Pernahkah saudara berada dalam situasi di mana semua jalan keluar tampak tertutup? Saudara sudah berdoa dan berusaha sedapat mungkin, sayangnya tidak ada jalan. Pokoknya keadaanmu ibarat sedang berdiri di ujung tebing, tidak tahu ke mana harus melangkah, karena di depan hanyalah jurang ketidakpastian dan engkau merasa sangat terjebak, sebab semua yang telah dilakukan tampaknya sia-sia, dan kau mulai bertanya-tanya, “Apakah Tuhan benar-benar akan menolongku?” Pada saat seperti itu, saudara bisa bimbang dan ragu dan terus bertanya, “Bagaimana mungkin saya dapat percaya pada Tuhan ketika semuanya tampak mustahil?”
Beriman dikala segala sesuatu tampak gampang atau mudah, adalah hal yang biasa. Namun, iman yang sesungguhnya justru akan dibuktikan di saat keadaan terasa mustahil, yakni iman yang mampu membawa kita terus melangkah meski di depan tertutup kabut masalah. Di sinilah iman yang hidup dan aktif menjadi kunci, bahwa iman lebih dari sekadar percaya pada apa yang kita lihat, tetapi pada harapan tentang apa yang Tuhan janjikan untuk membuka jalan bagi kuasanya bekerja. Kita harus tetap percaya, meski segala sesuatu di sekitar tampak bertentangan dengan harapan kita. Dengan iman yang hidup dan aktif kita dapat terus melangkah, meskipun segala usaha telah gagal. Tuhan ingin setiap anak-anak-Nya memiliki iman yang mengandalkan kuasa-Nya, bahkan ketika tidak ada lagi solusi yang tampak di hadapannya.
Seorang pelaut di tengah badai besar mengalami kepanikan dan ketakutan, semua usaha untuk menyelamatkan kapal dan dirinya tampak gagal. Tetapi dalam keadaan yang sulit dan tidak mungkin ia malah masih terus berharap dan menunggu pada bantuan dari luar yang dia percayai, akan membawa keselamatan dari ancaman maut.
Sama seperti pelaut itu, iman kita adalah jangkar yang menahan kita dalam badai kehidupan, percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan keluar. Betapa pentingnya iman yang aktif dengan kerendahan hati menghadapi ketidakpastian, dan bagaimana kepercayaan yang tulus kepada Yesus dapat membuka jalan bagi kuasa-Nya untuk bekerja di tengah-tengah keadaan yang sulit sekalipun. Mengapa hal ini sangat penting?
Mari kita belajar bagaimana iman kepada Tuhan memberi kita kekuatan melangkah meskipun keadaan tampak mustahil, bagaimana kita percaya, juga di saat kita merasa terjebak dan tidak tahu harus ke mana. Maka, apa yang harus dilakukan seorang anak Tuhan? Iman yang aktif dan hidup memberi kita kekuatan untuk terus berpegang teguh pada Tuhan di tengah ketidakpastian, dan menyerahkan sepenuhnya kepada kuasa-Nya yang bekerja dalam segala situasi, inilah yang disebut dengan:
TETAP BERIMAN DI TENGAH KETIDAKPASTIAN
Beriman di tengah ketidakpastian bukanlah hal yang mudah, dan banyak orang telah menyerah bahkan bisa jadi ia dapat kehilangan percayanya kepada Tuhan dalam situasi ini, sebab merasa bahwa Tuhan telah meninggalkannya. Namun, di saat-saat seperti inilah anak anak Tuhan diundang untuk percaya, bukan hanya pada apa yang dapat dilihat, tetapi pada janji-janji Tuhan yang tidak pernah gagal, bahwa Allah sanggup melakukan.
Sebagaimana Firman Tuhan dalam Markus 5:21-43 menunjukkan kepada kita bagaimana iman seseorang dapat bertahan dan bahkan tumbuh dalam situasi yang tidak pasta, dari dua tokoh dalam teks ini Yairus dan seorang perempuan yang lama menderita sakit pendarahan. Kebenaran apakah yang mereka telah tunjukan?
Kita mulai dengan Yairus, seorang kepala rumah ibadat dengan posisi terhormat, datang kepada Yesus dan melakukan tindakan yang sangat mencolok, apa itu?, tersungkur di kaki Yesus. Seorang pemimpin sinagoge, sebuah posisi jabatan terhormat di zamannya menunjukkan status Yairus. Apa yang ia lakukan dihadapan Yesus? “Tersungkurlah ia di depan kaki-Nya” Ini merupakan suatu tindakan penghormatan dan kerendahan hati. Baginya Yesus merupakan tokoh besar atau terhormat, Yairus percaya dan mengenali otoritas kuasa Kristus, dan dengan sangat mendesak, ia memohon kepada Yesus bahkan memohon dengan sangat, frasa ini menunjukkan intensnya dan keseriusan permohonan Yairus, supaya Yesus datang dan meletakkan tangan-Nya pada anak kesayangannya yang kini berada dalam kondisi kritis karena hampir mati. Yairus percaya bahwa jika Yesus bersedia datang dan menyentuh anaknya, maka ia akan sembuh, walaupun anak itu sudah berada di ambang kematian, ketika dia berkata : ‘Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, suatu permohonan untuk sentuhan Yesus yang yang sanghat dipercaya dapat menyembuhkan, supaya anaknya selamat dan tetap hidup.
