Dalam hidup, ada bagian yang tidak bisa kita kontrol. Seringkali sesuatu berlangsung seperti yang diinginkan, tapi tak jarang situasi terjadi diluar dugaan. Demikianlah manusia terbatas, sebab itu tak bisa memastikan apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Fakta ini, membuat ada orang bersikap apatis dalam hidup. Kehilangan semangat dan arah untuk menjalani kehidupan. Ada juga yang sering salah arah dalam mengusahakan hidup. Maka diperlukan adanya pedoman hidup yang benar agar dapat menentukan langkah di tengah berbagai kenyataan yang tidak pasti.
Berkaitan dengan itu, mari merenungkan Pengkhotbah 11 : 1 – 8, yang membahas tentang pedoman-pedoman hikmat. Kitab ini dikenal sebagai kitab sastra hikmat. Nama Pengkhotbah diterjemahkan dari kata Ibrani qohélét, artinya orang yang memanggil suatu sidang untuk mengajar mereka. Qohelet mengambil bahan pengajarannya dari pengamatannya sendiri mengenai kehidupan.
Dalam tradisi Ibrani, kitab ini ditempatkan di antara lima gulungan (Megillot) yang digunakan dalam perayaan resmi. Qohelet dibacakan pada Hari Raya Pondok Daun. Qohelet hendak menunjukkan bahwa ada kebebasan Allah dan rahasia jalan-jalanNya yang terkadang tidak dapat dimengerti oleh orang-orang sebangsanya, yang tidak mengetahui batas-batas yang ditentukan oleh kuasa Allah bagi pemahaman manusia.
“Karena siapakah yang mengetahui apa yang baik bagi manusia sepanjang waktu yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan? Siapakah yang dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi di bawah matahari sesudah dia?” (Pkh. 6:12).
Pengkhotbah 11:1-8 secara khusus hendak memberi pedoman tentang bagaimana manusia berjuang dan berusaha serta bagaimana seharusnya ekspresi hidup mereka di tengah kehidupan yang tidak pasti.
Bagian ini dimulai dengan nasihat yang menunjukkan bagaimana seseorang harus bertindak di tengah banyaknya hal yang masih belum diketahui. Ayat 1-2, berisi nasihat tentang berbagi.
Jika membandingkan terjemahan Alkiab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK), maka ayat ini berbunyi “Tanamlah uangmu dalam usaha di luar negeri. Pasti kaudapat untung di kemudian hari. Tanamlah modalmu di berbagai niaga; carilah usaha sebanyak-banyaknya. Sebab orang perlu waspada, sebelum musibah menimpa.” Hal ini mengajari harus ada upaya-upaya dalam perjuangan hidup sambil melakukan kebaikan sebagai tanda kemurahan hati pula.
Ayat 3-6, mendorong tidakan yang tegas dan tidak ragu atau tidak tergoyahkan menghadapi ketidakpastian. Di sini dijelaskan proses alamiah, hujan yang kadang kala dapat diperkirakan, dan arah ke mana pohon akan tumbang yang sulit diperkirakan. Tetapi, terus-menerus hanya memperhatikan angin dan awan, dapat menghambat orang untuk menabur dan menuai. Terlepas dari ketidaktahuan kita terhadap fenomena alam yang demikian, kita harus bertindak.
Gambaran arah angin dan tulang-tulang janin dalam rahin mau menunjukkan pekerjaan Allah. Kedaulatan Allah memenuhi berbagai hal, sering kali dalam cara yang tidak dapat dipahami manusia. Maka yang harus dilakukan adalah tetaplah berusaha dengan giat.
Ayat 7-8, merupakan rekomendasi Pengkhotbah tentang hidup bersukacita. Kita harus bersukacita untuk setiap terang yang diijinkan Allah untuk dinikmati. Artinya mensyukuri segala yang diberikan kepada kita, karena kita tidak tahu kapan tiba hari-hari yang gelap. Karena itu selagi diberi kesempatan menikmati hidup, jalanilah dalam perjuangan, kemurahan hati, dan sukacita.
Pedoman-pedoman hikmat bagi kehidupan yang disampaikan oleh Pengkhotbah ini, menjadi pendorong dan penyemangat bagi kita dalam menjalani kehidupan di era sekarang ini. Kita ada di tengah era bonus demografi, ada banyak orang-orang yang dikategorikan produktif, ada banyak juga peluang-peluang bagi kita, ada keahlian-keahlian dan ketrampilan yang dapat dimanfaatkan bagi perjuangan kehidupan ini. Kita tidak tahu bagaimana akhir dari perjuangan kita, namun jika kita tidak pernah memulai maka kita tidak akan pernah mencapai kesejahteraan.
Namun di tengah suasana manusia berlomba-lomba berusaha, janganlah membiarkan kehidupan kita dikuasai oleh sifat individualistis yang membuat kita tidak lagi peduli dengan orang lain. Sebaliknya dengan didasari oleh kemurahan hati, kita bertekad untuk mendatangkan kesejahteraan bersama. Kita saling mendorong agar tidak hanya berdiam diri tapi mau berusaha mengisi kehidupan.
Dengan kemurahan hati, kita didorong untuk berjuang bersama membangun hidup, saling memanusiakan satu sama lain. Karena meskipun masa depan adalah rahasia, namun masa kini adalah perjuangan yang harus dihadapi bersama, agar kita dapat menikmati kehidupan dalam sukacita. Karena itu selagi ada kesempatan di tengah juang kita di bawah matahari terus berusaha sambil bermurah hati demi mendatangkan hidup yang sejahtera bersama. Amin