ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja sebagai lembaga dan persekutuan orang percaya maupun pribadi, dipanggil dan diutus oleh Tuhan Allah ke tengah dunia untuk memberitakan kepada semua orang tentang karya selamat-Nya di dalam dan melalui AnakNya, Yesus Kristus. Karena itu Gereja diingatkan untuk selalau memperlengkapi dirinya agar hidup mencintai perdamaian, keadilan dan menjaga serta memelihara alam ciptaan Tuhan. Firman Tuhan Allah dalam Alkitab adalah sumber dan tolok ukur perilaku kehidupan di tengah konteks sosial yang mengalami kemajuan dan berubah-ubah Gereja harus tampil optimis menjawab pergumulan dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan sambil tetap menjaga identitas diri sebagai gereja-Nya, supaya tidak dirasuki oleh roh keserakahan, kerakusan, ketamakan, egoisme dan hedonisme. Melainkan memiliki kemurahan hati. Itulah sebabnya perenungan firman minggu ini dipilih tema: “Kemurahan Hati Mendatangkan Kesejahteraan Bersama.” Dari tema ini diharapkan warga gereja yang berkarya menjawab panggilan Tuhan di bidang masingmasing, tetap semangat, kerja keras dan raih sukses, diberkati dan menjadi berkat.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kata Pengkhotbah dari bahasa Ibrani “Qoheleth” dari kata dasar Qahal yang artinya collector of sentences (kumpulan ungkapan), preacher (pengkhotbah), public speaker (pembicara public), speaker in assembly (pembicara dalam persidangan). Penulis mengumpulkan dan mempelajari ungkapan hikmat dan berupaya mengungkapkan tentang maknanya bagi kehidupan. Kata kunci ungkapan hikmat, hidup adalah kesia-siaan belaka, kalau hidup di luar Tuhan.
Kata “Kesia-siaan”(ibb :habel) dipakai untuk memulai dan mengakhiri kitabnya (Pengkhotbah 1:2, 12:8). Penulis menemukan bahwa hidup ini sarat dengan kontradiksi dan misteri, sulit diduga dan diprediksi, penuh dengan ketidakpastian, manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah (Pengkhotbah 8:17). Meskipun demikian umat jangan pesimis tapi harus optimis, bekerja dan berkarya dengan giat. Hal yang menyenangkan atau buruk, sukses atau gagal, sama-sama berpeluang bisa terjadi, makanya harus disikapi dengan bijak dengan melibatkan Tuhan. Bacaan ini dimulai dengan “lemparkan rotimu ke air” (ay.1). Salah satu arti dari kata Ibrani “roti” (mx1 lechem) adalah butiran gandum yang dapat dipakai untuk membuat roti. Roti adalah makanan, sajian.
Menurut Matthew Henry, Lemparkan rotimu ke air atau gandummu ke tempat-tempat rendah merujuk pada petani yang menabur benih di tanah berair. Berbahagialah kamu yang boleh menabur di segala tempat di mana terdapat air, (Yesaya 32:20). Bagi orang yang rajin dan bermurah hati, mereka menyisihkan sebagian dari gandum persediaan keluarga untuk diberikan kepada orang miskin.
Kemuranan hati dan kebaikan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tetapi dengan tindakan. “supaya engkau memecahmecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! (Yesaya 58:7) Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (Galatia 6:7)
Salah satu metafora air adalah penderitaan, kemiskinan dan tangisan. “Dan aku mendengar malaikat yang berkuasa atas air itu berkata: “Adil Engkau, Engkau yang ada dan yang sudah ada, Engkau yang kudus, yang telah menjatuhkan hukuman ini.” (Wahyu 16: 5) Jadi melempar roti ke air artinya adalah dengan kemurahan hati orang percaya berkewajiban membantu orang menderita, miskin dan menangis yang membutuhkan pertolongan.
Melempar roti ke air memberi gambaran bahwa orang yang giat bekerja, tetap berpengharapan sekalipun di tengah ketidakpastian akan mendapatkan hasilnya kembali. Ketika bekerja dan diberkati mendapatkan hasil, umat diajak untuk memiliki kemurahan hati, membantu yang lain. Berikanlah bahagian kepada 7 bahkan 8 orang (ay.2) ada kesediaan membantu, kerelaan berkorban, menolong bagi yang lain untuk mendatangkan kesejahteraan. Karena pada suatu hari mungkin kita sendiri sangat memerlukan pertolongan (band. 2 Kor.8: 10-15).
Selanjutnya di tengah situasi yang tidak menentu umat dinasihati untuk terus bekerja “taburkanlah benihmu pagipagi hari dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.” Artinya waktu yang ada harus diisi, dimanfaatkan dengan baik dan maksimal. Jangan berhenti dan masa bodoh sehingga tidak melakukan apa-apa bagaikan pohon yang tumbang, yang tetap berada di tempat.
