TEMA BULANAN : “Gereja Memperkokoh Nilai-Nilai Kebangsaan”
TEMA MINGGUAN : “Menjadi Sahabat Bagi Semua”
BACAAN ALKITAB: Yohanes 15:9-17
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Sahabat adalah kawan; teman; handai. Sahabat berarti mempunyai hubungan yang karib atau akrab. Memiliki sahabat yang bertanggungjawab dan peduli serta rela berkorban saat suka dan duka, merupakan dambaan semua orang.
Pada kenyataannya ada persahabatan terjalin karena ada uang/kekayaan, jabatan dan kesuksesan sehingga ada ungkapan: “Jika kita punya banyak uang atau memegang jabatan yang tinggi dalam satu pekerjaan dan sukses maka ada banyak sahabat-sahabat di sekitar kita. Sebaliknya jika kita gagal dan tidak punya apa-apa maka saudara yang mempunyai hubungan darah pun sering melupakan kita, apalagi sahabat”. Seperti Amsal 17:17 seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Memang membangun persahabatan tidaklah mudah tetapi jika persahabatan itu tercipta berdasarkan kasih maka persahabatan itu berjalan dengan baik. Apalagi persahabatan yang sejati didasari hanya ada di dalam Yesus sumber segala kasih. Karena itu tema minggu ini adalah “Menjadi Sahabat Bagi Semua”.
PEMBAHASAN TEMATIS:
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Yohanes menceritakan perjalanan hidup Yesus dari permulaan sampai penyaliban dan kebangkitan serta kenaikan ke sorga, seperti yang dilakukan oleh Injil sinoptis, tetapi ada beberapa perbedaan yang khas. Penulis Injil Yohanes menyajikan Yesus sebagai Dia yang diutus dan bertindak atas nama Allah. Penginjil mengenal baik tradisi kedua belas murid, dan murid yang Yesus kasihi itu adalah tipe ideal dari kemuridan.
Khusus kitab Yohanes 15:9-17 sangat berkaitan erat dengan pasal sebelumnya yang memuat bagian dari amanat atau nasihat-nasihat penguatan dan pengutusan murid-murid Yesus menjelang saat perpisahan-Nya atau tepatnya keper-gian Yesus kepada Bapa-Nya. Setelah menyampaikan ten-tang pokok anggur, Yesus berbicara tentang sifat persekutuan antara Dia dan murid-murid-Nya. Kasih Bapa terhadap Yesus dan kasih Yesus terhadap murid-murid-Nya, menjadi sumber, ukuran dan contoh bagi murid-murid itu untuk mengasihi Yesus. Kasih Bapa terhadap Yesus merupakan kasih pribadi terhadap pribadi. Kasih itu berlangsung lewat firman-Nya dan Yesus membalasnya dengan menaati dan melaksanakan tugas yang didapat-Nya dari Bapa. Perintah untuk tinggal dalam kasih menolong untuk memahami perintah “tinggallah didalam kasih-Ku”. Kasih menjadi fondasi yang kuat bagi kehidupan orang yang percaya kepada Yesus Kristus. (Ayat 9). Jika murid-murid itu sungguh hidup dari pada kasih yang didapatnya dari Kristus, maka hal itu harus nyata dari pekerjaan mereka memelihara dan menaati hukum-Nya. Syarat untuk menjadi murid ialah tetap tinggal di dalam kasih, artinya senantiasa memberikan hidupnya untuk dikasihi Yesus dan mengasihi sesama. Dengan demikian timbullah perbuatan kasih. Jadi tetap tinggal dalam kasih itu bukanlah suatu perpaduan secara abstrak, melainkan sesuatu yang nyata dalam perbuatan menaati. Ketaatan menjadi cara untuk tinggal di dalam kasih Kristus. Ketaatan yang dituntut tidak sekedar kepada daftar peraturan tetapi ketaatan yang dituntut adalah ketaatan sepenuhnya, suatu penyerahan yang total.(Ayat 10).
