Setiap hari kita diperhadapkan dengan situasi dan kondisi yang membutuhkan kecerdasan dan kedewasaan dalam bersikap. Jika kita salah berucap, dan salah bertindak, tanpa ada pertimbangan yang benar maka sikap ini akan menjatuhkan kita, sehingga tidak ada masa depan. Kenyataan hidup disekitar kita membuktikan bahwa manusia semakin tidak terkendali, hidup sesuka hati tanpa peduli dengan orang lain. Ketika menghadapi masalah, bukannya diselesaikan dengan baik malah saling sindir, menebar fitnah dan hinaan lewat media sosial (FB, WA, Instagram, tiktok, dan lain sebagainya). Ujung-ujungnya saling lapor ke pihak berwajib karena pencemaran nama baik, berurusan dengan hukum akhirnya masalah makin besar, jadi repot; waktu dan dana terkuras habis. Siapa yang rugi, semuanya menderita. Penyelesaian masalah selain di medsos, paling ekstrim adalah adu jotos, bakupukul kase tunjung jago, akhirnya tidak mampu kuasai diri, nyawa jadi taruhan, masuk penjara, dan anak istri menderita. Orang tidak lagi mampu menjaga hati, apalagi relasi sosial dalam masyarakat. Jika melihat orang lain sukses mulai merancangkan kejahatan untuk menjatuhkannya, sifat iri hati terus menggerogoti diri dan ini sangat merusak jiwa. Relasi baik dan harmonis dalam keluarga juga tidak terjaga baik, anak-anak bertengkar demi harta orang tua dan yang paling mengerikan keluar kalimat “sampe mati kita nda mau bakudapa deng ngana”. Orang tua dan anak nda mau baku dapa karena mempertahankan ego masing-masing. Anak merasa benar dan orang tua berpikir anak harus hormat orang tua. Bahkan dijumpai dalam masyarakat kita, mengurus orang tua anak-anak baku tolak, dengan alasan sibuk kerja. Bukan hanya itu saja, gambaran dalam rumah tangga ketika ada masalah suami dan istri tidak dapat menahan diri terjadi KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) dan pada akhirnya satu pihak minta bercerai. Korban semua keegoisan ini adalah anak-anak, mereka terlantar dan kekurangan cinta kasih dari keluarga dan mencari diluar rumah. Kehidupan anak-anak muda makin tidak bermoral, ingin mengatur hidup sendiri dan mengabaikan nasehat dan teguran orang tua. Mereka merasa hebat, lebih pindar dari orang tua. Anak-anak bukannya sekolah/kuliah eh malah keluyuran dengan teman-teman dan tidak terkontrol, hidup bebas. Cara hidup seperti ini, mengandalkan kemampuan diri, egois dan tidak takut akan Tuhan, akan membawa seseorang pada kejatuhan; terpuruk, tidak tenang, kehilangan damai sejahtera, terus ada dalam penyesalan dan penderitaan dan tidak ada masa depan.
Pertanyaan bagi kita adalah, apa yang harus kita lakukan sebagai orang percaya supaya tidak salah bersikap dan hidup memiliki masa depan? Firman Tuhan menjadi jawaban bagi kita. Kitab Amsal 24 : 13 – 22, mengajarkan tentang jalan itu. Jalan apa itu? Itulah hikmat. Kitab Amsal pada hakekatnya adalah pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, dan landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut adalah takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Apa itu hikmat? Dalam Bahasa Ibrani, Hikmat berasal dari kata hokmah (kata benda) yang merupakan turunan kata kerja hakam yang berarti “menjadi bijaksana” atau “bertindak bijaksana”. Jadi hikmat dapat berarti cara seseorang menyelesaikan masalah dengan benar, baik, dan tepat atau memiliki padangan yang benar dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hikmat bertujuan membawa orang hidup dengan benar, hidup berawal dari ketundukan dengan rendah hati pada Allah dan mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat bukan dikaitkan langsung dengan kepadaian tetapi dihubungkan langsung dengan takut akan Tuhan. Jadi orang yang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintahNya. Melalui kesaksian alkitab, Pengamsal mengingatkan orang percaya seperti seorang ayah kepada anak-anaknya bahwa Hikmat diibaratkan seperti madu, “Anakku, makanlah madu sebab itu baik… (ayat 13)”. Madu adalah makanan yang lazim pada waktu itu (Lukas 24:41-42) bahkan untuk anak-anak (Yesaya 7:15). Madu begitu baik, manis untuk langit-langit mulut dan bermanfaat bagi tubuh kita, misalanya meningkatkan imun tubuh dan mempercepat proses penyembuhan luka dan lain sebagainya. Maka seperti itulah juga hikmat untuk kesehatan jiwa kita.
