Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus,
Mengapa kita merayakan HUT Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus? Karena pada tanggal 17 Agustus Ir. Soekarno dan Mohamad Hata atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan dari penjajahan Kerajaan Belanda. Proklamasi Kemerdekaan yang diakui dunia memiliki dampak bagi perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menyambut Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia kitamemekikkan kata, MERDEKA! Pekik adalah teriakan, jeritan atau sorak yang keras sebagai semboyan dan ungkapan perasaan bebas dari penjajahan.
Berbicara tentang kemerdekaan kepada orang Kristen mula-mula, Rasul Paulus menasihati jemaat di Galatia, “Supaya sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita” (ayat 1). Kemerdekaan yang boleh dinikmati orang percaya di Galatia, sesungguhnya hanya dapat dialami di dalam Yesus Kristus. Sebagai orang percaya di bumi Indonesia, kita juga dapat memahami bahwa kemerdekaan yang kita alami ini, tidak diperoleh dengan mudah. Kalau para pahlawan Indonesia telah memilih: merdeka atau mati! untuk merebut kemerdekaan Indonesia, Yesus Kristus telah melakukan lebih daripada itu: Dia memilih mati, supaya kita dimerdekakan dari belenggu dosa.
Yesus Kristus menyerahkan nyawa-Nya, mati di salib untuk merebut kita dari dosa dan memberikan kemerdekaan rohani kepada semua orang, termasuk masing-masing kita. Yesus Kristuslah pemberi kemerdekaan yang sesungguhnya. Kalau hari ini, ada di antara kita yang masih memilih hidup berada di luar Yesus Kristus dan kelihatan merdeka, ya benar kelihatannya merdeka, tapi sebenarnya kita merdeka yang masih terbelenggu. Orang yang merdeka tapi terikat itu seperti seekor burung kakak tua yang sudah lama sekali dipelihara, sekitar sepuluh tahun dan pemiliknya merasa kasihan terhadap burung itu. Lalu suatu pagi. ia pun membuka rantai yang mengikat burung tersebut dan melepaskannya. Burung itu terbang bebas sambil mengepakngepakkan sayapnya. Merdeka! Akan tetapi. pada sore harinya, burung itu kembali lagi ke situ. Mengapa? Sebab ia sudah terbiasa dengan pola hidupnya yang lama. Makan dan minum tersedia. Burung itu kemudian memang tidak dirantai, namun hidupnya bagaikan di rantai.
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus,
Demikian pula halnya dengan gambaran kehidupan orang Kristen di Galatia yang menjadi perenungan saat ini. Ada di antara mereka yang tidak mau berjuang melawan dosa dan tidak mau bertumbuh dalam kedewasaan iman. Orang seperti itu memang telah dimerdekakan dari dosa-dosanya, namun ia selalu menguiangi dan kembali lagi pada cara hidupnya yang lama. Kelihatan saja ia bebas, tetapi sesungguhnya ia tetap terkurung karena membiarkan dosa masih menguasai hidupnya. Hal itu terbukti, ketika hidup jemaat di Galatia yang sudah merdeka, tapi masih ribut dan sibuk dengan gaya hidup yang lama. Apa itu? Hidup sebagai hamba dosa. Kehidupan mereka yang sudah merdeka tapi ribut tentang sunat (Ayat 4, dan 6). Banyak dari jemaat Kristen mula-mula adalah orang Yahudi yang sudah terbiasa diatur oleh hukum Taurat, di antaranya tentang sunat. Ini yang menjadi keributan meski hukum itu baik dan diberikan Tuhan Allah untuk menginsafkan mereka dari dosa serta menuntun mereka kepada Yesus Kristus (Galatia 3:19-25). Sekarang mereka harus menjalani hidup bant dalam iman berdasarkan anugerah Allah yaitu kemerdekaan di dalam Yesus Kristus. Namun, mereka masih ragu. Setelah sekian lama diatur sedemikian rupa, mungkinkah mereka benar-benar merdeka? Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus, Untuk tetap mempertahankan kE lerdekaan yang Yesus Kristus hadiahkan, Paulus kembali rn, lanjutkan nasihatnya, ‘Karena itu berdirilah teguh dan jangan rnnu lagi dikenakan kuk perhambaan”. Berdirilah teguh (Yunani: steko) artinya berdiri tegap atau tetap sebagai orang yang sudah merdeka, orang bebas yang bukan lagi hidup sebagai hamba dosa. Orang yang hidup dalam dosa, digambarkan dengan “kuk perhambaanApakah kuk perhambaan kita hari ini? Tindakan yang tidak sepadan dengan Injil Yesus Kristus seperti; korupsi, narkoba, judi, mabuk, seks bebas, kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebagainya. Tanggalkan semuanya itu supaya kita merdeka dan boleh berdiri teguh. Orang yang masih hidup dalam kuk perhambaan, selalu takluk kepada orang lain dan terkurung dengan aturan-aturan yang membelenggu. Kita mengetahui bahwa tabiat lama kita sebagai manusia yang telah menjadi kuk perhambaan sudah dimatikan bersama Yesus Kristus di kayu salib, supaya kuasa tabiat kita yang berdosa itu dihancurkan. Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus, Bagaimana cara supaya jangan ada lagi kuk perhambaan? Kita memerlukan perjuangan setiap hari. Kita harus mengerjakan keselamatan setiap saat agar tidak lagi diperhamba dosa. Sebab kita tahu bahwa tabiat kuasa dosa yang lama sudah dihancurkan di kayu salib. Jangan ada lagi kuk perhambaan karena sudah dilepaskan Yesus Kristus dan telah menjadi orang merdeka yang hanya taat kepada Tuhan Yesus Kristus.
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus,
Negara kita sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Peristiwa proklamasi kemerdekaan tersebut sungguh menjadi kebanggaan bagi seluruh bangsa Indonesia. Akan tetapi, apabila kemerdekaan itu kemudian tidak dijalani dan diisi dengan hal yang berguna, lalu apa arti kemerdekaan itu? Sekarang waktunya kita memaknai kemerdekaan dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus telah memerdekakan kita dari belenggu dosa, sehingga kita bisa taat kepada-Nya dan mengasihi Dia. Sebagai orang percaya, kita dapat memahami bahwa kemerdekaan kita tidak diperoleh dengan mudah. Yesus Kristus menyerahkan nyawa-Nya, mati di salib untuk memberikan kemerdekaan rohani kepada semua orang, termasuk masingmasing dari kita.
Kini, sebagai anak-anak Allah, yang sungguh-sungguh merdeka dan sudah dibebaskan dari kuk perhambaan atau kuasa dosa, kita harus menjalani kebebasan dengan mengerjakan kehidupan kekristenan kita bersama Yesus Kristus setiap hari, yaitu melayani orang dengan kasih. Kata Paulus: “Saudarasaudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Ayat 12).
Memang, mengisi kemerdekaan dengan pelayanan kasih, bukanlah perkara yang mudah. Butuh perjuangan yang terus menerus berlangsung dalam kehidupan kita untuk melepaskan diri dari kuk perhambaan seperti “saling menggigit dan saling menelan bahkan sampai saling membinasakan” (ayat 14).
Kemerdekaan Indonesia sudah dibentuk, namun masih perlu disempurnakan. Oleh sebab itu, marilah kita bentuk rumah Indonesia ini dengan penuh kasih bukan dengan menggigit, menelan, apalagi membinasakan karena kita sudah terlepas dari kuk perhambaan. Jayalah Indonesia! Merdeka! Amin