Diminggu sengsara yang ke enam ini, kita diajak untuk merenungkan tentang peristiwa penyaliban Yesus berdasarkan Markus 15:20b-32 dan dihantar lewat tema “Ia akan terhitung diantara orang-orang durhaka”. Durhaka dalam KBBI ‘ingkar terhadap perintah, tidak setia, pembangkang dan sebagainya”. Yesus masuk kategori orang durhaka karena para imam menganggap bahwa Yesus menghujat Allah, menganggap diri seperti Allah, melakukan kerja pada hari Sabat dan lain sebagainya. Namun jauh dari pada itu ialah Yesus juga mau menunjukkan bagaimana menjangkau mereka yang hilang, mereka yang terpinggirkan, mereka yang dianggap tidak layak, entah mereka sebagai penjudi, pemabuk, pembunuh, dan penyakit-penyakit masyarakat yang lain, sehingga mereka terhilang dan tidak merasakan kasih Allah. Gereja pun dimasa kini harus jelih melihat fenomena seperti itu. Serta mampu menjangkau mereka yang lemah dan termarginalkan.
Kisah penyaliban atau hukuman salib adalah sebuah tradisi Romawi untuk menghukum mati orang yang telah berbuat jahat serta ini menjadi hukuman yang paling kejam, kenapa? Karena hukuman salib membuat si penerima hukuman merasakan siksaan dan penderitaan yang panjang, jadi tontonan orang banyak, dijemur dibawah terik matahari dan disiksa. Menjadikan hukuman salib sebagai hukuman yang paling menyakitkan.
Inji Markus menceritakan tentang kisah Yesus yang disalib, ketika mereka membawa Ia keluar dari gedung pengadilan, mereka membawa Dia ke sebuah bukit yang terletak dipinggiran kota yaitu Bukit Golgota, atau Bukit Tengkorak untuk disalibkan. Simon dari Kirene waktu itupun melihat kejadian itu dan dia dipaksa untuk membantu Yesus memikul salib, dalam kelelahan dan menahan siksaan mereka memberi anggur yang bercampur empedu, dapat digambarkan sebuah minuman yang pahit. Ketika akan disalibkan tangan dan kaki Yesus dipaku darahnya mengalir, terus diolok-olok oleh semua orang yang ada disana, bahkan di atas salib Pilatus memberikan sebuah tulisan ; tertulis Inilah Raja Orang Yahudi atau dalam Bahasa Latin “Iesus Nazarenus rex Iudaeorum,” yang sama artinya dengan “Yesus, orang Nazaret, Raja Yahudi”. Jika disingkat, tulisan Latin tersebut menjadi INRI. Tulisan ini ditulis dalam tiga Bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin (Yoh 19:19-20). Dalam peristiwa ini, Yesus tidak disalib sendirian, tetapi bersama dengan dua orang penjahat dan Yesus berada diantara para penjahat, ini merupakan sebuah penggenapan dari kitab Yesaya 53:12.
Kisah perjalanan Yesus untuk sampai di Golgota begitu panjang dan menyedihkan, orang yang tidak bersalah namun harus menanggung seluruh dosa umat manusia termasuk saya dan saudara. Jika Yesus tidak mengorbankan diri-Nya bagi kita, maka kita masih terbelenggu dengan dosa. Namun Dia rela menjadi manusia yang disiksa, diolok-olokan, bahkan dibunuh, namun bangkit dan mengalahkan maut.
Melalui renungan disaat ini, ada beberapa hal yang bisa kita ambil dan renungkan :
- Dengan penuh kasih Yesus memberikan hidupnya hanya untuk menyelamatkan kita. Kita tidak layak namun karena kasih-Nya kita menerima anugrah keselamatan itu. Kasih Allah adalah kasih yang tulus (Kasih Agape) tidak sama dengan kasih yang diberikan manusia mengasihi hanya karena berteman, hanya karena bersaudara, atau hanya karena keluarga. Lukas 5:32 “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat. Karya penyelamatan Yesus ini bukan hanya mereka yang menganggap diri paling benar, paling suci, paling kudus, melainkan juga untuk mereka yang berdosa, siapa diantara kita yang tidak berdosa? Semua kita berdosa, semua kita telah melakukan kejahatan, kesalahan, mengabaikan Firman Tuhan, dan lain sebagainya.
- Melayani dengan tulus sampai akhir hidup, sama seperti Yesus, pernahkah kita merasa bosan dengan kegiatan pelayanan ibadah kita sampai saat ini? Pernahkah kita merasa lelah dengan pergumulan pelayanan yang datang tanpa henti? Atau pernahkah kita bersungut-sungut dalam pelayanan? Kita harus ingat, Yesus tak pernah mengeluh untuk terus memberikan kasih-Nya, bahkan ketika Ia diadili Ia tidak memberikan pembelaan apapun terhadap tuduhan-tuduhan palsu yanga Ia terima. Dalam kesakitan di atas kayu salib Ia terus melayani salah seorang penjahat disampingnya yang kemudiab bertobat. Ini bukti bagaimana pelayanan yang tulus terus Yesus berikan dan contohkan bagi kita semua.
- Yesus disalibkan, Ia membayar lunas semua dosa kita. Begitu juga dalam melayani, ada harga yang harus dibayar. Yesus disalibkan adalah harga yang harus dibayar untuk menebus dosa kita, Dia rela disiksa mati dan bangkit demi kita, sekarang, bagaimana dengan kita? Yesaya 53:4-5 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita , dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Terkadang ketika kita menjalani tugas pelayanan, ada hal yang kita korbankan, ada sesuatu yang harus kita lepaskan, bahkan ada harga yang harus kita bayar. Yesus disalibkan adalah harga yang harus dibayar, sebenarnya kita semua yang berdosa harus menerima hukuman salib itu, tapi semua itu ditimpahkan kepada Dia yang rela merendahkan diri bahkan sampai mati dikayu salib.
Yesus yang disalibkan dan terhitung diatara para durhaka, ini juga mau menunjukkan bagaimana kerendahan hati Yesus, untuk menjangkau mereka yang dianggap tidak layak, dan terpinggirkan, seperti anggota jemaat yang masih sering berjudi, mabuk-mabukan, pembunuh, pencuri, penjahat apapun itu, seharusnya gereja harus tampil dan menjangkau mereka, jangan sampai gereja menjadi tempat penghakiman akibat perbuatan mereka. Gereja tidak lagi menjadi tempat yang tepat untuk menjawab pergumulan umat, tantangan umat, persoalan umat. Seringkali kita yang rajin masuk gereja rajin beribadah, menganggap kita yang paling benar, kita yang paling suci kita yang paling betul. Yesus melayani dengan hati, tidak melihat golongan dan status, malahan Dia mencari yang paling hina juga untuk merasa kasih-Nya, orang kusta disembuh, perempuan sundal, orang Samaria, dan lain sebagainya.
Sebagai geraja, apakah kita telah melakukan seperti yang difirmankan-Nya? Sering kita mengatakan kita harus hidup segambar dan serupa dengan Allah, tapi pada prakteknya itu hanya menjadi slogan dan bukan tindakan. Merendahkan diri, siap melayani dan ikut Yesus adalah harga yang harus kita bayar. Tuhan memberkati firman-Nya. Amin