Seorang murid berbicara dengan gurunya. Ia bertanya, “Guru, bisakah engkau tunjukkan dimana jalan menuju sukses ?
“Uhm…..,” Sang guru terdiam sejenak. Tanpa mengucapkan sepatah kata, sang guru menunjuk ke arah sebuah jalan. Murid itu segera berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang guru.
Ia tak mau membuang-buang waktu lagi untuk meraih kesuksesan. Setelah beberapa saat melangkah tiba-tiba ia berseru, “Ha! Ini jalan buntu!” Benar, di hadapannya berdiri sebuah tembok besar yang menutupi jalan.
Ia terpaku kebingungan, “Barangkali aku salah mengerti maksud sang guru.”
Kembali, murid itu berbalik menemui sang guru untuk bertanya sekali lagi, “Guru, yang manakah jalan menuju sukses.”Sang guru tetap menunjuk ke arah yang sama. murid itu kembali berjalan ke arah itu lagi. Namun yang ditemuinya tetap saja sebuah tembok yang menutupi. Ia berpikir, ini pasti hanya gurauan. Dan murid itu pun merasa dipermainkan.
Emosi dan dengan penuh amarah ia menemui sang guru, “Guru, aku sudah menuruti petunjukmu. Tetapi yang aku temui adalah sebuah jalan buntu. Aku tanyakan sekali lagi padamu, yang manakah jalan menuju sukses? Kau jangan hanya menunjukkan jari saja, bicaralah!”
Sang guru akhirnya berbicara, “Di situlah jalan menuju sukses. Hanya beberapa langkah saja di balik tembok itu.” Naiki dan lewatilah dan engkau akan melihat jalan sukses disana.
Saudaraku yang diberkati TUHAN………………
Seberapakah dari kita yang mungkin mengalami hal yang sama dengan sang murid? Dan ada beberapa dari kita yang kemudian mendongkol/mengeluh atas apa yang terjadi? Atau sebagian dari kita yang tidak percaya dan menganggap ahhh….! Ini hanya sebuah candaan atau gurauan; bagaimana mungkin ini adalah jalan sukses?
Mungkin ada juga dari kita yang kemudian menyerah dengan hambatan, daripada sebuah kesuksesan yang akan diraih dari sebuah perjalanan yang penuh dengan tembok-tembok tinggi dan tebal dalam kehidupan ini. Olehnya saat ini, kita akan belajar tentang bagaimana berjalan dengan taat karena mendengar dan melakukan perintah/titah TUHAN. Sebuah perjalanan yang juga tidak mudah; penuh dengan tantangan, tapi yang paling utama adalah keberhasilan/kesuksesan dari perjalanan yang berat. Hal ini dapat terjadi atau bisa dilalui karena kita taat pada perintah/titah TUHAN. Sehubungan dengan hal itu maka tema perenungan kita saat ini adalah “Berjalan Menurut Titah TUHAN”. Suatu perenungan yang didasarkan pada perjalanan bangsa Israel setelah mereka dibebaskan dan dilepaskan oleh TUHAN dari bangsa Mesir. Ini bisa kita dalam teks saat ini yaitu di salah satu Kitab Taurat yaitu Kitab Bilangan. Kitab Bilangan berdasarkan namanya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Inggris yaitu Numbers. Sedangkan dalam bahasa aslinya kitab Bilangan ini disebut dengan Bemidbar yang mempunyai pengertian di Padang Gurun. Kita harus tahu bahwa semua kitab Taurat namanya dalam bahasa asli selalu diambil dari kata pertama ayat pertama kitab yang dimaksud. Berbicara tentang arti nama ini. Yaitu Bemidbar maka ini akan membawa kita memahami dengan jelas bagaimana keadaan orang