Mendapatkan hikmat dan menikmati didikan yang baik darinya, akan memberikan masa depan. Hikmat sangat menguntungkan. Madu mungkin terasa manis untuk langit-langit mulut, namun tidak menyehatkan seluruh jiwa kita. Tetapi hikmat jauh menjanjikan upah yaitu ada masa depan. Tuhan Allah telah memberikan jalan kebenaran pada kita untuk waspada dan berjaga2 terhadap pengharuh jahat, Ia telah memberikan pedaman hidup, jalan bijak yang bertujuan membawa kebaikan bagi kita. Ingat bahwa Amsal ini bukan sekedar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo dan para bijak. Orang yang bijaksana adalah mereka yang mendengar perintah Allah sedangkan orang bodoh mengabaikannya. Hikmat adalah hal penting yang harus kita upayakan, dan mendapatkannya. Mencari hikmat hanya pada sumber hikmat itu sendiri yaitu Tuhan Allah. Orang lain atau di tempat lain hanya menawarkan hikmat palsu dan semu, hikmat yang mengandalkan kekuatan manusia dan semuanya menuju jalan kebinasaan dan kehancuran. Ketundukan pada Allah adalah hikmat itu sendiri, jadi orang berhikmat adalah orang yang tunduk pada kehendak Allah, dan mampu menekan egonya, mengusai diri, dan mengesampingkan kepentingan sendiri atau kelompok serta mengarahkan hidupnya untuk menikmati masa depan. Orang berhikmat memfokuskan bukan pada kesenangan sesaat, tetapi pada masa depan meski banya perjuangan.
Pengamsal menasehati anak-anaknya untuk menempuh jalan hikmat, jalan yang benar yang membawa kehidupan, yakni: Tidak memiliki niat jahat untuk menggangu, merampas , merusak, menjatuhkan masa depan dan harapan hidup orang lain. Orang percaya diajarkan untuk hidup benar dan tidak merancangkan kejahatan atas ketenangan dan ketentraman hidup orang lain, apalagi dia orang benar. Mengapa? karena kasih karunia Allah terus memampukan orang benar bangkit Kembali dan menuntun sehingga dapat terus bertahan (ayat 15 -16). Selanjutnya Pengamsal mengingatkan untuk berjaga hati, jangan sampai bersukacita, atau beria-ria (senang) atas kejatuhan musuh kita, jangan marah dan iri dengan segala perbuatan jahat yang mereka lakukan, agar orang percaya tidak terjebak dan jatuh pada dosa yang sama dan mendatangkan murka Allah. Kalau kita balas jahat dengan jahat, kita jadi jahat seperti mereka, dan apakah upah kita. Kita menjadi orang bodoh, hidup seperti orang fasik yang tidak takut akan Allah, hidup orang fasik tidak ada masa depan, yang ada hanya kesia-siaan belaka dan kehancuran.
Petunjuk hikmat selanjutnya adalah Takutlah akan Allah dan raja (pemerintah), supaya terhindar dari bencana dan kehancuran. Banyak orang sudah tidak lagi menghormati pemerintah, mencari-cari kesalahan, dan berupaya untuk menjatuhkan. Ingat bahwa Pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu (Roma 13:4), karena pemerintah berasal dari Allah dan yang ditetapkan oleh Allah sendiri (Roma 13:1). Jadi menghormati dan tunduk pada pemerintah sama halnya dengan menghormati Allah. Dengan demikian perintah ini patut dilakukan sebagai orang percaya, jadilah warga negara yang baik; melakukan kewajiban bayar pajak, jaga kebersihan lingkungan, dan taat akan aturan hukum yang berlaku, bukan main hakim sendiri. Pedoman hikmat ini, membawa pada kehidupan.
Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus yang lebih dari pada hikmat Salomo (Lukas 11:31), yang telah menjadi hikmat bagi kita (1 Korintus 1:30) dan didalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Yesus Kristus dalam hikmatNya telah memberikan teladan hidup bagaimana orang percaya diselamatkan bukan hanya sekedar hidup, atau hidup sesuka hati dengan ego dan hikmat dunia yang menyesatkan. Tetapi hiduplah dalam kasih, sebagaimana Yesus telah mengasihi kita dengan rela menderita dan mati dikayu salib supaya kita memperoleh hidup, demikian juga kita hidup dalam kasih. Sebagaimana hukum kasih yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia (Matius 22:37-39), itulah yang kita lakukan da;am hidup beriman. Jika ada orang menyakiti hati kita, jangan balas jahat dengan jahat tetapi balas dengan kebaikan (Roma 12:21), kasihlah musuh kita dan berdoalah bagi mereka (Matius 5:44), saling mengampuni seorang akan yang lain (Kolose 3:13), dengan demikian hidup kita akan tenang, damai dan tentram dan terhindar dari bencana dan kehancuran.
Oleh karena itu, belajar dari firman; hiduplah takut akan Tuhan, mintalah hikmat Tuhan untuk menuntun dan mengarahkan perjalanan kehidupan kita kemasa depan yang cerah dan penuh pengharapan dalam Tuhan. Kiranya kita semua terhindar dari sikap egois dan jahat, dan makin berhikmat; dapat berpikir cerdas, berkata bijak dan bertindak baik dan benar. Pesta demokrasi sudah didepan mata, memilih pemimpin kedepan di bangsa ini. Ingat jangan kita bertindak bodoh hanya karena kepentingan pribadi dan kelompok, sehingga persatuan, persaudaraan dan kekeluargaan kita hancur berantakan. Hikmat Tuhan menuntun sehingga kita dapat bersikap bijaksana dalam menghadapi setiap situasi dan kondisi yang ada. Walau berbeda tapi tetapi satu dalam Tuhan. Berdoalah supaya dalam hikmat Allah akan memberikan pemimpin terbaik bagi kita yang membawa damai sejahtera.
Percayalah hanya dalam Tuhan ada jalan, ada hidup dan ada masa depan penuh harapan. Belum terlambat, selama masih ada waktu perbaikilah diri dan trus minta hikmat Allah menyertai, supaya jiwa kita tenang, hati kita damai dan Bahagia. Tuhan Yesus memberkati, amin.