Bersamaan dengan itu, seorang perempuan yang menderita selama dua belas tahun dengan kondisi pendarahan yang tidak kunjung sembuh. Seperti Yairus, perempuan ini juga berada dalam situasi yang sangat kritis, ia telah menghabiskan semua yang dimilikinya sebagai upaya mencari kesembuhan, namun tak ada tabib yang dapat menyembuhkannya dan semua usahanya gagal. Selain penderitaan fisik, ia juga menghadapi dampak sosial karena dianggap najis oleh hukum Taurat ( lihat Imamat 15:25-30).
Meskipun demikian, perempuan ini menunjukkan iman yang luar biasa, dia percaya bahwa hanya dengan sentuhan: menjamah jubah Yesus, ia akan disembuhkan. Di tengah kerumunan orang orang yang sudah pasti menutup jalan, ia bergelut melawan segala kesulitan fisik yang menghimpitnya. Ia berusaha menembus barikade manusia yang berbondong-bondong mengikuti Yesus, seolah-olah setiap langkahnya adalah suatu usaha perjuangan untuk mencapai Yesus, ini memperlihatkan bagaimana keyakinannya yang penuh pada kuasa Yesus.
Baik Yairus maupun perempuan ini menunjukkan iman yang melampaui rintangan, ketidakpastian, dan ketidakmungkinan. Mereka sama sama percaya bahwa kuasa Yesus melalui sentuhan, menjadi sumber pengharapan dan kesembuhan dalam situasi yang tampaknya mustahil atau tidak mungkin.
Ilustrasi: Bayangkan bila saudara berada di tepi jurang yang dalam, dan di seberang sisi lain ada tempat perlindungan yang saudara butuhkan, satu-satunya cara untuk sampai ke sana adalah dengan melintasi jembatan gantung yang tampak rapuh, goyah, dan seolah tak mungkin bisa menahan berat tubuhm. Saudara tentu tahu bahwa di bawah jurang itu ada bahaya besar, dan naluri saudara berkata untuk mundur, namun, seseorang yang sangat saudara percayai berdiri di sisi lain jembatan itu, memanggilmu, dia berkata, “Jembatan ini kuat”!. Aku telah melewatinya dan aku tahu kamu juga, bisa sampai dengan selamat sepertiku, percayalah padaku”!
Saudara ragu, karena yang dilihat adalah kondisi jembatan yang sangat tidak baik untuk dilalui. Namun, satu-satunya pilihan saudara adalah percaya pada kata-kata orang yang kau percayai bukan? bahwa meskipun kelihatannya mustahil, bahwa tidaklah mungkin jembatan lapuk itu dapat menahan saudara, tetapi percaya adalah cara untuk tiba diseberangnya bukan?
Aplikasi: Iman seringkali seperti itu ketika Tuhan memanggil kita untuk mempercayai-Nya, bahkan ketika segala sesuatu di sekitar kita tampak tidak ada harapan, ketika logika dan penglihatan jasmani kita mengatakan “tidak mungkin.” Pertanyaannya adalah :”Apakah saudara bersedia melangkah ke jembatan iman itu, percaya pada kekuatan dan kasih Tuhan, meskipun kelihatannya tidak masuk akal?” Mengapa pertanyaa ini penting? Karena:
IMAN AKAN MEMBAWA ORANG MENGALAMI SENDIRI KESELAMATAN YANG AJAIB, YESUS MENGATAKAN IMAN-MU TELAH MENYELAMATKAN ENGKAU
Demikianlah iman adalah pintu yang membawa kita ke dalam pengalaman melampaui logika manusia, yang memungkinkan kita untuk melihat kuasa Tuhan bekerja dalam hidup kita. Ketika kita bersandar penuh pada-Nya, Allah menunjukkan bahwa pertolongan, mujizat dan keselamatan bukanlah sekadar konsep abstrak, tetapi kenyataan yang dapat kita alami secara nyata.
Perempuan yang menderita pendarahan selama dua belas tahun, imannya bukanlah sekadar keyakinan pasif, tetapi iman yang mendorongnya untuk bertindak, meski dia tahu bahwa kondisinya membuatnya najis menurut hukum, dan meski kerumunan orang yang berdesak-desakan menghalanginya, ia tidak tinggal diam, melainkan ia melangkah penuh keberanian, mendobrak batas-batas hukum yang mengisolasinya selama belasan tahun.
