ALASAN PEMILIHAN TEMA
Menikmati kehidupan yang adil, benar, diperlakukan secara baik, hidup tenang dan damai menjadi harapan banyak orang. Namun kenyataannya ketidakadilan, penghinaan, dibully, tindakan sewenang-wenang masih sering terjadi. Orang benar disalahkan sementara yang salah dibenarkan. Ada orang yang tidak berdaya menghadapi orang-orang tertentu yang menjadi atasannya, pemegang kekuasaan, mereka yang memiliki pengaruh atau para pengambil keputusan. Juga karena faktor ekonomi seperti, kemiskinan atau keterbatasan keuangan, pendidikan yang kurang. Dan mereka yang dipandang dengan status sosial rendah sering mengalami apa yang disebut termarginalkan atau terpinggirkan.
Yesus Kristus yang hidupnya benar, tidak melakukan dosa, hidup dalam kekudusan dinyatakan bersalah sehingga disalibkan di antara penyamun. Disalibkan merupakan hukuman bagi para penjahat yang telah melakukan kejahatan yang besar dan dianggap sebagai hukuman terkutuk Yesus Kristus disalibkan karena dituduh bersalah menurut para iman dan ahli-ahli Taurat. Suatu tuduhan yang tidak sepantasnya dan hukuman yang tidak selayaknya diterima oleh-Nya. Ia yang tidak berdosa dibuat berdosa karena kita. Kebencian, iri hati dan kemarahan terhadap Yesus Kristus membuat keadilan dan kebenaran terhadap-Nya diputarbalikan. Bahkan Yesus disejajarkan dengan penyamun atau penjahat kelas kakap dengan menyalibkan-Nya di tengah-tengah penyamun. Karena itu dimunculkan tema: “Disalibkan Di Antara Dua Penyamun”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese) Injil Matius ditulis oleh seorang murid Yesus Kristus bernama Lewi yang disebut juga Matius, seorang pemungut cukai (Matius 9:9,10:3). Kitab ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen yang berlatar-belakang Yahudi, di mana kekristenan saat itu mengalami tantangan berkaitan dengan penggenapan Mesianik. Ada di antara mereka yang meragukan bahwa Yesus Kristus adalah Mesias. Kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus menjadi kabar baik yang diberitakan dalam kitab-kitab Injil termasuk Injil Matius. Kitab ini mengungkapkan tentang keilahian Yesus Kristus sebagai Tuhan yang berkuasa. Mesias, Juruselamat yang dijanji, menjadi manusia, rela mengalami sengsara bahkan mati tersalib. Tetapi bangkit dari antara orang mati dan naik ke sorga untuk menyelamatkan manusia dan dunia ini.
Injil Matius dimulai dengan silsilah Yesus Kristus sebagai keturunan Abraham dan Daud (1:1-17). Ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan nubuatan Perjanjian Lama. Juga menunjukan bahwa walaupun keilahian merupakan hakikat dalam diri-Nya tetapi Yesus Kristus juga adalah manusia sejati. Sehingga ketika mengalami tindakan-tindakan penyiksaan atas diri-Nya, Ia merasakan sakitnya cambuk dan pukulan, perihnya luka yang mengeluarkan darah. Ia menderita sengsara. Matius 27:27-44, dimulai dengan tindakan para serdadu terhadap Yesus Kristus di gedung pengadilan. Serdadu adalah prajurit Romawi yang biasanya sangat sadis dan tidak berperikemanusiaan. Gedung peradilan merupakan tempat di mana seharusnya keadilan ditegakkan dan perlindungan dialami. Namun justru di tempat seharusnya keadilan dan kebenaran ditegakkan, Yesus Kristus mengalami tindakan ketidakadilan. Hal itu didorong oleh karena iri hati, dengki, kebenciaan dan kecemburuan (27:18).
