ALASAN PEMILIHAN TEMA
Bagi orang Israel Bait Tuhan merupakan simbol keberadaan pemeluk agama dan diyakini tempat kehadiran Tuhan Allah dalam dunia. Mulanya, umat Israel dalam Perjanjian Lama memiliki Kemah Suci (disebut juga Kemah Pertemuan), tempat Tuhan menyatakan kehadiran-Nya (Kel. 25:8-9) dan tempat memberikan persembahan. Kemah Suci dapat dibongkar-pasang atau diangkat ke mana saja umat Israel berjalan dan berkemah. Daud terpanggil membangun Bait Tuhan permanen (1 Taw. 17:1), sehingga ia mengumpulkan bahan-bahan untuk itu. Namun Salomo yang diperkenankan Tuhan Allah melaksanakan pembangunannya. Bait Tuhan dihancurkan oleh tentara Babel. Dibangun kembali sesudah pembuangan ke Babel, digunakan sebagai pusat peribadatan sampai zaman Yesus Kristus yang telah mengalami berbagai renovasi. Dan dihancurkan oleh tentara Romawi pada tahun 70 M. Selanjutnya ada sinagoge, rumah pertemuan sejak abad ke-3 M menjadi tempat beribadah umat Kristen.
Saat ini, istilah Bait Tuhan dipahami sebagai tempat beribadah persekutuan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. GMIM memahami ada dua bentuk gereja yaitu gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dua eksistensi Bait Tuhan ini sering diperdebatkan. Ada yang mengutamakan Bait Tuhan secara kelihatan seperti gedung, struktur, sumber daya dan dana sehingga mengabaikan pembangunan spiritual umat. Sebaliknya, ada yang menganggap bahwa Bait Tuhan secara fisik tidaklah sepenting persekutuan orang percaya, sehingga pembangunan fisik terabaikan. Tema perenungan minggu ini akan dituntun oleh tema ”Bersama Membangun Bait Tuhan.” berefleksi dari Zakharia 6:9-15.
PEMBAHASAN TEMATIS – Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Zakharia adalah anak Berekhya dan cucu Ido (Za. 1:1); Pada bagian lain disebut anak Ido (Ezr. 5:1, 6:14, bnd. Neh. 12:16) – kepala dari sebuah keluarga imam, yang menunjukkan bahwa Zakharia berasal dari suku Lewi, yang setelah pembuangan melayani di Yerusalem sebagai imam dan nabi. Zakharia bersama Hagai, mendorong umat untuk membangun kembali Bait Tuhan setelah dihancurkan Babel pada tahun 587 s.M. Memang, pada tahun 538 s.M, ketika umat Yehuda kembali ke Yerusalem dari pembuangan di Babel, mereka telah meletakan fondasi untuk pembangunan Bait Tuhan yang baru, namun pekerjaan itu terhenti. Umat mengeluh tidak bisa meneruskan pembangunan karena panen sedikit, makanan dan uang kurang (bnd. Hag. 1:1-6), sehingga tahun 520 s.M., Zakharia dan Hagai mendorong umat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Kitab Zakharia berisi penglihatan, perkataan nabi dan tulisan apokaliptik. Dimulai dengan nasihat agar umat bertobat, Zakharia mendorong umat untuk semangat dalam pembangunan kembali Bait Tuhan. Ia menerima delapan penglihatan untuk meyakinkan umat tentang kepedulian dan kekuasaan Tuhan Allah atas masa kini dan masa depan. Setelah delapan penglihatan, Pasal 6 Zakharia menerima Firman Tuhan (ayat 9). Ungkapan: Datanglah Firman Tuhan kepadaku menegaskan bahwa yang diterima Zakharia bukan berasal dari manusia. Tuhan Allah yang berinisiatif memakai Zakharia. Firman Tuhan itu berisi perintah untuk pergi ke rumah Yosia anak Zefanya; penjaga harta-benda Bait Suci yang dipulangkan dari Babel; pemilik rumah yang kaya raya di Yerusalem.
Pungutlah persembahan dari pihak orang-orang buangan (ayat 10) yaitu dari Heldai, Tobia, dan Yedaya (orang-orang yang kembali dari pembuangan dan tinggal di rumah Yosia). Persembahan tersebut adalah emas dan perak. Orang-orang Lewi dan imam Yahudi yang kembali dari Babel datang dengan hadiah dari istana Persia untuk membantu membangun kembali Bait Tuhan (Ezra 7:13-16; 8:24-30). Bagian ini menegaskan tentang persembahan/ pemberian menjadi sumber utama pembangunan Bait Tuhan.
