Neal Beidleman selamat dari ekspedisi malang pada tahun 1996, di mana delapan orang pendaki gunung tewas di atas Gunung Everest. Sebagian dari mereka telah membayar uang sebesar 65.000 dolar agar mendapat kesempatan mendaki puncak gunung tertinggi di dunia itu. Saat mengevaluasi penyebab kemalangan tersebut, Beidleman berkata, “Tragedi dan malapetakatidak disebabkan oleh sebuah keputusan, kejadian, atau kesalahan tunggal, tetapi merupakan titik puncak dari banyak hal dalam hidup setiap orang. Ada sesuatu yang terjadi, dan kejadian itu menjadi penyebab bagi datangnya semua risiko yang telah diambil.” Di atas Gunung Everest, “sesuatu” itu berupa badai salju yang mengamuk. Menurut jurnalis Todd Burgess, “Jika bukan karena badai, para pendaki gunung itu tetap akan menghadapi banyak tantangan yang penuh risiko. Tetapi badai itulah yang menunjukkan kelemahan mereka.”
Berbagai hal yang berisiko dalam kehidupan, baik ketidakpedulian atau ketidaktaatan rohani, dapat menenggelamkan kita saat badai menerjang. Yesus menceritakan sebuah kisah tentang pembangunan rumah yang bijak dan bodoh untuk menekankan arti penting ketaatan akan firman-Nya. Dia berkata, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” Matius 7:24 Ketaatan kepada Kristus tidak menghapuskan badai kehidupan, tetapi hal ini menentukan apakah kita akan bertahan atau jatuh ketika badai datang menerjang.
Ketaatan terhadap perintah Tuhan adalah dasar bagi kita untuk hidup di dalamNya. Seperti kata Yesus: “ Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”Yoh 14:6 hal ini menunjukan bahwa taat akan perintah Tuhan adalah kebenaran hidup yang sejati dan kebenaran hidup yang sejati menghasilkan buah dalam tindakan hidup. Hukum yang baik tidak ditegakkan atau dipaksakan oleh pihak luar atau adanya kepentingan pribadi, tetapi hukum yang baik akan tertanam dalam hati dan menjadi hukum yang terealisasikan. Dalam hal ini peraturan dan hukum bukan hanya mengatur sosial atau moral masyarakat tetapi lebih jauh dari pada itu hukum ikut menciptakan prilaku spiritual, dengan adanya taat dan setia menjadikan hidup masyarakat disiplin akan kebenaran. Oleh karena itu Tema renungan di minggu ini adalah “Hidup Taat menurut Hukum”
Paulus di dakwa karena tindakan yang dilaporkan dapat merusak perdamaian umum. Berawal dari kebencian orang Yahudi dari Asia yang merasa dirugikan karena usaha pembuatan kuil dewi artemis atau dewi kesuburan yang disembah di Efesus dan di seluruh Asia berada dalam bahaya, dan akan kehilangan artinya dan kebesaranya akibat dari pemberitaan Injil dari Paulus karena Firman Tuhan makin tersebar diseluruh penduduk Asia bagi mereka yang mendengarkannya dan bahkan baik orang Yahudi maupun orang Yunani menjadi percaya akan injil Yesus Kristus. Dan karena itu orang Yahudi dari Asia yang berada di Yerusalem mereka menghasut rakyat dan menuduh bahwa Paulus telah menentang Hukum Taurat dan menajiskan bait suci. Maka rakyat terhasut dan mereka menangkap Paulus dan berencana membunuhnya namun dibebaskan( Kis 21:27-36). Paulus kemudiam di adili untuk pertama kalinya di hadapan Feliks, kemudian di depan Festus, Dua gubernur Romawi terakhir dalam dinasti Herodian secara langsung, mereka mendengar kasus Paulus dan menilai bahwa Paulus tidak layak menerima hukuman mati atau dibelenggu dalam perjara. Namun Paulus tetap dipenjarakan agar tidak menimbulkan masalah politik dengan parapemuka agama Yahudi di Yerusalem sebelum ia naik banding di hadapan Kaisar Nero dalam haknya sebagai warga Roma.
Dalam abad yang pertama masa pertumbuhan gereja perdana dalam pekabaran Injil Yesus Kristus, selalu di perhadapkan dengan tantangan yang silih berganti namun pertumbuhan iman jemaat semakin bertumbuh. Istilah “semakin dihambat semakin merambat” adalah istilah yang tepat dalam melambangkan kehidupan jemaat mula-mula. Dalam hal ini hambatan di alami oleh pengikut Yesus yang setia yaitu Paulus seorang yang diselamatkan oleh Yesus dan dipakai Yesus sebagai alat kerjaNya dalam pelayanan pengabaran Injil dan pembrita keselamatan. Ketika Festus ke Yerusalem hal ini membuat para imam-imam kepala dan orang-orang Yahudi yang terkemuka menyampaikan dakwaan Paulus untuk di adili di depan gubernur Yudea begitu banyak dakwaan yang dilontarkan oleh pemuka-pemuka agama Yahudi terhadap Paulus yang semakin menghimpit posisi Paulus untuk dipenjarakan atau di hukum mati, bahkan pada ayat 3 “kepadanya mereka meminta suatu Anugerah, yang merugikan Paulus, untuk menyuruhnya datang ke Yerusalem, dan merencanakan pembunuhannya di Yerusalem”. Ini adalah suatu kekejian ketika kita berusaha untuk mencelakakan orang lain bahkan mencari untung ditengah ketidak berdayaan seseorang. Hal ini tentu tidak akan selaras dengan apa yang Tuhan kehendaki karena Ia merancangkan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan. Festus tidak mengiakan keinginan dari imam-imam kepala orang-orang Yahudi tetapi Festus memprintahkan agar Paulus tetap di tahan di Kaisarea sampai kedatangan kembali (Ayat4).
