Dalam Kitab Kejadian Pasal 12, dimulai dengan kisah dari seorang yang bernama Abram. Abram yang kemudian dikenal sebagai Abraham, adalah salah satu tokoh di dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Lama yang sangat dikenal tentang ketaatan dan kepercayaannya kepada Allah. Karena itu ia dikenal sebagai Bapa semua orang beriman.
Perintah Allah kepada Abram dalam bagian ini, diikuti dengan janji yang kita semua tau itu ditepati oleh Allah. Ungkapan “pergilah dari negerimu, sanak saudaramu, dan dari rumah bapamu” adalah ungkapan perintah yang mengandung makna bahwa Abram harus berpindah tempat, dari kediamannya dan pergi ke tempat lain yang akan ditunjukkan Tuhan Allah kepadanya. Tetapi juga mengandung makna tentang meninggalkan zona nyaman dan kenyamanannya di tempat kediamannya. Tujuan Allah memerintahkan Abram untuk pergi, bukan hanya sekadar untuk menikmati jaminan hidup yang akan Allah berikan baginya dalam hal Menjadi bangsa yang besar, Memberkati engkau, membuat namamu masyur, ataupun mendapat perlindungan seperti yang di catat di ayat 3. Tetapi lebih dari itu, yaitu tentang pergi dan menjadi berkat bagi semua orang seperti yang di catat di akhir ayat 3 “olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Ketika Abram menerima perintah dari Allah ini, Alkitab mencatat bahwa Abram tidak berpikir Panjang, Abram tidak tawar menawar dengan Tuhan Allah, bahkan Abram tidak tidak mengeluh sama sekali. Padahal menurut kesaksian yang di catat dalam Alkitab, saat itu Abram berusia tujuh puluh lima tahun. Ia pun memiliki tanggung jawab yang besar, menjamin keluarganya (Sarai isterinya dan Lot anak saudaranya) bahkan orang-orang yang menjadi didapatnya dari Haran.
Bukanlah hal yang mudah seorang yang lanjut usia melakukan perjalanan yang panjang. Bahkan bukan hal yang mudah sebagai seorang kepala keluarga memilih jalan sulit untuk ia lalui yang mengakibatkan keluarganya juga mengalami hal yang sama. Tapi sekali lagi Alkitab mencatat bahwa Abram tetap melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Allah kepadanya. Bahkan bukan hanya sekadar taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Allah kepadanya, tetapi tempat dimana ia berhenti untuk mendirikan tenda, di situ juga ia mendirikan mezbah bagi Tuhan. Ia melakukan itu baik ketika Tuhan menyatakan diri-Nya ataupun tidak. Yang artinya Ia menyadari semua yang Ia lalui atas campur tangan dan pertolongan Tuhan.
Ada seseorang yang pernah berkata bahwa, sekarang banyak orang yang mementingkan hal yang sepele dan menyepelehkan hal yang penting. Berapa banyak dari kita yang sadar bahwa perintah dari Allah bagi Abram ini adalah juga perintah bagi kita yang hidup sekarang ini? Berapa banyak dari kita yang berfokus dengan berbagai janji berkat dan menyepelehkan perintah utama Tuhan bagi kita untuk menjadi berkat bagi semua kaum di bumi.
Mengakhiri tahun 2024, mari kita mengingat kembali perjalanan kita selama satu tahun ini. Sudahkan kita “pergi” meninggalkan zona nyaman kita dan menjadi berkat bagi banyak orang? Sudah sejauh mana kita berjalan mengembara bersama dengan keluarga kita sambil melakukan apa yang Tuhan mau? Atau di moment seperti apa kita membangun mezbah bagi Tuhan dalam perjalanan setahun ini? Atau justru kita terlalu takut untuk keluar dari zona nyaman kita dan hanya memperkaya diri sendiri? Bahkan menjadikan keluarga alasan dan tidak melakukan apa yang Ia mau? Ataupun membangun mezbah untuk Tuhan ketika moment-moment tertentu saja?
Mari kita berefleksi dan memperbaiki semua yang gagal di tahun 2024 menjadi lebih baik di tahun 2025. Amin.