Israel yang sesungguhnya. Bahwa setelah mengalami ‘kemenangan’ atau kelepasan dari bangsa Mesir maka TUHAN membawa mereka ada di Padang Gurun. Setidaknya ada beberapa padang gurun yang menjadi tempat orang Israel menetap berdasarkan kehendak TUHAN, sebelum mereka memasuki tanah perjanjian yaitu Kanaan. Diantaranya adalah Padang Gurun Sin, Padang Gurun Sinai dan Padang Gurun Paran. Dan melalui teks dalam Bilangan 9:15-23 kita diberitahukan bahwa orang Israel saat itu sedang berada di Padang Gurun Sinai (lihat teks pasal 9:1). Di padang gurun Sinai inilah kemudian kita mengetahui bahwa Kemah Suci di dirikan disana (ayat 15). Apa itu Kemah Suci? Dan untuk apa dia didirikan? Kemah Suci adalah tempat pertama di mana bangsa Israel beribadah sebagai bangsa, berbentuk empat persegi panjang dan memiliki ukuran sekitar 13,7 m x 4,5 m x 4,5 m. Kemah Suci terbuat dari 10 helai tenda; yang terbuat dari kain lenan berwarna ungu tua dan kain ungu muda serta kain kirmizi (Kel. 26:1; Kel. 36:8). Hal ini menandakan bagaimana Allah berdiam di antara mereka yang menjadi tempat khusus untuk beribadah dan melakukan pengurbanan dalam perjalanan mereka dari Gunung Sinai ke Tanah Perjanjian. Kemah Suci yang berarti tempat kudus dapat dibawa-bawa dan merupakan tempat Allah bersemayam di tengah-tengah bangsa Israel di padang gurun. Kemah Suci masih tetap dipakai cukup lama sesudah bangsa Israel memasuki dan menetap di Tanah Kanaan. Pada zaman hakim-hakim, Kemah Suci berada di Silo (Yos. 18:1), pada masa pemerintahan Raja Saul berada di Nob (1 Sam. 21; Mrk. 2:25-26), dan di kemudian hari berada di Gibeon (1 Taw. 16:39). Lalu akhirnya ditempatkan oleh Raja Salomo di dalam Bait Suci (1 Raj. 8:4).
Kemah Suci dibuat atas perintah Allah melalui Musa agar Allah diam di tengah-tengah bangsa Israel dan sebagai tempat mereka beribadah serta dibuat dari berbagai bahan-bahan yang dipersembahkan oleh bangsa Israel secara suka rela (Kel. 25: 1-9). Allah menunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur dari suku Yehuda dan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan untuk melaksanakan pembangunan Kemah Suci serta mereka juga dibantu oleh pengerja-pengerja ahli lainnya (Kel. 31:1-6; Kel. 35:30-36:1). Di dalam Kemah Suci terdapat Ruang Kudus dan Ruang Mahakudus yang dipisahkan oleh tabir (Kel. 26:33-34; Ibr. 9:2-7). Di dalam Ruang Kudus terdapat kaki dian dan meja roti sajian sedangkan di Ruang Mahakudus terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas dan Tabut Perjanjian (Ibr. 9:2-4).
Dan dalam dimensi gambar Kemah Suci bersama dengan Kemah-kemah orang Israel berdasarkan suku-sukunya dapat dilihat seperti gambar di bawah ini:
Dari apa yang kita lihat tentang Kemah Suci yang dibuat dan kemudian di didirikan oleh Musa dan Kaum Lewi, maka kita melihat betapa luar biasa teraturnya tempat-tempat kediaman orang Israel berdasarkan sukunya bahkan tercatat dengan jelas berapa jumlah mereka. Bahkan hal menarik yang dapat kita lihat sekilas Kemah Suci sebagai kehadiran ALLAH dikelilingi oleh kemah-kemah suku-suku Israel bentuknya adalah seperti salib.