Ketika perempuan itu berkata, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (Markus 5:28); ia mengungkapkan keyakinan total bahwa hanya dengan menyentuh jubah Yesus, kesembuhan itu akan terjadi. Ini bukan sekadar kepercayaan pada tindakan fisik semata, tetapi kepercayaan penuh pada Yesus sebagai sumber kuasa yang menyembuhkan. Kata “σωθήσομαι” (sōthēsomai) bukan hanya berarti sembuh secara fisik, tetapi juga berarti diselamatkan secara utuh sebuah kesembuhan yang mencakup tubuh, jiwa, dan rohnya.
Dan lihatlah, ketika Yesus menyadari bahwa ada kuasa yang keluar dari-Nya, Ia bertanya, “Siapa yang menyentuh-Ku?” (Markus 5:30) Yesus tidak sekedar menanyakan tindakan fisik, tetapi Ia merespon iman yang keluar dari perempuan tersebut. Yesus berkata kepadanya, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu” (Markus 5:34; ἡ πίστις σου σέσωκέν σε). Perhatikan bahwa Yesus menggunakan kata “σέσωκέν” (sesōken) yang berasal dari akar kata “σῴζω” (sōzō), yang berarti menyelamatkan atau memulihkannya dari cambuk atau dera penyakit yang membuatnya sangat menderita bertahun tahun lamanya. Kesembuhan yang dialami perempuan ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga pemulihan secara holistic, tubuh roh dan jiwa, “Imanmu yang menyelamatkan engkau!”
Iman Menggerakkan Kuasa Allah, perempuan itu tidak memohon kepada Yesus dengan kata-kata, tetapi dengan iman yang aktif. Ini menunjukkan bahwa iman yang menyentuh hati Tuhan adalah iman yang mendorong nya untuk bertindak, memecahkan kebuntuan, dan yang memungkinkannya merasakan langsung kuasa Tuhan. Iman bukanlah sekadar konsep, tetapi suatu kekuatan yang nyata, yang mampu mengubah keadaan hidup,. Yesus bukan hanya menyembuhkan tubuh perempuan itu, tetapi juga mengembalikannya kepada masyarakat, karena memulihkannya secara utuh.
Demikian pula dengan anak Yairus, saat orang-orang di sekitarnya berkata, “Anakmu sudah mati,” Yairus dihadapkan pada pilihan apakah percaya pada kenyataan yang tampak di depan matanya, atau pada perkataan Yesus?. Meski berita kematian anaknya mungkin telah mematahkan harapannya, Yairus memilih untuk lebih percaya pada apa yang Yesus katakan. Ketika Yesus berkata, “Jangan takut, percaya saja” (Markus 5:36), ini bukan sekadar ajakan untuk optimisme, tetapi undangan untuk bersandar penuh pada kuasa dan otoritas-Nya yang melampaui batas-batas kematian itu sendiri.
Ketika Yesus akhirnya sampai di rumah Yairus, orang-orang meratap dan menangis, karena mereka yakin bahwa kematian sudah menjadi akhir. Namun, Yesus berkata, “Anak ini tidak mati, tetapi tidur” (Markus 5:39).
Pernyataan ini menggunakan kata Yunani katheudo (καθεύδω), yang diterjemahkan sebagai “tidur.” Kata ini sering digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan kematian sebagai kondisi sementara (seperti juga dalam 1 Tesalonika 4:13-14), menunjukkan bahwa Yesus melihat kematian bukan sebagai akhir, tetapi sebagai keadaan yang bisa diubah oleh kuasa-Nya, karena Ia berkuasa atas kematian.
Orang-orang menertawakan perkataan-Nya, karena bagi mereka, realita kematian sudah jelas. Tetapi iman Yairus bertahan, dan Yesus kemudian memegang tangan anak itu dan berkata, “Talitha koum,” yang artinya, “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” (Markus 5:41). Seketika itu juga, anak Yairus bangkit dan berjalan.
Iman Yairus menunjukkan kepada kita bahwa percaya pada Yesus berarti percaya pada kuasa-Nya bahkan ketika segala sesuatu di sekitar kita mengatakan sebaliknya, ini adalah iman yang tidak tergoyahkan oleh fakta yang tampak di depan mata, tetapi bersandar pada janji Tuhan yang tak terbatas bahwa kuasa Tuhan bukan hanya mampu menyembuhkan penyakit, tetapi bahkan mengalahkan maut.