Kalau murid-murid tetap tinggal dalam kasih Yesus dan memelihara hukum-Nya, mereka akan mengalami kesukaan besar. Kesukaan itu akan senantiasa diberikan Yesus kepada mereka. Yesus mengatakan ini kepada murid-murid-Nya supaya kesukaan mereka bertambah besar. Dan nanti jika Roh Kudus memelihara hubungan antara Yesus dengan mereka, maka sumber kesukaan itu akan meluap dengan berke-limpahan untuk selamanya. Ketaatan kepada perintah-Nya membawa sukacita, karena kehendak-Nya adalah baik. Yesus mendahului dengan janji akan adanya kesukaan itu. Kini Ia membicarakan pemeliharaan hukum-Nya. Hidup dalam kasih Kristus terutama harus nyata pada sikap kasih mengasihi di antara murid-murid. Perintah-perintah yang harus ditaati telah diringkaskan menjadi sebuah perintah: saling mengasihi. Jika telah terwujud saling mengasihi maka segala perintah yang lain pun dapat ditaati. Perintah ini disebut sebagai perintah baru dalam Yohanes 13:34. Standar kasih kepada sesama adalah kasih Kristus itu sendiri. (Ayat 11-12).
Kasih itu akan memuncak dalam kerelaan untuk berkorban kepada sesama. Di sinilah kasih Kristus itu menjelma seindah-indahnya. Di sini berdampingan kesukaan hidup dan pengorbanan hidup. Nampaknya berlawanan, tetapi dalam kasih Kristus keduanya tidak berlawanan, sebab kesukaan Kristus pun mencapai puncaknya dalam pengor-banan hidup-Nya untuk semua ciptaan. Mungkin pada saat itu murid-murid belum dapat mengerti bahwa tidak lama lagi Yesus sendiri akan menjadi orang yang memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya. Yesus sendiri menyebut para murid “sahabat”. Persekutuan antara Dia dan murid-murid-Nya berdasarkan dan bersumber pada kasih yang benar. Seorang sahabat Kristus adalah seorang yang taat. Orang itu tinggal di dalam Dia dan firman-Nya tinggal dalam orang itu. (Ayat 13-14).
Seorang hamba tidak mengetahui seluk-beluk pekerjaan tuannya. Ia menurut saja apa yang diperintahkan kepadanya. Maju mundurnya usaha tuannya itu tidak menjadi urusannya dan ia pun tidak mengerti tentang hal itu. Tetapi seorang sahabat mengetahui rencana yang akan dilaksanakan dan turut memperhatikan maju-mundurnya usaha itu. Dalam budaya saat itu, seorang budak atau hamba (doulos) adalah alat yang dipakai untuk memperoleh suatu hasil atau demi tujuan tertentu. Seorang tuan tidak berbicara kepada budaknya tentang hal-hal yang ia perbuat. Namun Allah rindu untuk melibatkan manusia dalam karya selamat-Nya sebagai seorang sahabat. Dalam hubungan antara Yesus dan murid-murid, bukanlah murid-murid yang mengambil inisiatif, tetapi Yesus. Yesuslah yang memilih mereka, dan kemudian mereka pun memilih Dia. Yesuslah yang mula-mula mencari dan menemukan mereka dan kemudian mereka pun menemukan Dia. Ada maksud Yesus memilih dan memanggil serta menempatkan dalam dunia yaitu bekerja dan berbuah. Dipilih berarti ada tugas yang harus dipenuhi. Kristus memandang mereka sebagai sahabat-Nya ketika Dia memahkotai mereka dengan kehormatan besar dan memenuhi tangan mereka dengan kepercayaan besar. Dia menjadikan mereka sebagai utusan-utusan-Nya untuk mengurusi kepentingan kerajaan-Nya di dunia ini, sebagai pelayan dalam menjalankan kerajaan-Nya. Kekayaan Injil dipercayakan kepada mereka. Ayat 15-16.
