Kumpulan nyanyian, doa dan syair dalam Kitab Mazmur memuat banyak perasaan. Ada yang menyiratkan tentang kepercayaan pada Tuhan, ada juga berisi kesedihan dan kekecewaan, ada yang merasa terluka dan terpuruk, keputusasaan, kemarahan, tetapi ada juga keyakinan, kepastian, pengharapan, ketenangan dan permohonan. Nyanyian nyanyian dengan rupa – rupa perasaan ini menunjukan bahwa kita dapat menghubungi Tuhan, kita boleh datang pada Tuhan dalam berbagai situasi dan kondisi, saat senang ataupun sedang tegang, saat bahagia maupun sedang bergumul, untuk bersyukur atau mengeluarkan keluh kesah dari hati yang gundah gulana.
Situasi yang melatarbelakangi penulisan teks Mazmur 85 ini, bukan situasi yang aman dan tenteram melainkan sebaliknya. Dari beberapa sumber dapat dipastikan bahwa penulisan Mazmur 85 ini dipengaruhi oleh kehancuran Yerusalem. Jadi doa meminta pertolongan ini dinaikkan oleh segenap Bangsa. Di ayat 1 jelas disebutkan “Untuk pemimpin Biduan. Mazmur Bani Korah”, berarti Mazmur ini adalah salah satu dari serangkaian Mazmur yang dikaitkan dengan Bani Korah. Sebenarnya siapa Bani Korah? Bani Korah yaitu keturunan anak – anak Korah Bin Yizhar bin Kehat Bin Lewi yang berpartisipasi aktif dalam pelayanan di Bait Suci. Anak – anak Korah sebenarnya sedang berbicara tentang berakhirnya pembuangan di Babel. Karena Mazmur ini ditulis kira – kira pada waktu orang Israel kembali ke Yehuda dari pembuangan di Babel sesudah tahun 539 SM.
Walaupun Mazmur ini diberi judul Doa Mohon Israel Dipulihkan tetapi di 3 ayat bagian awal, tidak tampak kalimat – kalimat permohonan seperti “tolonglah, kasihanilah, dengarkanlah” Yang ada justru adalah pernyataan – pernyataan tentang kepastian perbuatan Tuhan yang telah dinyatakan. Ayat 2 “Engkau telah berkenan kepada tanahMu Ya Tuhan, telah memulihkan keadaan Yakub”. Umat kembali dalam keadaan yang sangat memprihatinkan seperti kota yang hancur, bait suci yang runtuh, negeri yang berkabung, mereka dikelilingi oleh musuh – musuh yang kuat. Keadaan itu tidak membuat mereka mengeluh, bersedih, kecewa, menyalahkan Tuhan, melainkan dengan hati yang benar – benar percaya, mereka menyatakan Tuhan telah memulihkan keadaan Yakub yang menunjuk pada Bangsa Israel, meskipun keadaan masih terlihat buruk. Adakah kita punya keyakinan yang luar biasa seperti itu? atau kecewa ketika yang di depan mata tidak sesuai harapan?
Selanjutnya di ayat 3, pemazmur berbicara tentang kepastian pengampunan yang akan mereka terima dari Tuhan. “Engkau telah mengampuni kesalahan umatMu, telah menutupi segala dosa mereka” Doa tidak hanya berisi permohonan tetapi juga harus ada pengakuan. Dalam doa kita tidak hanya meminta, tetapi juga harus mengaku bahwa kita pernah, salah, keliru, gagal setia, tidak mampu taat, gampang tergoda, pernah terjerumus. Kita dapat bersembunyi dari sesama manusia, dapat mengelabui mata mereka, seolah – olah kita ini orang yang suci, tak bercacat cela, tetapi di hadapan Tuhan semua pernah kita lakukan terbuka. Karena itu akuilah dengan jujur di hadapan Tuhan, mohonkanlah pengampunan dari Tuhan, mintalah Tuhan mengasihani kita dengan kasih yang tanpa batas itu. Di ayat 4 “Engkau telah menyurutkan segala gemasMu, telah meredakan murkaMu yang menyala – nyala” Umat menyadari, sebenarnya mereka harus menerima penghukuman Tuhan, murka Tuhan menyala – nyala karena perbuatan mereka. Dengan jujur dan rendah hati mereka katakan keyakinan iman ini bahwa Tuhan telah menyurutkan gemasNya, murkaNya yang menyala – nyala telah reda. Bukti kasih sayang Tuhan yang luar biasa diyakini umat akan menjadi bagian mereka. Karena kasih sayangNya itu murkaNya menjadi surut dan rasa jengkelNya reda. Mengapa justru kita manusia yang menyimpan dendam, menahan amarah dan menyimpan rasa jengkel pada orang lain?? Orang – orang yang diampuni dan disayangi dengan kasih luar biasa dari Tuhan seharusnya memberi pengampunan dan membuang segala amarah dan kejengkelan pada orang lain.
Ada keyakinan yang diungkapkan kembali dengan kalimat yang nadanya permohonan di ayat 5 “Pulihkanlah kami Ya Allah penyelamat kami dan tiadakanlah sakit hatiMu kepada kami”. Harapan ini disertai keyakinan bahwa hanya Tuhan yang dapat menyelamatkan mereka. Ungkapan “Ya Allah penyelamat kami” adalah keyakinan iman dari bangsa itu, tidak ada yang dapat memulihkan, memperbaiki, menolong mereka selain dari pada Tuhan Allah yang mereka percaya. Keyakinan iman seperti itu juga harus kita miliki, bahwa Tuhan sanggup menolong kita keluar dari keadaan yang memprihatinkan. Tangan Tuhan yang kuat dan perkasa, pasti mampu menata hidup kita yang porak poranda menjadi pulih kembali sesuai kehendakNya. Mungkin mereka berpikir bahwa Tuhan terlalu kecewa dengan tindakan mereka yang salah sehingga ada seruan “tiadakanlah sakit hatiMu kepada kami”. Nyanyian ini sepertinya mengalir dari hati yang punya kesadaran akan ketidaklayakan. Seperti manusia yang hatinya telah dilukai, disakiti dan sulit untuk berubah, mungkin mereka berpikir Tuhan pun akan demikian. Orang yang telah disakiti kadangkala tak mampu mengampuni, sulit menghilangkan dendam, lebih fokus pada perlakuan buruk yang diterima, sehingga yang ada hanya sakit hati yang meradang. Sebaliknya, Tuhan memiliki kebesaran hati yang tak dimiliki manusia.