Dalam perjalanannya ke Kaisarea Festus mengajak beberapa orang-orang berwenang agar mengajukan dakwaan kepada Paulus dan memberikan hukuman yang setimpal padanya, banyak tuduhan berat yang dikatakan yaitu menentang Hukum Taurat dan Bait Suci (Pasal 21:21,28) tetapi tidak ada satupun bukti yang dilihat untuk menjeratkan hukuman terhadap Paulus (Ayat 5-7). Secara hukum tidak didapati pelanggaran yang di lakukan oleh Paulus sehingga Ia berhak untuk mendapatkan kebebasan dengan ungkapan yang dikatkan Paulus yaitu dengan tegas menolak tuduhan yang menyatakan bahwa ia tidak bersalah (Ayat 8). Dalam persidangan Festus menjadi bingung akan hukuman apa yang harus di berikan terhadap Paulus sebab sebagai pendatang baru di Palestina ia belum mengenal betul hukum Yahudi (Pasal 25:20). Namun demi menjaga hubungan yang baik dan hendak mengambil hati serta simpati dari orang Yahudi, maka ia menawarkan kepada Paulus untuk bersedia pergi ke Yerusalem supaya dapat di hakimi tentang perkara ini (ayat 9). Festus berusaha menyenangkan hati orang-orang Yahudi agar hubungan diplomatik berjalan dengan baik, dan ia bertujuaan agar tidak terjadinya masalah politik dengan para pemuka agama Yahudi, tetapi ia tidak mengetahui rencana apa yang sedang disiasati untuk membunuh Paulus dalam perjalanan ke Yerusalem (pasal 23:12-21). Ini menunjukan bagaimana sebagai penegak hukum dalam pengambilan keputusannya haruslah sesuai dengan keadilan yang berlaku, seseorang yang mengetahui kebenaran dan melakukan akan kebenaran itu, seseorang yang tidak mudah dipengaruhi oleh informasi yang hanya simpang siur, bahkan orang yang tidak mengambil keuntungan dari perkara yang di tanganinya.
Sebab itu ia berkata” aku sekarang berdiri di hadapan pengadilan Kaisar dan ingin meminta pertimbangan kaisar” karena ia tahu sebagai warga negara Roma maka ia akan diadili dengan adil di hadapan kaisar. Tetapi di hadapan Festus yang belum berpengalaman (ayat 10). Paulus mengunakan haknya sebagai warga negara Roma, ia tidak dapat diserahkan ke pengadilan Yahudi di Yerusalem, sebab di Yerusalem tidak ada pengadilan Romawi.Jika tidak ada pengadilan romawi di kota itu, maka warga negara Roma berhak untuk “naik banding “kepada kaisar. Dengan demikian Paulus dapat meloloskan diri dari penghadangan kaum Yahudi dan dapat pergi ke Roma sesuai dengan rencana Tuhan untuk memberitakan Injil di Roma (pasal 23:11). Suatu Anugerah dalam jalan mengiring Yesus tidak mengenal tantangan yang sementara di hadapi atau mungkin yang akan datang, sebab inilah suatu rencana yang tidak dipahami oleh akal pemikiran manusia tetapi dinyatakan dalam perjalanan Paulus. Ketika ia dengan tegas mengatakan bahwa tidak melakukan suatu kesalahan terhadap orang Yahudi bahkanpun dalam Hukum Taurat. Bahkan dengan tegas ia katakan jika terbukti benar akan adanya suatu kejahatan yang ia perbuat maka iapun rela untuk mati, tetapi jika aku tidak bersalah, tidak ada seorangpun berhak menyerahkan aku sebagai suatu anugerah kepada mereka. Aku naik banding kepada Kaisar (ayat 11). Festus mempertimbangkan usul Paulus, setelah berunding dengan anggota-anggota pengadilan yaitu sejumlah orang yang mengiring Festus, mereka memenuhi permintaannya dan Festus dapat melepaskan Paulus.
Perenungan di minggu ini mengajak kita untuk menyadari akan jalan yang kita tempuh adalah jalan untuk hidup bersama dengan Kristus, jalan yang tidak mudah tetapi adalah jalan yang tepat, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul Paulus dalam kehidupannya ia melepaskan apa yang membuatnya terikat dengan dunia dan mengarahkan kehidupannya untuk setia melayani Tuhan. melalui kesetiaan dan ketaan seorang Paulus kitapun belajar untuk memprioritaskan Tuhan dalam kehidupan kita setiap hari ditengah aktivitas sebagai seroang pekerja, pelajar, bahkanpun ditengah-tengah kehidupan keluarga hidup berkenan dihadapan Tuhan, mempertahankan apa yang benar dan melakukan kebenaran itu tanpa rasa takut akan tantangan dan pergumulan yang akan dihadapi. Janganlah kita mengambil untung dari ketidakberdayaan seseorang, jadilah orang yang mampu bersikap adil dan benar tanpa ada pengaruh atau unsur kepentingan pribadi, mulailah dari diri sendiri untuk hidup taat dalam hukum yang diberikan Tuhan untuk dinyatakan dalam aspek kehidupan kita setiap hari. Dan jadilah pribadi yang mampu mewartakan akan berita kebenaran dan melakukannya. Apalagi dalam menghadapi pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten dan Kota marilah kita memakai hak suara sebagai bangsa yang nasionalis memilih dengan berani, memilih dengan percaya, dan percaya akan rencana Tuhan untuk Bangsa dan Negara kita. Amin