Buatlah mahkota, untuk dikenakan pada kepala imam besar Yosua (ayat 11). Imam tidak pernah memakai mahkota. Sebagai gantinya imam besar memakai ikat kepala seperti yang dipakai Harun (Kel. 28:4, 37; 25:6; 39:28-31; Im. 8:9; 16:4). Ada dua pandangan tentang ini: Pertama, Mahkota (Ibrani: atara) ini dipakaikan kepada Zerubabel bukan Yosua. Kedua, ada dua mahkota di sini, dipakaikan kepada Zerubabel dan Yosua, mengingat kata atara yang digunakan berbentuk jamak atereth.
Inilah orang yang bernama Tunas … akan mendirikan Bait Tuhan (ayat 12). Tunas (Ibrani: zemah) sebagaimana dalam penglihatan keempat, adalah Mesias dari keturunan Daud – yang paling dekat dihubungkan dengan Zerubabel – dialah yang akan membangun Bait Tuhan (Lih. 4:7-10). Lagipula terjemahan kata inilah orang dalam ayat 12 yang lebih tepat adalah ”seorang” (tidak ada kata sandang tertentu) yang bernama Tunas, sehingga bukan Yosua yang dimaksudkan di sini. Keterangan ini membuat ayat 13 dapat dimengerti, bahwa di sebelah kanan Tunas (Zerubabel) ada imam (Yosua) dan ada permufakatan tentang damai di antara mereka.
Lalu mengapa hanya Yosua yang dimunculkan dalam teks ini? Tokoh Zerubabel dileburkan dalam diri imam besar Yosua, sepertinya pasal 6 menekankan tentang peran imam dan kerohanian dalam pembangunan Bait Tuhan dan mempersiapkan kedatangan Mesias. Memakaikan mahkota raja kepada imam Yosua adalah sebuah tindakan simbolis untuk menyatakan penggabungan jabatan raja dan imam menjadi satu. Dua jabatan dalam diri seseorang adalah spesial dalam Alkitab (ingat Melkisedek; Kej. 18:14; Ibr. 7). Ini adalah berita penguatan tentang pemimpin agama dan pemerintahan yang dipakai Tuhan Allah untuk melangsungkan pembangunan Bait Tuhan dan perlahan-lahan memulihkan kedamaian umat (ayat 13).
Pada kemudian hari, ini diakui sebagai sebuah petunjuk bahwa Mesias yang akan datang kelak Sang Tunas dari keturunan Daud yaitu Yesus Kristus (bnd. Yes. 11:1; 53:2; Yer. 23:5; 33:15) akan memangku dua jabatan/peran ini menjadi satu. Ia adalah Imam dan Raja, yang akan mendirikan Bait Tuhan, sehingga ini memberikan pengharapan yang tinggi bagi umat. Jadi, bagi umat yang dalam pergumulan, berita pembangunan Bait Tuhan memberikan pengharapan tentang kehadiran Tuhan Allah dalam hidup umat dan pemulihan keadaan. Tidak ada kehancuran yang tidak dapat diperbaiki Tuhan Allah. Ia mau menyatakan kehadiran-Nya lewat hal-hal yang nampak dalam pandangan manusia dan salah satunya adalah lewat Bait-Nya.
Dan mahkota itu akan tetap tinggal dalam bait TUHAN sebagai tanda peringatan akan Heldai, Tobia, Yedaya dan akan Yosia bin Zefanya. (ayat 14). Dalam Kitab Ibrani (Bnd. juga Terjemahan Baru Edisi 2), nama Helem muncul menggantikan Heldai, dan nama Hen untuk Yosua, ini adalah nama panggilan untuk orang yang sama. Nama-nama mereka akan dikenang (sebuah berkat/ penghargaan) karena telah berkontribusi dalam pembangunan Bait Tuhan.
Orang-orang jauh akan datang untuk turut membangun Bait Tuhan (ayat 15): menunjuk pada orang-orang Israel yang terserak di berbagai tempat, bahkan bangsa-bangsa lain akan ambil bagian. Di kemudian hari orang-orang percaya adalah tubuh Yesus Kristus, bangunan Bait Tuhan akan datang dari jauh dikumpulkan dari segala bangsa, suku, dan bahasa. Jelas bahwa membangun Bait Tuhan adalah tugas bersama umat Tuhan.