Supaya kerja itu benar memberi buah dan berhasil maka saling mengasihi menjadi penting. Kasih mempersatukan para pekerja untuk bekerja dengan baik hingga memberi buah. Rumusan “inilah perintah-Ku” pada ayat 12, kembali diulang, seakan-akan perintah itu yang terpenting dari semua perintah-perintah-Nya yang lain. Rumusan ini pula seolah-olah menampakkan bahwa Yesus hendak memberi mereka banyak tugas, tetapi nyatanya Ia hanya menyebutkan satu ini saja, yaitu supaya kamu saling mengasihi. Tidak hanya karena perintah itu mengandung banyak kewajiban di dalamnya, tetapi juga karena perintah itu akan memberi pengaruh terhadap kewajiban lainnya. Ayat 17
Makna dan Implikasi Firman
Yesus Kristus adalah refleksi Kasih Allah yang menjadi gambaran kasih-Nya kepada kita, yaitu kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, tidak egois bahkan kasih yang rela berkorban. Dia menginginkan gereja-Nya untuk menerapkan kasih ini dalam setiap pelayanan di tengah dunia ini.
Seperti perintah Yesus kepada murid-murid-Nya untuk saling mengasihi layaknya seorang sahabat sejati, demikian Gereja harus mampu menjalin persahabatan dengan semua manusia. Serta mampu mewujudkan kepedulian, bersimpati dan empati pada setiap persoalan sesamanya.
Gereja dapat seiring sejalan, saling menguatkan dan saling berbagi kasih yang tulus kepada sesama tanpa ada perbedaan, tanpa ada batasan sebagai wujud dari ketaatan melakukan perintah-Nya.
Gereja terpanggil untuk pergi dan menghasilkan buah lewat perkerjaan penginjilan kepada semua orang sebagai respon pemilihan, penetapan dan pengutusan Tuhan atas orang-orang percaya.
Tanggal 25 Mei juga diperingati sebagai Hari Ulang Tahun ke-70 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Dengan kehadiran gereja-gereja di tengah bangsa Indonesia diharapkan mampu merajut keutuhan bangsa, selain itu gereja terpanggil untuk menyampaikan suara profetik (kenabian) yang menekankan pemberlakuan kasih, keadilan dan keutuhan ciptaan.
Tanggal 29 Mei ditetapkan sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (Lansia). Sebagai warga masyarakat yang telah mencapai lanjut usia, pasti sudah banyak melakukan perbuatan-perbuatan kasih tanpa pamrih kepada keluarga, gereja dan masyarakat. Lansia tetap berguna karena memiliki banyak pengalaman hidup untuk menjadi kesaksian bagi generasi muda dan menjadi teladan. Menjalani kehidupan di dunia dengan umur panjang sampai mencapai usia lanjut adalah kesempatan yang berharga karena terus menikmati kasih Tuhan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa pemahaman saudara tentang menjadi sahabat bagi semua menurut Yohanes 15 :9-17
- Apa peran gereja dalam mewujudkan kasih persahabatan sesuai tema di kehidupan keluarga, jemaat dan masyarakat ?
NAS PEMBIMBING: Amsal 17:17
POKOK-POKOK DOA:
Agar warga gereja selalu setia dalam melaksanakan perintah-Nya yaitu saling mengasihi
Agar warga gereja dapat menjaga persahabatan yang saling mendukung dan menguatkan dengan sesama
Agar warga gereja selalu siap memberi diri dipakai oleh Tuhan untuk memberitakan Injil-Nya
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: Kasih Dari Sorga
Pembukaan: Besar Anugerah-Mu
Pengakuan dosa: KJ No. 467 Tuhan Ku Bila Hati Kawanku
Janji Anugerah Allah: NKB No. 73 Kasih Tuhanku lembut
Ses. Pemb. Alkitab: KJ No. 49 Firman Allah Jayalah
Persembahan: KJ No. 381 Yang Maha Kasih
Penutup: “Bahasa Kasih”
ATRIBUT:
Warna dasar merah dengan simbol Salib dan Lidah api.