atau menjadi konsumsi pribadi. Sebagaimana Yesus menyuruh Maria untuk pergi begitupun kita harus pergi. Secara naluri Maria ingin bersama-sama dengan Yesus, Maria membutuhkan Yesus waktu itu, tapi Yesus justru menyuruh Maria untuk melakukan perintahNya. Persekutuan dengan Yesus adalah hal yang penting, namun jangan kita mengurung Yesus dalam persekutuan pribadi kita. Sebagai gereja kita dipanggil untuk menjadi saksi bagi peristiwa besar itu, dan seperti Maria biarlah kita berseru kepada dunia “aku telah melihat Tuhan”. Memang kita tidak lagi melihat Yesus secara jasmani hari ini sebagaimana Maria melihat Yesus pada waktu itu, tapi kita bisa “melihat” Dia melalui iman kita, kita bisa “melihat” Dia melalui firmanNya. Maka sama seperti Maria, marilah pergi dan memberitakan apa yang kita “lihat” itu, bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati dan mengalahkan maut. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.