Dan hal ini akan terjadi, apabila kamu dengan baik-baik mendengarkan suara TUHAN Allahmu.” (ayat 15). Tuhan Allah mengingatkan penyebab kehancuran Bait-Nya adalah karena umat tidak mendengar suara-Nya. Maka hal penting untuk bersama membangun Bait Tuhan adalah mendengar perintah dan kehendak -Nya; sehingga petunjuk-Nya yang terlaksana. Mendengar (Ibrani shema) berarti hear, listen to, obey: mendengar untuk memahami/mengerti, dan mematuhi/ menaatinya. Ini berarti tanpa pertobatan, pembangunan iman dan kerohanian, mustahil terjadi pembangunan Bait Tuhan. Pembangunan Bait Tuhan secara fisik harus terjadi berbarengan dengan pembangunan rohani/iman.
Makna dan Implikasi Firman
- Peran pemimpin sangat menentukan untuk membangun bersama Bait Tuhan. Pemimpin gereja kiranya menggunakan kewibawaan untuk mau terlibat aktif dalam pekerjaan pelayanan ini. Jika jemaat adalah bagian dari pemimpin pemerintahan, bekerjasamalah untuk turut membangun bersama, baik gereja maupun bangsa dan negara.
- Diperlukan kerjasama untuk saling mendukung dengan mempersembahkan apa yang ada pada kita dalam pekerjaan ini. Uang, tenaga, waktu, talenta/kemampuan kita, dapat menjadi persembahan yang menopang pembangunan Bait Tuhan. Dan apa yang kita persembahkan akan menjadi tanda peringatan bagi kita yang memberi persembahan.
- Pelayan Tuhan bertanggungjawab mewujudkan suasana damai agar pembangunan terlaksana dengan baik.
- Berdoalah, memohon petunjuk Tuhan Allah dan mendengar dengan sungguh (shema) Firman (membaca dan merenungkan firman dalam Alkitab) agar kehendak-Nya yang terlaksana.
- Semangat dalam bersama membangun Bait Tuhan harus selaras dengan semangat membangun iman untuk hidup dalam pertobatan. Sebab tujuan membangun Bait Tuhan secara fisik adalah untuk membangun tempat persekutuan Ibadah umat dengan Tuhan Allah dan mempererat hubungan antar jemaat (koinonia). Yesus Kristus adalah batu penjuru Gereja (dasar), memanggil umat untuk membangun di atas-Nya, menjadi batu yang hidup untuk Pembangunan rumah Rohani (1 Ptr. 2:5), karena kitalah Gereja itu sendiri, Bait Roh Kudus (1 Kor. 3:16; 6:19).
PERTANYAAN DISKUSI
- Apa yang saudara pahami tentang bersama membangun Bait Tuhan menurut Zakharia 6:9-14?
- Mengapa Tuhan Allah memakai nabi bagi umat yang sedang dalam pergumulan pembangunan Bait Tuhan?
- Bagaimana peran aktif gereja dalam bersama membangun Bait Tuhan secara fisik dan spiritual?
POKOK- POKOK DOA
- Pelayan Tuhan, jemaat, bahkan pemerintah memiliki semangat untuk menopang pembangunan Bait Tuhan (gereja) dengan segala bentuk pemberian.
- Semua gereja yang sementara melaksanakan pembangunan fisik.
- Pelayan Tuhan dan jemaat memperhatikan pembangunan iman/rohani.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Kemuliaan Bagi Allah: PKJ, No. 4 “Angkatlah Hatimu Pada Tuhan”
Pengakuan Dosa: KJ. No. 33. ”Suara-Mu Kudengar”
Janji Anugerah Allah: KJ. No. 252. “Batu Penjuru Gereja”
Puji-pujian: NKB. No.184 “Engkau Milikku Abadi”
Ses. Pembacaan Alkitab: KJ. No. 53. “Tuhan Allah T’lah Berfirman”
Persembahan: PKJ. No. 146 “Bawa Persembahanmu”
Nyanyian Penutup: KJ. No. 256 ”Kita Satu Didalam Tuhan”
ATRIBUT Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu di atas Gelombang.