DODOKUGMIM.COM, BITUNG – Terhitung mulai Senin (20/07/2020), proses belajar-mengajar di tahun ajaran baru dimulai. Di sekolah-sekolah dasar milik GMIM, proses belajar diterapkan dengan menggunakan sistem daring (dari jaringan) dan luring (luar jaringan), tanpa melupakan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Kecuali di Kabupaten Minahasa Tenggara, proses belajar belum dimulai.
Di SD GMIM 22 Wangurer Bitung sistem luring diterapkan. “Ada MOU yang telah ditandatangani siswa dan orang tua maka kami menggunakan sistem pembelajaran luring yang berlangsung seminggu sekali,” ujar Kepala Satuan Pendidikan SD GMIM 22 Wangurer Meity Fenny Pelealu, S.Pd, Senin (20/7/2020)
Mengikuti arahan dari dinas pendidikan kota bitung Pelealu mengatakan proses pembelajaran menggunakan materi esensial atau materi pokok yang tidak akan memberatkan siswa maupun guru. ”Guru telah menyiapkan materi yang akan diajarkan pada anak-anak dengan durasi maksimal 30 menit disetiap pertemuan,” jelasnya.
Guru Wali Kelas Lima, Olivia Berhimpong, S.Pd, menjelaskan siswa dibagi dalam kelompok. Satu kelompok maksimal lima orang anak, dan diberikan tugas untuk lima hari dan didampingi orang tua. Guru memberikan materi lewat buku atau lembar fotocopy dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya, dalam pertemuan itu pula dilaksanakan ulangan harian.
“Untuk kelancaran pembelajaran kami guru-guru telah mengatur jadwal kunjungan di setiap Tempat kegiatan belajar(TKB), kalau saya di kelas lima memiliki 13 orang anak maka saya membaginya di Hari Senin, Selasa dan Rabu sesuai daerah tempat tinggal,” kata dia.
Sama halnya dengan SD GMIM Ranomea Minahasa Selatan, guru dan siswa berjumpa dalam sistem luring. “Berhubung zonasi tempat tinggal anak-anak masih di sekitaran kampung dan orang tua ada yang tidak memiliki android, maka kami menggunakan sistem luring, siswa belajar di rumah dan guru-guru mengunjungi siswa,” jelas Kepala Satuan Pendidikan SD GMIM Ranomea Olga Winowod, S.PAK, S.Pd, Minggu (19/7/2020).
Menjalankan tugas sebagai pendidik sambil menerapkan protokol kesehatan, kata Winowod, pihaknya menyediakan alat pelindung diri (APD) untuk guru dan siswa. “Kami telah menyediakan APD untuk para guru dan siswa. Selain itu, di sekolah pun telah diadakan penyemprotan desinfektan, peyediaan tempat cuci tangan, dan alat pengukur suhu,” ucapnya.
Terkait belajar luring ini, guru kelas lima Christy Mogot, S.Th, mengatakan dua hari sekali dalam seminggu guru mengunjungi kelompok belajar di rumah siswa.”Maksimal lima orang dalam satu kelompok belajar di setiap pertemuan,” terangnya.
Di kelas 5, tambah dia, ada 16 siswa. Mereka dibagi menjadi empat kelompok dengan durasi belajar 90 menit dalam satu kali pertemuan. “Ada tugas yang diberikan yang diperiksa setiap pertemuan berikutnya. Selain itu, guru memantau siswa melalui whatsapp atau messenger,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, dua minggu sekali akan dilakukan remedial di sekolah. “Teknisnya dalam satu kelas siswa akan dibagi menjadi dua kelompok belajar. Ini untuk mengevaluasi apakah pelajaran yang diberikan dapat dimengerti oleh siswa,” tambahnya.
Semua proses belajar ini, menurut Winowod, akan diawali dengan rapat bersama orangtua murid di Senin ini. “Dilakukan secara bertahap dengan menjalankan protokol kesehatan,” tegasnya.
Di SD GMIM 1 Kiawa, proses belajar juga dimulai hari ini. Belajar secara daring. “Dengan menggunakan sistem pembelajaran daring, proses pembelajaran kami laksanakan setiap hari lewat chat dengan pemberian tugas untuk para siswa,”ujar Wali Kelas Tiga SD GMIM 1 Kiawa Yermia Marlin Tinangon S.Pd.
Diakuinya, ada siswa yang tidak memiliki fasilitas pendukung. ”Siswa yang tidak bisa kami jangkau lewat handphone, kami mengatur waktu berkunjung langsung pada siswa bersangkutan untuk diberikan tugas,” kata dia.
Di bawah pimpinan Kepala Satuan Pendidikan SD GMIM 1 Kiawa Fanny Elsje Rondonuwu, Tinangon menegaskan sekolah telah menyediakan APD untuk menunjang para guru. ”Kami diberikan faceshield, masker, hands sanitizer. Di sekolah juga disediakan tempat cuci tangan serta dilakukan penyemprotan desinfektan,” tuturnya.
Proses belajar juga sudah dimulai di SD GMIM 14 Manado. Sekolah yang berlokasi di Kelurahan Teling ini justru telah melakukannya sejak 13 Juli lalu. Proses belajar menggunakan secara daring, luring atau dikombinasikan. “Mengikuti aturan yang ada dan menyesuaikan dengan daerah tempat tinggal para siswa. Jadi kelas satu hingga kelas enam SD GMIM 14 Manado menggunakan sistem daring dan luring,” ujar Kepala Satuan Pendidikan SD GMIM 14 Manado Teling, Meiske Tumembouw.
Untuk luring, guru mengunjungi siswa seminggu sekali dan memberikan pembelajaran. Sementara daring diadakan setiap hari lewat grup whatsapp. “Setiap hari Senin sampai Jumat, guru-guru harus berada di sekolah setelah melaksanakan pembelajaran luring, ataupun melaksanakan pembelajaran daring,”ujar Tumembouw.
Ia menambahkan, pihak sekolah menyediakan buku bagi guru dan siswa yang bisa dipinjam untuk digunakan dalam proses pembelajaran mengingat ada siswa. “Kami juga menyediakan APD,” tambah dia.
Tapi hal ini tidak terjadi di Kabupaten Minahasa Tenggara. Kepala Satuan SD GMIM Kuyanga Jultje Agouw, mengatakan pihaknya belum memulai proses belajar. “Di Mitra kami belum menerima petunjuk untuk buka sekolah, sehingga belum bisa merealisasikan SK dari Gubernur,” kata Agouw.
Ia menegaskan, untuk tingkat sekolah dasar secara menyeluruh di Mitra masih belum melaksanakan aktivitas belajar-mengajar. Kendati pun demikian pihaknya membagikan buku kepada siswaagar bisa belajar di rumah. ”Buku telah kami edarkan kepada para siswa dengan harapan orang tua turut mendampingi anak belajar,” ujarnya.
Menurutnya, proses mutasi guru ASN dari sekolah swasta ke sekolah negeri yang sementara berlangsung menjadi alasan belum adanya etunjuk untuk memulai proses belajar di tingkat SD. “Dalam waktu dekat ini guru-guru ASN di SD GMIM di Mitra sementara proses mutasi termasuk kepala sekolah, jadi kami masih menunggu arahan Pemerintah Kabupaten Mitra mungkin hingga akhir bulan ini,” jelasnya.(dodokugmim/saraclaudia/rogermentaruk)