DODOKUGMIM.COM – Menelusuri jejak penginjilan di Minahasa dapat dilakukan dengan berbagai informasi dari banyak sumber, yang bicara tentang kerja lembaga ataupun perorangan. Pastinya, semua itu tak bisa lepas dari konteks pada zamannya. Pada ulasan ini, mari kita telusuri beberapa periode yang berkembang di Minahasa.
Pekabaran Injil pada masa kekuasaan Spanyol dan Portugis
Gereja Masehi Injili di Minahasa lahir dalam proses sejarah yang panjang. Perjumpaan masyarakat Minahasa dengan dunia Barat berawal dari kedatangan dua bangsa yang ingin membangun hubungan perdagangan dengan orang Minahasa yaitu Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1563 Portugis ke Manado sebagai armada tandingan ekspedisi Sultan Hairun dari Ternate yang ingin menguasai daerah Manado. Pendaratan dilakukan dengan menggunakan perahu kora-kora. Dalam rombongan itu ikut serta Diego de Magelhaes, ia seorang Pastor. Pada perjalanan ini Diego de Magelhaes membaptis raja Manado dan 1500 rakyatnya. Selama dua puluh bulan ia tinggal dan mengajar di tengah masyarakat Minahasa. Saat itulah Kekeristenan mulai dikenal di Minahasa. Keadaan ini berhenti akibat perlawanan orang Minahasa yang kuat, beberapa paderi menjadi korban dalam perlawanan tersebut
Tahun 1606 ketika Spanyol menguasai Maluku Utara. Keadaan ini memberi kesempatan lagi bagi misi untuk memulai lagi pekabaran injil di Manado, tetapi kematian beberapa misionaris yang disebabkan karena kecelakaan dalam perjalanan laut, mati syahid, dan sakit, peperangan dengan orang Minahasa menghalangi pekerjaan misi. Akhirnya Spanyol meninggalkan Minahasa 1645, kondisi ini mengakhiri misi Katolik di Minahasa.
Pekabaran Injil Masa VOC
Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau Serikat Dagang Hindia Timur (1602) menggantikan kekuasaan Spanyol dan Portugis di Minahasa. Kehadiran para pendeta Protestan mendapat dukungan penuh dari VOC. Tahun 1663 seorang pendeta Protestan bernama Yohanes Burum datang ke Minahasa, ia melakukan pembaptisan pada anak-anak dan orang dewasa. Ia adalah pendeta Protestan pertama yang datang berkunjung di Manado, Ia digantikan oleh Pdt. Sebelius yang memulai pekerjaannya di Ternate sejak tahun 1664. Tahun 1675 Pdt. Jacobus Montanus yang sedang mengadakan perjalanan menuju ke daerah Taruna mampir ke Manado. Ia prihatian terhadap orang Kristen yang masih dipengaruhi oleh kebiasaan lama penduduk. Umunya metode yang dipakai adalah belajar di rumah atau pondok sederhana, diajar membaca dan menghafal pokok iman Kristen, khotbah dalam bahasa Melayu, layanan baptisan dan perjamuan yang terbatas.
Selama VOC berada di Minahasa jumlah penganut agama Kristen bertambah sekalipun pemeliharaan terhadap jemaat kurang diperhatikan. VOC mengijinkan para pendeta Protestan untuk melayani pegawai VOC dan penduduk pribumi yang dapat dijangkau dalam perkunjungan bersama dengan pemerintah masa itu. Bangkrutnya VOC, menyebabkan VOC menyerahkan wilayah perdagangannya kepada pemerintah Belanda tanggal 27 Desember 1799. Terjadi kekosongan kehadiran Pekabar injil di Minahasa antara tahun 1800-1817. Dipihak lain, ini mendorong guru-guru pribumi giat mengabarkan Injil dan mengajar penduduk yang telah menjadi Kristen. Mereka berkeliling ke desa-desa dengan menggunakan alat transportasi sederhana roda (gerobak), sepeda bahkan jalan kaki.
Pekabaran Injil Masa Nederlands Zendeling Genosotschap (NZG) Abad 19
Semangat Pietisme yang menggelora di Eropa termasuk Belanda mendorong lahirnya lembaga Pekabaran Injil NZG (Nederlands Zendeling Genoostschap) atau perkumpulan pekabar injil Belanda tahun 1798. NZG mempunyai jasa yang besar dalam pekabaran Injil di tanah Minahasa.
Berawal dari kunjungan sang rasul Maluku Yosef Kam tahun 1817 dan Ds Lenting 1818 Keduanya berpikiran sama bahwa Minahasa adalah ladang yang perlu mendapat perhatian. Pdt. Jungmichel diutus untuk memberi perhatian pada jemaat di Minahasa. Sesudah Pdt. Jungmichel kemudian dua pekabar injil yaitu Pdt. L. Lammers dan Pdt. D. Muller. Mereka tiba di Minahasa pada tanggal 3 Juni 1822. Gerrit Jan Hellendorn menggantikan Pdt. D. Lamers dan Pdt. D. Mullers. Ia tiba di Manado pada tanggal 7 Januari 1827 dan diangkat sebagai pendeta pemerintah atau predikant. Ia mendirikan beberapa sekolah bagi penduduk pribumi di pedalaman Minahasa, diantaranya daerah Tondano. Pada masanya terdapat 5000 orang penduduk yang telah menganut agama Kristen dan 70.000 penduduk yang belum menganut agama Kristen. Perhatiannya yang sungguh-sungguh terhadap pekabaran Injil dan pendidikan membuat Hellendoorn dikenal sebagai peletak dasar kekristenan di Minahasa. Hellendoorn meminta bantuan tenaga kepada NZG. NZG mengirim dua tenaga untuk memperkuat perkerjaan pekabaran Injil di Minahasa. Dua tenaga yang dikirim adalah Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz. Mereka tiba di Minahasa pada tanggal 12 Juni 1831. Keduanya bekerja di daerah Tondano dan Langowan serta daerah sekitarnya.
Kehadiran kedua zendeling ini menandai babak baru dalam pekabaran injil di Minahasa. Pdt. Dr. A.F Parengkuan membagi kedatangan para zendeling sesudah Riedel dan Schwarz dalam 4 Gelombang. Gelombang pertama adalah pada tahun 1831 ketika Riedel dan Schwarz datang ke Minahasa. Mereka bekerja di Tondano dan Langowan. Gelombang kedua datang pada tahun 1836-1838. Mereka yang datang pada masa ini, Herman yang bekerja di Amurang dan Mattern di Tomohon. Gelombang ketiga kira-kira tahun 1848-1849 ketika Hartig, Bossert, dan Ulfers datang dan bekerja di Kema, Tanawangko dan Kumelembuai. Gelombang keempat, dapat disebut sebagai generasi kedua, terjadi pada tahun-tahun 1861-1864 ketika J.A.T.Schwarz anak dari J.G.Schwarz bekerja di Sonder dan sekitarnya.
Pada masa ini Minahasa mengalami perkembangan yang luar biasa dalam pekabaran injil. Banyak pertobatan dari agama suku menjadi Kristen, sekolah-sekolah berbasis gereja didirikan, dan rumah sakit, literasi, penerjemahan ke bahasa lokal, dan metode Pekabaran Injil semakin meningkat sehingga berita Injil semakin meluas di tanah Minahasa.(dodokugmimjoshuaumboh)