Saudara-saudaraku yang mengasihi TUHAN….. Dari kisah Bilangan 9:15-23 ini, setelah kita memahami untuk apa itu Kemah Suci, maka kita melihat teks disaat ini pada ayat 15, bahwa ketika Kemah Suci itu berdiam di satu tempat maka kemuliaan ALLAH ada/hadir di sana/ di tempat itu. Kehadiran ALLAH ditandai dengan awan (ן֙נָעָהֶֽ,haanan) yang menutupi Kemah Suci itu, dan ketika malam sampai pagi maka awan itu kelihatan seperti api (שׁאֵ֖,esy). Bagi orang Israel awan dimaknai sebagai tanda kemuliaan dan kekaguman serta tempat kediaman/tempat tinggal ALLAH (Band. Mzm. 68:4) Awan juga sebagai tanda kehadiran ALLAH (Ibr. Shekinah). Sedangkan Api bukan
hanya sekedar dimaknai sesuatu yang menghanguskan tapi juga sebagai lambang kekudusan ALLAH dan murkaNYA terhadap dosa (Band. Yes. 66:15).
Kehadiran ALLAH yang ditandai dengan awan yang menyelubungi/menutupi (הסָּ֤כִּ,kisah) Kemah Suci ini membawa orang Israel untuk taat terhadap apa yang TUHAN perintahkan/titahkan yaitu untuk tinggal/menetap/berkemah berdasarkan kehendakNYA. Dan apabila awan itu naik (תלֹ֤עָהֵ,he`alot) maka orang Israel pun harus taat berangkat/berjalan menurut kehendak ALLAH. Entah itu mungkin perjalanannya sebulan atau satu minggu bahkan satu hari. Disini kita mendapati bagaimana melalui teks ayat terakhir dikatakan bahwa “Atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa”. Apakah yang dimaksudkan dengan titah TUHAN dalam teks asli? Titah disini adalah perintah dari kata (יפִּ֣ pi dari kata הפֶ peh) yang juga dapat diartikan sebagai pernyataan yang benar sesuai dengan kehendak TUHAN atau menurut kehendak TUHAN. Dan karenanya maka yang mendengar harus seia sekata untuk melakukannya. Seperti ketika orang Israel diam/tinggal/berkemah maka mereka harus memelihara kewajibannya kepada TUHAN. Kata memelihara dari teks asli וּרמָ֔שָׁ syamaru dari kata רמַשָׁ syamar yang dapat juga diartikan menjaga Kemah Suci serta memegang perjanjian yakni mengikuti perintah TUHAN tentu saja.
Saudaraku yang diberkati TUHAN…………
Dengan demikian maka ada beberapa point penting dalam refleksi kehidupan kita sebagai orang percaya melalui bacaan saat ini, yaitu:
Pertama, apakah kita sudah mendirikan kemah suci ALLAH? Suatu tempat dimana ALLAH hadir di tengah-tengah kehidupan kita? Ataukah kita terlalu sibuk dengan kemah-kemah kita sendiri, terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri hanya untuk kemuliaan diri kita semata dan akhirnya TUHAN terlupakan dalam setiap cerita indah keberhasilan kita, yang tanpa kita sadari bahwa capaian-capaian keberhasilan kita sebenarnya bukan tentang siapa kita tapi semua tentang DIA, Sang Imanuel ALLAH Yang Menyertai. Ingatlah selalu perkataan TUHAN ini Tetapi carilah dahulu Kerajaan ALLAH dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat. 6:33).
Kedua, dengan apa yang dibahasakan di bagian pertama maka kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang harus terus menerus mencari TUHAN. Bukan hanya pada pelataranNYA tapi juga harus ada dalam hadiratNYA. Kalau pada masa Kemah Suci dan Bait ALLAH umat hanya bisa ada dalam pelataran maka sekarang jauh daripada itu yaitu kita bisa masuk kehadirat TUHAN yang Maha Kudus. Tentu dengan saja memperhatikan kehidupan yakni tubuh dan itu berarti seantero kehidupan kita yang adalah Kemah Sucinya ALLAH, BaitNYA ALLAH. Oleh karenanya kehidupan orang percaya harus terus hidup kudus karena ALLAH kita adalah ALLAH yang kudus. Dan tanpa kekudusan tak seorangpun dapat melihat ALLAH (band. Ibrani 12:14).