Para serdadu mengolok-olok-Nya, mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Jubah ungu (Bah. Yunani: Khlamuda = Khlamuda) biasanya dipakai oleh para bangsawan atau keluarga kerajaan Romawi, yang melambangkan keagungan dan kemuliaan. Namun ketika dikenakan kepada Yesus Kristus bukan untuk menunjukkan keagungan atau rasa hormat kepada-Nya, tetapi sebagai bentuk ejekan atau sindiran kepada Yesus Kristus yang disebut Raja orang Yahudi (ayat 27,28). Ia disebut demikian karena nubuatan tentang-Nya yang datang sebagai Raja yang adil dan jaya yang diharapkan orang Yahudi akan membawa kejayaan Kerajaan Israel seperti pada masa pemerintahan Daud.
Selanjutnya mereka menganyam mahkota duri dan menaruh di atas kepala-Nya. Mahkota
biasanya terbuat dari emas atau batu permata yang mahal karena melambangkan kekuasaan dan kemuliaan seorang raja. Namun mahkota duri yang dikenakan pada Yesus Kristus, melambangkan kemiskinan dan penghinaan. Karena duri adalah tanaman yang tidak berguna, yang akan dibuang bahkan dibakar. Mahkota duri yang dikenakan kepada Yesus Kristus, panjang setiap durinya berukuran 5 – 10 cm. Ketika menusuk kepala-Nya sangat menyakitkan. Penghinaan terus berlanjut, mereka memberikan buluh di tangan kanan-Nya seakan-akan Ia memegang tongkat kerajaan. Mereka berlutut seakan menyembah Yesus Kristus padahal mengolokolok dengan berkata: “Salam, hai Raja orang Yahudi” (ayat 29). Penghinaan itu tidak berhenti di situ, mereka meludahi-Nya, mengambil buluh ditangan-Nya dan memukulkan ke kepala-Nya (ayat 30). Jubah ungu yang dikenakan kepada Yesus Kristus ditanggalkan kembali, diganti dengan baju yang dipakai sebelumnya. (ayat 31). Semua rentetan penyiksaan dan penghinaan terhadap Yesus Kristus diterima dan dijalani Yesus dengan tabah dan pasrah. Ia tidak membalas tindakan penganiayaan dan hinaan kepada-Nya.
Dalam perjalanan ke tempat penyaliban, Simon dari Kirene dipaksa untuk memikul salib Yesus
Kristus. (ayat 32) Walaupun Simon dipaksa, bukan keinginannya sendiri membantu memikul salib-Nya, tetapi Simon pada akhirnya berkerelaan hati memikul salib Yesus Kristus. Penyiksaan terhadap-Nya tidak hanya di gedung pengadilan dan di perjalanan, tetapi sampai di Golgota, tempat Ia di salib. Mereka memberi Yesus Kristus minum anggur bercampur empedu. Ini bukanlah minuman untuk
menghilangkan rasa haus tapi merupakan ramuan yang biasanya diberikan kepada para kriminal yang di salib untuk mengurangi rasa sakit. Yesus Kristus hanya mengecap dan tidak meminumnya, ini menunjukan bahwa penderitaan-Nya, dialami-Nya dengan kesadaran yang utuh.
Di atas kepala-Nya dipasang tulisan I.N.R.I: “Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum” artinya “Inilah Yesus Raja Orang Yahudi”. Sebutan itu merupakan ejekan. Yesus Kristus di salib di antara kedua penyamun, yang satu di sebelah kiri dan yang seorang lagi di sebelah kanan. Tradisi penyaliban bagi orang Roma di waktu itu ialah bahwa yang disalibkan di tengah-tengah berarti dialah yang paling jahat di antara yang lainnya. Yesus Kristus disejajarkan dengan penyamun, disamakan dengan penjahat yang paling keji sebagaimana nubuatan nabi Yesaya bahwa “Ia terhitung di antara para pemberontak pemberontak” (Yesaya 53:12b). Olok-olokkan dan celaan dilakukan juga oleh orang-orang yang lewat di lokasi penyaliban termasuk para Imam, ahli-ahli Taurat dan para penyamun yang disalibkan bersama dengan Dia. Orang-orang berkata “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jika Engkau Anak Allah” (ayat 40).