Pengkhotbah mengajak umat agar jangan terhalang oleh angin dan awan; simbol tantangan dan pergumulan. Sehingga tidak menabur dan pada akhirnya tidak menuai. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi sebagaimana yang digambarkan jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim perempuan yang mengandung. Kita tidak mengetahui pekerjaan Allah (ay.3-6). Tapi kita harus melakukan sesuatu, apakah ini atau itu yang akan berhasil atau kedua-duanya. Pengkhotbah menyatakan bahwa hidup ini menyenangkan dan oleh sebab itu jikalau orang panjang umur biarlah ia bersukacita tapi harus siap menghadapi hari-hari yang gelap, hari kematian. Sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan (ay.7,8).
Umat Tuhan diingatkan ketika Tuhan Allah menganugerahkan kehidupan kepada kita, hendaknya diisi dan dinikmati dengan kebaikan serta kemurahan hati dengan menolong saudara yang hidupnya tidak beruntung dan butuh pertolongan. Tetapi juga ketika menghadapi beban berat, situasi sulit, suram, jahat harus tetap siap dan setia, beriman teguh, jangan goyah. Karena dunia pasti berubah-ubah, tetapi janji dan kasih Tuhan Allah tidak pernah berubah. Sebab, Yesus Kristus tetap sama, kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya. (Ibrani 13: 8).
Makna dan Implikasi Firman
Sebagai gereja kita di tempatkan Tuhan di tengah dunia yang terus berubah. Sekalipun segala sesuatu berubah, jadikan itu sebagai tantangan bukan halangan. Terkadang kita tak dapat memprediksi apa yang akan terjadi. Kita berada di tengah ketidakpastian.
Firman Tuhan mengingatkanagar tidak boleh pesimis, masa bodoh, tidak melakukan apa-apa, takut dan kuatir yang berlebihan, takut gagal, tidak berani menghadapi risiko. Orang pesimis melihat kesulitan di tengah peluang, tapi orang optimis melihat dan meraih peluang di tengah kesulitan.
Firman Tuhan menasihati dan mengajak kita agar menjadi orang-orang yang optimis di tengah ketidakpastian. Dan hidup tetap berpengharapan kepada Tuhan Allah yang sanggup melakukan segala sesuatu dengan:
- Tetap rajin dan giat bekerja, memanfaatkan waktu dengan baik dan maksimal, melemparkan roti (bermurah hati dan menaburkan kebaikan), menaburkan benih pagi-pagi (rajin dan giat bekerja) dan pada akhirnya akan menuai dan menikmati hasilnya. Buktikan ini di bidang pekerjaan dan pelayanan kita masing-masing sesuai panggilan. Sekalipun ada angin, awan, badai; simbol tantangan, kesulitan, jadikan itu sebagai daya dorong untuk bangkit dan berkarya. Dunia saat ini, termasuk bangsa kita, sedang menghadapi krisis ekonomi global. Marilah kita bertekad untuk bangkit dan melakukan sesuatu, raih hari esok melalui karya hari ini, meraih sukses diberkati dan menjadi berkat.
- Ketika rajin, giat bekerja dan mendapatkan hasil, hendaklah memiliki kemurahan hati untuk membantu, menolong sesama “Berilah bahagian kepada 7 bahkan 8 orang.” Seperti kata nabi Yesaya, “supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yesaya 58:7) Ada kesediaan memberi, kerelaan menolong kepada yang membutuhkan sehingga mendatangkan sukacita, dan kesejahteraan bersama.
- Hidup umur panjang yang Tuhan Allah anugerahkan harus disyukuri dan diisi dengan karya yang terbaik dan membahagiakan banyak orang. Supaya hari-hari hidup yang dijalani tidak sia-sia tapi mendatangkan sukacita bagi diri sendiri, sesama dan terutama bagi Tuhan
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa pemahaman saudara tentang kemurahan hati mendatangkan kesejahteraan bersama menurut Pengkhotbah 11:1-8?
- Adakah kecenderungan praktik kemurahan hati mulai terkikis dalam kehidupan warga gereja? Kalau ada berikan contoh! Dan mengapa hal itu terjadi?
- Bagaimana gereja menanamkan dan menumbuhkan semangat optimis dan bebuat baik serta bermurah hati kepada warga gereja supaya berbuah bagi kemuliaan Tuhan Allah?
NAS PEMBIMBING: 2 Korintus 9:10-11
POKOK-POKOK DOA
1. Agar orang tidak pesimis dalam menghadapi hidup ini yang penuh dengan misteri.
2. Agar menghadapi perubahan penuh ketidakpastian tetap rajin dan giat bekerja.
3. Agar memiliki kemurahan hati untuk peduli dan membantu sesama agar tercipta kesejahtraan bersama.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK IIII
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Nyanyian Masuk: KJ No. 3 Kami Puji Dengan Riang
Ses Nas Pembimbing: NKB No. 208 Tabur Waktu Pagi
Ses Pengakuan Dosa: NNBT No.29 Apakah Yang T’lah Engkau Lakukan
Ses Berita Anugerah Allah: NKB No. 49 Tuhan Yang Pegang
Persembahan: NKB No. 196 Kuberoleh Berkat
Penutup: Kupandang Hari Esok
ATR1BUT: Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu di atas Gelombang.