Permohonan umat, tidak hanya bagi mereka di masa itu, tetapi juga mereka mengingat anak cucu mereka, di generasi yang berikutnya. Sehingga di ayat 6 – 8 “Untuk selamanyakan Engkau murka atas kami? Dan melanjutkan murkamu turun temurun. Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umatMu bersukacita karena Engkau? Perlihatkanlah kepada kami kasih setiaMu Ya Tuhan dan berikanlah kepada kami keselamatan dari padaMu”. Ini adalah sikap bijak dari setiap orang tua untuk memastikan bahwa pengampunan dan pemulihan yang Tuhan akan kerjakan, bukan hanya bagi mereka di masa itu, tetapi juga bagi anak cucu, keturunan mereka. Umat waktu itu memiliki pengharapan, sebagaimana mereka akan menikmati kasih, pengampunan, pemulihan yang dari Tuhan, berkat itu juga akan dinikmati oleh anak cucu mereka.
Setelah ada kalimat pernyataan iman dan permohonan, dilanjutkan dengan kalimat yang memuat tekad, ayat 9 “Aku mau mendengar apa yang difirmankan Allah, Tuhan. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umatNya dan kepada orang – orang yang dikasihiNya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?”. Mungkin selama ini mereka menutup telinga pada Firman Allah, sekarang supaya mereka benar – benat pulih, maka ada tekad, ada sikap, ada kesiapan untuk mendengar apa yang difirmankan Tuhan Allah. Di tengah situasi yang buruk, supaya hati dan pikiran kita menjadi tenang, berusahalah untuk mendengar apa yang difirmankan Tuhan. Karena Firman Tuhan itu berbicara tentang damai bukan kerusuhan, bukan konflik dan ketegangan. Dilanjutkan dengan pernyataan iman dari orang – orang yang meyakini pertolongan Tuhan di ayat 10 “Sesungguhnya keselamatan dari padaNya dekat pada orang – orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita”. Dari kalimat ini, ada keyakinan bahwa keselamatan dikerjakan Allah untuk orang – orang yan takut akan Dia. Dalam permohonan, ada keyakinan hanya orang – orang yang takut akan Tuhan, yang taat, hormat dan setia pada Tuhan yang akan menikmati keselamatan. Karena itu diajaklah kita semua untuk hidup takut akan Tuhan. Suara permohonan kita tak akan sampai apabila tetap berkubang dalam dosa.
Ayat – ayat terakhir memuat keadaan yang akan terjadi ketika umat benar – benar dipulihkan oleh Tuhan dan ketika kemuliaan Tuhan diam di negeri mereka. Ayat 11 – 14 “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium – ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan Tuhan akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapanNya dan akan membuat jejak kakiNya menjadi jalan”. Betapa berbahagianya jika kita menikmati suasana penuh kasih, kesetiaan, keadilan, damai sejahtera, kebaikan Tuhan, hasil dari negeri dimana kita berdiam.
Pemberitaan kita di Minggu Adven I ini, mengajak semua orang – orang percaya untuk dengan hati yang tulus datang kepada Tuhan memohon pemulihan, jika keadaan yang kita alami tidak membawa pada sukacita atau sedang terpuruk dengan keadaan social, ekonomi, tidak ada jalan lain yang dapat kita tempuh, tidak ada tempat pertolongan lain selain dari pada Tuhan. Jangan pernah mengandalkan kemampuan manusia, karena hanya Tuhan yang sanggup menolong kita.
Seandainya ada kekeliruan, mintalah pengampuan, berdamailah dengan sesama, mungkin ada kalimat – kalimat salah, sikap yang keliru, pikiran yang jahat, mintalah Tuhan mengampuni kita. Orang yang diampuni, harus bertekad untuk selalu mendengarkan suara Tuhan meminta petunjuk Tuhan, supaya yang ada dalam pikiran dan batinnya adalah kedamaian dan sukacita, jauh dari amarah, iri, dengki yang merusak kebersamaan dalam persekutuan. Selanjutnya arahkanlah hidup ini untuk taat, setia, hormat pada Tuhan.
Di Minggu ini, kita akan mulai larut dalam kemeriahan Ibadah menyambut Natal, semoga dalam perayaan ini yang dikumandangkan dan didemontrasikan adalah kasih, kesetiaan dan keadilan. Jangan sampai dalam perayaan ini, dibalik megahnya setiap acara ternyata masih ada orang yang merasa tidak mendapatkan pelayanan kasih yang sesungguhnya, ada orang belum pulih dari keterpurukan dan dibiarkan, ada yang tidak dilayani, yang tidak dikunjungi, yang tidak terundang, membuat damai yang berkumandang hanya dirasakan sebagian orang. Yang terutama dalam perayaan ini bukan kemeriahan dan pesta pora melainkan mengalirnya rasa damai melalui pemberitaan tentang kasih Tuhan yang tanpa batas disertai tindakan kasih dan keadilan yang diberikan dengan tulus. Tuhan Yesus Memberkati. Amin