Rupanya orang-orang itu pernah
mendengar perkataan Yesus Kristus itu, karenanya mereka menggunakan kata-kata tersebut untuk menyindir/mengolok-Nya. Mereka tidak mengerti bahwa perkataan Yesus Kristus itu adalah sebuah kiasan yang mengandung arti bahwa Ia akan mati tetapi pada hari ketiga Ia akan bangkit. Para iman dan ahli Taurat juga berkata “Orang lain Ia selamatkan tetapi Diri-Nya sendiri tidak dapat ia selamatkan, Ia Raja Israel, baiklah Ia turun dari salib dan kami akan percaya kepada-Nya” (ayat 41-44). Yesus Kristus yang tersalib mengalami penderitaan fisik dan mental, tetapi semuanya itu merupakan viadolorosa, jalan salib yang harus ditanggung-Nya bagi keselamatan umat manusia.
Makna dan Implikasi Firman
- Dosa manusia hanya dapat ditebus dengan kematian Yesus Kristus. Pengorbanan-Nya yang menyelamatkan didasari karena kasih-Nya yang besar kepada kita yang hendaknya direspons dengan sikap hidup yang berbuah bagi Allah. Hidup menghasilkan buah-buah roh, di antaranya
saling mengasihi dan saling mengampuni satu terhadap yang lain. - Pada masa kini, kita bergumul tentang kebenaran dan keadilan yang belum sepenuhnya diberlakukan. Suatu panggilan hidup bagi kita untuk menjadi pelaku kebenaran dan keadilan, apakah sebagai pemangku keadilan, pemimpin gereja dan bangsa dan dalam kehidupan pribadi serta keluarga. Seperti kata Firman-Nya “Jika ya hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan : tidak”. (Matius 5 :37a)
- Sebagai orang Kristen tak lepas dari penghinaan dan penderitaan. Namun belajar dari Yesus Kristus yang menyikapi semuanya dengan sabar, maka kesabaran, tahan uji dalam menghadapi pergumulan menjadi kesaksian iman Kristen. Janganlah kita membalas kejahatan dengan kejahatan karena pembalasan adalah hak Tuhan (band Roma 12 : 9).
- Kita hidup di antara orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus dan hidup tidak berkenan kepada-Nya. Walaupun demikian kita tidak boleh dipengaruhi oleh mereka, tetapi sebaliknya mempengaruhi mereka dengan menunjukkan sikap dan prilaku yang menebarkan cinta kasih dan kesabaran serta kesetiaan menghadapi pergumulan dan penderitaan. Sehingga hidup kita berdampak menjadi berkat.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang kita mengerti tentang “Tersalib di antara dua orang penyamun” menurut teks bacaan kita Matius 27:27-44?
- Bagaimana kita sebagai orang percaya menyikapi ketidakadilan, hujatan, olok-olok dan lain sebagainya atau penderitaan yang menyengsarakan dalam hidup dan pelayanan?
NAS PEMBIMBING: 2 Korintus 5:21
POKOK-POKOK DOA:
- Gereja dan warga gereja dalam menghadapi celaan, hinaan dan penderitaan agar tetap teguh
dalam iman. - Orang percaya menjadi saksi Yesus Kristus yang memberlakukan kebenaran dan keadilan.
- Pelayan Khusus dan jemaat agar setia memenuhi panggilan pelayanan dengan pemberian diri yang tulus.
- Pemerintah diberi hikmat dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU SENGSARA VI
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Persiapan: KJ. No. 161:1,2 “Segala Kemuliaan “
Ses Nas Pemb: KJ No.177 “Golgota Tempat Tuhanku Di Salib”
Ses Pengakuan Dosa: KJ No. 157 “Insan, Tangisi Dosamu”
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 22 “Walau Dosamu Merah”
Ajakan Untuk Mengikuti Yesus Kristus Di Jalan Sengsara: KJ No. 376 “Ikut Dikau Saja Tuhan”
Persembahan: PKJ No. 146 “Bawa Persembahanmu”
Penutup: NKB No. 176:1,2 “Di Bawah Salib Yesus”
ATRIBUT
Warna Dasar Ungu Dengan Simbol XP (Khi-Rho), Cawan Pengucapan, Salib Dan Mahkota Duri.