Ilustrasi: Louis Zamperini (26 Januari 1917-2014) adalah seorang atlet Olimpiade dan prajurit Perang Dunia II yang hidupnya dipenuhi dengan kisah luar biasa tentang bertahan hidup, karena iman menyelamatkannya. Pada waktu Perang Dunia II, Zamperini bertugas sebagai pilot pesawat pembom. Namun, pada tahun 1943, pesawatnya mengalami kecelakaan dan jatuh di Samudera Pasifik, bersama beberapa kru lainnya, ia terdampar di laut selama 47 hari, tanpa makanan atau air yang memadai.
Situasinya benar-benar tampak mustahil, mereka hanya memiliki rakit kecil dan berhadapan dengan kelaparan, dehidrasi, serangan hiu, dan ancaman kelelahan. Harapan tampaknya sirna, setiap hari berlalu, situasi mereka semakin memburuk, dan banyak orang mulai merasa tak mungkin selamat dari bencana tersebut.
Namun, di tengah situasi yang seolah tidak ada jalan keluar, Louis Zamperini memilih untuk berpegang pada iman, di saat-saat paling gelap ketiadaan jalan keluar dan pertolongan dia mulai melipat kedua tangannnya dan berdoa, meminta Tuhan untuk menyelamatkan mereka. Kepercayaan dan harapannya pada Tuhan memberikan kekuatan baru, meskipun kenyataannya penuh dengan bahaya dan ketidakpastian. Iman itu yang mendorong Zamperini untuk tetap bertahan, meskipun di hadapan kematian yang semakin mendekat.
Setelah berjuang di lautan, mereka akhirnya diselamatkan oleh pasukan Jepang dan dibawa ke kamp tahanan perang, tetapi penderitaannya tidak berhenti disitu ia malah mengalami penyiksaan dan diperlakukan dengan sangat kejam. Namun Zamperini terus bertahan iman dan keyakinannya kepada Tuhan memberinya kekuatan untuk melewati setiap penderitaan yang seolah tak mungkin diatasi.
Setelah perang berakhir, Zamperini kembali ke rumah dengan tubuh yang lemah tetapi hati yang penuh dengan rasa syukur. Pengalamannya melalui petualangan rohani dengan Tuhan telah membentuknya hingga kemudian menjadi seorang pembicara dan penulis yang dapat menjadi saksi tentang iman selalu membangun harapan dikala keadaan mustahil. Ia bahkan memaafkan orang-orang yang pernah menyiksanya, sebuah tindakan luar biasa yang menggaris bawahi kepercayaannya akan kuasa penyelamatan Tuhan.
Aplikasi: Ketika seorang anak Tuhan tidak dapat melihat jalan keluar dan segalanya tampak tidak mungkin, iman kepada Tuhan adalah kunci untuk melampaui kemustahilan, iman membuka pintu bagi keajaiban Tuhan yang tidak terbatas. Ingatlah bahwa Kuasa Tuhan bekerja bukan hanya menyelamatkan secara fisik, tetapi juga memulihkan secara rohani memberi harapan bahkan dalam situasi yang paling tidak mungkin sekalipun.
PENUTUP KHOTBAH
Konklusi: Iman menjadi kunci yang membuka pintu bagi keajaiban Tuhan ketika kita memilih untuk mempercayai perkataan Yesus lebih dari apa yang tampak secara mata jasmaniah, kita memberi ruang bagi kuasa-Nya untuk bekerja secara penuh dalam hidup kita untuk membangkitkan harapan yang hilang, menyembuhkan, memulihkan, menyelamatkan, IMANMU TELAH MENYELAMATKAN ENGKAU, kata Yesus.
Tokoh reformasi Martin Luther pernah menulis: “Iman adalah mata hati yang melihat apa yang tidak terlihat, percaya pada apa yang tidak terlihat, dan berharap pada apa yang tidak terlihat.”
Ajakan: Saudara-saudara, apakah kita hanya akan percaya ketika segala sesuatu tampak berjalan mulus? ataukah kita mampu memiliki iman yang kokoh, tetap teguh meskipun berada di tengah tantangan hidup dan ketidak-pastian? Apakah kita berani mempercayai janji-janji Tuhan, bahkan ketika segala usaha sia-sia dan semua jalan sudah tertutup? Apakah kita bersedia memperkuat iman kita, dengan bersandar sepenuhnya pada kuasa-Nya dan membiarkan tangan Tuhan bekerja dalam setiap aspek kehidupan kita?
Di tengah-tengah tantangan dan kesulitan yang kita hadapi, marilah kita tetap sepenuhnya percaya bahwa Tuhan adalah sumber pengharapan dan keselamatan kita. Dengan iman yang hidup dan aktif, kita akan melihat bagaimana Tuhan bekerja dengan nyata, membuka jalan di tengah kemustahilan, dan membawa kita kepada pengalaman keselamatan yang ajaib. Amin.