Ketiga, jangan pernah ragu, khawatir dan cemas atas setiap hidup yang dijalani karena kita dijaga bahkan dipeliharaNYA dengan kasih setiaNYA. Mengingat tiang awan dan tiang api atas hidup orang Israel membawa kita terus percaya dalam kehidupan yang benar di hadapan TUHAN kita pun dijaga dan dipelihara olehNYA. Dalam segala musim kehidupan yang dialami oleh kita TUHAN ada dan tetap akan ada bagi kita di saat siang hari dan juga malam hari bahkan lebih daripada itu yakni di setiap hari-hari hidup kita.
Keempat, ketaatan kepada TUHAN diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam setiap rancangan dan tindakan-tindakan hidup kita. Ketaatan ini adalah sesuatu yang total berserah dan percaya kepada kehendakNYA. Tiada keraguan sedikitpun atas jalan hidup yang diatur oleh TUHAN. Dengan kata lain biarlah TUHAN yang mengatur dan pegang kendali atas hidup kita. Sehingga ketika TUHAN katakan berjalan maka kita harus berjalan, ketika TUHAN katakan berhenti maka kita harus berhenti, ketika TUHAN katakan bersabar maka kita harus bersabar, bahkan ketika TUHAN katakan Tidak! Maka kita, harus percaya cara TUHAN mengatur dan mengendalikan langkah-langkah kehidupan kita. Waktu TUHAN itu terkadang cepat tapi juga terkadang lama bahkan sangat lama seperti yang dialami oleh orang Israel di padang gurun selama 40 tahun. Hal ini mengingatkan sekaligus mengajarkan kepada kita untuk terus bersabar, berjuang dan hidup dalam ucapan syukur. Karena terkadang ada waktu yang cukup lama untuk menunggu kelahiran seorang bayi dalam kehidupan rumah tangga, terkadang ada waktu yang lama yang kita tunggu untuk sebuah promosi jabatan dan keberhasilan dalam karier dan usaha, terkadang ada waktu yang lama untuk menunggu perubahan/pertobatan dari orang-orang yang kita kasihi dan doakan setiap hari, terkadang ada waktu yang lama untuk pasangan hidup yang datang dan berkata will you marry me? Terkadang juga ada waktu yang terasa cepat ketika kita baru saja dilantik ehhh tiba-tiba sudah diganti, ehhh baru jadian, sudah diputusin!!??.
Saudaraku….Ingat ungkapan Firman saat ini Atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN. Dengan demikian hal ini akan membawa untuk tetap hidup benar dan tidak cemar saat hal-hal yang kita harapkan belum bahkan tidak terwujud, bahkan sesuatu yang kita dapatkan tiba-tiba dengan cepat menghilang. TUHAN tahu apa yang kita perlukan, karena DIA mengenal kita lebih dari diri kita sendiri mnegenal pribadi kita.
Kelima, Hidup adalah sebuah perjalanan di dunia ini, maka tetaplah berjalan berdasarkan kehendak TUHAN dan bukan mengikuti kata hati dan kepikiran kita. Apalagi kemudian terpengaruh dengan kehidupan orang lain yang berjalan tanpa TUHAN dan kemudian kita berjalan bersama mereka menuju kepada kebinasaan. Ingatlah! selaku orang percaya, Harus selalu mengikuti perintahnya TUHAN. Ingatlah selalu!! bahwa orang percaya akan terus mengikuti GPS nya TUHAN dan terus berjalan bersamaNYA, agar tidak tersesat dan sampai pada tujuan dalam selamatNya, serta menikmati BERKAT yang telah disediakan. Sebab Tanah Perjanjian Berlimpah susu dan madu. Itulah Janji Tuhan.Amin