Kehidupan kita manusia diperhadapkan dengan banyak hal. Salah satunya adalah menanti atau menunggu. Salah satu ungkapan yang sering kita dengar atau katakan, yaitu “Menunggu adalah hal yang membosankan”. Mengapa muncul ungkapan ini? dikarenakan kebiasaan tidak disiplin, tidak tepat waktu atau juga karena ketidaksabaran dalam hal menunggu sesuatu. Namun sadarkah kita, ketika kita ada dalam proses menunggu sesuatu yang kita harapkan, meskipun terkadang ada waktu yang cukup panjang harus dilewati, tetapi pada akhirnya buah dari kesetiaan kita adalah suatu kegembiraan, kerena yang ditunggu adalah apa yang kita harapkan.
Peristiwa antara Kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan Ketuangan Roh Kudus, membuat para murid ada dalam suatu masa penantian. Digambarkan oleh dokter Lukas sebagai penulis kitab Kisah Para Rasul, dalam Kisah Para Rasul 1:12-26 adalah masa di mana mereka hidup dalam penantian tentang apa yang sudah di janjikan oleh Tuhan Yesus. Janji tentang menerima kuasa Roh Kudus (ayat 8) dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus kembali (ayat 11). Mereka tetap tinggal di Kota Yerusalem ketika menanti janji-Nya (ayat 12).
Mengapa harus Yerusalem? Mengapa mereka tidak kembali ke tempat asal mereka? sebab, para murid juga taat dengan perintah Yesus yaitu tetap tinggal di Yerusalem dan melarang mereka meninggalkan kota itu (1:4). Meski di tengah situasi yang sulit, ketika masih ada dalam tekanan orang-orang Yahudi, para murid tetap ada dalam suasana kebersamaan dalam masa penantian itu, yang walaupun sempat terhenti saat proses penangkapan Tuhan Yesus di taman Getsemani ketika mereka lari meninggalkan Tuhan Yesus (Mrk 14:50). Bentuk kebersamaan ini juga diungkapkan dengan bertekun dan sehati dalam doa bersama (ayat 14).
Hal itu menunjukkan bahwa doa memiliki kuasa yang besar dalam pengharapan akan janji Tuhan. Suasana penantian akan janji Tuhan juga digunakkan oleh para murid untuk memilih siapa yang harus menggantikan Yudas yang telah mengkhianati Yesus. Rasul Petrus bersaksi bahwa kitab suci adalah Firman kebenaran Allah. Janji-janji serta nubuat yang terkandung di dalamnya selalu dan pasti digenapi-Nya. Sebab Firman Allah adalah ya dan amin ( ayat 16). Rasul Petrus sebagai pemimpin di antara mereka (Mat 16:18), memimpin proses pemilihan tersebut.
Para murid yang terkumpul melakukan pemilihan tersebut dengan cara membuang undi. Diantara kedua orang yang diusulkan yaitu Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus dan Matias, maka terpilihlah Matias. Dalam proses pemilian lewat membuang undi , kembali kita melihat bahwa mereka bersatu dalam doa sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan (ayat 24). Karena dalam doa mereka dipersatukan oleh Allah dan mendapatkan pilihan yang terbaik.
Bukan hanya sekedar para murid yang ada dalam masa pengharapan akan janji Tuhan pada saat itu. Tetapi, kita juga saat ini ada dalam masa-masa penantian janji akan kedatangan Tuhan Yesus kembali sebagai hakim yang adil. Ketekunan diperlukan kepada setiap orang percaya yang menanti janji-Nya.Tidak jarang dalam waktu menunggu janji Tuhan, kita diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan kehidupan. Banyak orang yang gagal ketika harus diperhadapkan dengan tantangan dan pergumulan, bahkan meninggalkan Tuhan Yesus hanya untuk terhindar dari pergumulan, untuk harta, tahta, popularitas, dan nikmat dunia.
Belajar dari para murid, yang tetap tekun dalam imannya meski ada ketakutan penindasan dari orang-orang Yahudi.Jemaat yang dikasihi Tuhan Perselisihan dan perpecahan banyak terjadi saat ini, bukan hanya di luar gereja, tetapi tak jarang juga hal itu terjadi dalam ruang lingkup orang percaya (gereja). Terkadang hanya karena berbeda pemahaman maka menimbulkan masalah besar dalam Keluarga, Jemaat dan Masyarakat. Apalagi dalam waktu yang dekat di Tahun 2024 kita akan terlibat dalam pemilihan umum. Orang percaya harus sehati di dalam Tuhan agar terhindar dari perpecahan.
Dari bacaan Alkitab saat ini tidak ditemukan perselisihan dan perpecahan di antara murid, mengapa? Karena mereka hidup sehati di dalam doa. Orang percaya terkadang melupakan doa. Tak jarang dalam ibadah doa hanya di buat-buat. Contohnya ketika hendak berdoa makan ada yang mengatakan “singkat jo ne, kar’na torang so lapar”. Ungkapan mengatakan doa adalah nafas hidup orang percaya adalah benar adanya. Karena itu jika kita sudah tidak berdoa, maka bisa dikatakan rohani kita sudah mati.
Selanjutnya, kita harus bergumul dengan Tuhan tentang apa dan siapa yang hendak kita pilih. Jangan pernah mengandalkan hikmat manusia dalam memilih sesuatu. Karena pasti Tuhan akan memberikan jawaban yang terbaik. Hiduplah menanti janji Tuhan dengan tekun, sehatilah dalam doa bersama, karena doa mengubah segala sesuatu. Yakinlah bahwa waktu Tuhan pasti yang terbaik dan janji-Nya Tuhan adalah ya dan amin bagi setiap orang yang percaya. Amin