Bersyukur untuk anugerah Tuhan atas tahun yang baru kita nikmati! Di minggu pertama tahun 2025 kita diajak untuk merenungkan firman Tuhan dari Mazmur 1:1-6. Bagian bacaan ini merupakan pengantar atau pembuka dari kumpulan Mazmur. Kata ”mazmur” berasal dari bahasa Ibrani mizmor, yang berarti ”pujian.” Namun dalam Mazmur pasal 1 bukanlah berisi sebuah pujian melainkan tentang mengajarkan sesuatu (Mazmur kebijaksanaan) dalam bentuk bait yang indah. Mazmur ini menasihati para pembaca untuk bertekun mempelajari Hukum Allah, yakni Hukum Taurat. Selain itu, Mazmur ini juga memperingatkan kepada para pembaca apa yang akan terjadi jika mereka tidak bertekun mempelajari Hukum Allah.
Mazmur pasal 1 ini terdiri dari dua bait. Bait pertama (ayat 1-3) menggambarkan keadaan orang benar yang sejati. Ayat 1 menyatakan apa yang tidak akan dilakukan orang benar. Ayat 2 menyatakan apa yang akan dilakukannya. Ayat 3 menggambarkan orang benar sebagai pohon yang tumbuh subur. Bait kedua (ayat 4-6) membandingkan dengan orang fasik. Ayat 4 orang fasik digambarkan seperti sekam yang diterbangkan angin. Orang seperti itu tidak akan ikut menikmati masa depan bahagia yang dinikmati oleh orang benar. Sebaliknya, ia telah ditetapkan untuk binasa ditekankan pada ayat 5. Dan ayat terakhir menunjukkan alasan atas dibuatnya perbedaan di antara keadaan orang benar dan orang fasik.
Mazmur ini membandingkan dua hal yang berlawanan. Di sini pemazmur menggunakan perbedaan tajam antara pohon yang mantap tertanam dengan sekam yang mudah diterbangkan angin. Dengan begitu, ia memperkuat perbedaan antara dua jenis orang yang diperbandingkannya.
Memasuki tahun baru ini kita diajak untuk merenungkan jalan hidup yang akan kita lalui di tahun ini.
Apakah kita saat ini masih “berjalan..(menurut jalan orang fasik)”, “berdiri.. (di jalan orang berdosa)” dan “duduk..(dalam kumpulan pencemooh)”?
Orang fasik, adalah orang yang hidupnya atau kelakuannya bertentangan dengan sifat-sifat Allah, yaitu orang-orang selalu berbuat dosa, suka berbohong (Mzm. 50:16-20), penipu (Mzm. 37:21). Orang berdosa, maksudnya ialah orang-orang yang dengan terang-terangan memberontak melawan Allah dan melayani kepentingan dosa dan Iblis.
Kumpulan pencemooh, dalam konteks ini menunjuk kepada orang-orang yang mengejek agama atau Allah secara terang-terangan. Orang-orang ini tidak percaya bahwa Allah itu ada. Ketiga istilah ini menggambarkan orang-orang yang tidak menaati Allah, padahal mereka mengetahui kehendak-Nya yang dinyatakan dalam Hukum-Nya.
Perhatikan, orang yang disebut berbahagia adalah orang yang tidak bertindak seperti orang-orang dalam golongan tersebut. Pemazmur menyebutkan ciri orang benar yaitu: kesukaannya ialah Taurat TUHAN. Kesukaan berarti dia membaca, menaati, memikirkan, dan mempelajari Perintah TUHAN atau Ajaran TUHAN.
Marilah kita menjadikan firman Tuhan sebagai hal yang terutama dan lebih berharga dari apa pun sehingga kita mau merenungkannya dengan sepenuh hati, maka kita sedang hidup dalam perjanjian berkat Tuhan dan disebut sebagai orang yang berbahagia. Siang dan malam berarti setiap hari, bukan hanya sehari dua hari, atau saat perlu saja, namun di segala situasi atau keadaan, dan secara konsisten.
Inilah kunci hidup terberkati! Bahkan keberadaan orang yang suka merenungkan firman Tuhan itu diibaratkan “…seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” (ayat 3).
Sebuah pohon yang tertanam di tepi aliran air atau dekat sumber air pasti akan menghasilkan buah. Pohon tersebut tidak akan layu di segala situasi, bahkan di musim kering sekalipun, karena akarnya menancap kuat dan dalam pada sumber air. Itulah keberadaan orang benar yang senantiasa tinggal di dalam firman-Nya. Semoga Tuhan Allah terus menuntun kita untuk hidup di jalan yang dikehendaki-Nya! Amin