TEMA:“Anak Allah Datang Memberi Hidup Kekal”
BACAAN ALKITAB: Yohanes 3 : 16 – 18
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan Yesus.
Malam perayaan natal Yesus Kristus sudah menjadi tradisi iman bahwa warga Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) berkumpul bersama di gereja dan beribadah atau ibadah keluarga. Gereja dihias sedemikian menarik dengan asesoris nuansa natal dengan segala pernak-perniknya yang indah dan menarik untuk foto ‘selfie’ atau foto ‘bareng’ (rame-rame) kemudian dipublikasi, ‘up-load’ di media sosial (internet).
Malam perayaan Natal juga menjadi berkesan jika nuansa ibadahnya khusuk, tenteram apalagi memberi rasa damai. Rasa kedalaman spiritual itu terjadi jika ibadah sungguh dipersiapkan dengan baik dan apik dan disuguhkan dalam penghayatan yang menggores makna. Apalagi lantunan lagu ‘malam kudus’ (silent night) atau ‘pohon yang indah’ dinyanyikan dengan kesungguhan sambil menyalahkan lilin. Pasti keburukan akan tertukar kekudusan. Itu adalah pemaknaan atas malam natal, Yesus Kristus, Tuhan berjumpa dengan umat-Nya. Kita meluangkan waktu untuk mengikuti ibadah yang merupakan perjumpaan dengan Tuhan Yesus di malam natal-Nya dalam sapaan firman.
Praktek-praktek negatif merusak iman kita disebabkan oleh banyak penyelewengan pengajaran rohani oleh ‘orang pinter’ terutama oleh pemikir-pemikir Yunani yang hebat-hebat di zaman Yohanes. Sebut saja Cerinthus, dia beragama Yahudi tapi isi pengajarannya menyesatkan dan membawa buah-buah perpecahan dalam komunitas orang percaya. Ada lagi yang di hadapi oleh Yohanes yaitu kelompok ‘ebonit’ memandang Yesus sebagai manusia biasa (mahkluk terbatas). Menarik bahwa Yohanes menunjukkan ada diskusi antara Yesus dan Nicodemus, guru besar agama Israel yang membahas tentang topik ‘dilahirkan kembali” atau memahami secara baru semua paham agama tentang Yesus sebagai Tuhan yang datang menghapus dosa dan menyelamatkan manusia dari ancaman hukuman kematian dan kebinasaan sebab Dialah Anak Allah datang memberi hidup kekal. Diskusi ini disajikan Yohanes untuk memperkenalkan siapa Yesus sebenarnya dalam pandangan ahli kitab, ahli agama sekelas Nicodemus.
Manusia tidak dibenarkan dan diselamatkan oleh karena tunduk dan patuh kepada peraturan-peraturan hukum (syariat) agama sekuat, setekun dan sedisiplin dan sesaleh apapun usahanya. Semua syarat-syarat mutlak dalam hukum agama tidak akan dapat dijalankan dan dipatuhi dengan sempurna. Yesus mengerti semua kelemahan dan keterbatasan manusia untuk memenuhi semua hukum dalam agama. Hukum dan peraturan agama adalah norma, nilai yang menjadi pedoman untuk hidup kudus dan benar tetapi tidak dapat membenarkan dirinya di hadapan Allah. Proklamasi Yesus kepada Nicodemus menjadi proklamasi universal untuk semua ciptaan bahwa besarnya kasih Allah akan dunia ini (3:16). Perhatian dan kasih Allah tidak hanya manusia tetapi dunia, kosmos atau jagad raya maha luas ini sebagai ciptaan yang disayangi dan karena itu Tuhan tidak berencana untuk menghancurkan dan membinasakannya. Tetapi sebaliknya, manusia berupaya untuk merusak dan menghancurkan kosmos ini dengan segala bentuk ekspoitasi sumber-sumber alam dan hayati, mahluk hidup. Allah mengasihi dunia tetapi manusia memusuhi kosmos. Itulah sebabnya ‘Anak Tunggal’ itu sebagai karunia, pemberian sejati Allah yang harus dipercayai semua orang sebab Dia adalah “Hukum Kehidupan” satu-satunya yang sanggup menyingkirkan dunia dan manusia dari yang lebih dasyat dan ditakuti ialah kematian yaitu kebinasaan atau proses peleburan kehidupan yang amat menakutkan, mengerikan dan tidak terperikan. Dia sang “Hukum Kehidupan” memberikan jaminan dan kepastian bagi dunia dan manusia tentang ‘hidup yang kekal’. Yesus menjamin bagi semua yang percaya kepada-Nya keberlangsungan kehidupan yaitu anugerah kehidupan sesungguhnya pengganti hidup yang serba terbatas di kosmos ini. Ia adalah “hukum Kehidupan” pengganti semua hukum-hukum agama yang selama ini di pegang dan ditaati. ‘Kelahiran kembali’ berarti manusia harus berpegang dan menaati Tuhan sebagai pusat iman. Syaratnya standar, mudah dan sederhana yakni (Yun.) ‘pisteuo’, percaya (kepada ucapan, janji, panggilan dan pengajaran-Nya, semua itu didasarkan dalam kuasa kasih-Nya) dengan teguh, ikhlas dan tidak murtad atau berpaling dari Dia. Yesus adalah Putera Allah sang Penyelamat dan Ia tidak datang untuk menghakimi dunia dan manusia dalam amarah-Nya melainkan menya-yangi semua ciptaan karena kasih sejati-Nya (ay.17). Karena itu Yohanes tegas menyampaikan dalam ay.18 bahwa “barang siapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum…” dan yang tidak percaya, ia di bawah hukuman.
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan Yesus.
Malam kebersamaan perayaan persiapan menyambut Natal Yesus Kristus menegaskan kepada kita bahwa kita harus sungguh-sungguh menjadi gereja-Nya. Menjadi anggota tubuh-Nya. Ini berarti kita terikat dan terhisab dalam seluruh karya Yesus Kristus untuk mengasihi dunia ini berdasar dan berakar dari teladan kasih-Nya. Dunia di sekitar kita adalah sasaran atau objek dari kepedulian kita bersama. Natal adalah Allah berbagi keselamatan dengan kita karena itu Natal memiliki dimensi diakonal, kepedulian sosial. Apa yang sedang kita siapkan menyambut perayaan besar ini adalah untuk berbagi. Tidak hanya berbagi kepedulian melalui ‘makan-minum’ atau pesta iman yang bersifat sementara, temporel, lalu habis natal kepedulian pun lenyap. Persiapan Natal adalah tidak pernah berhenti untuk peduli terhadap lingkungan hidup dan sesama kita sepanjang sejarah peradaban manusia di dunia ini. Tetapi mengasihi dunia ini, tidak terbatas pada hal-hal jasmani tetapi juga terutama pada kepekaan rohani yaitu percaya atau ‘pistos’ kepada Yesus Kristus secara sungguh-sungguh bahwa Dialah Anak Allah datang memberi hidup kekal. Tuhan atas keselamatan manusia dan dunia ini. Kalau kita bersandar pada hukum-hukum agama dan mengabaikan Tuhan untuk hidup bersama maka kita berada dalam penghukuman. Kita tidak pernah lahir baru dalam pikiran, perbuatan dan dalam iman. Marilah, kita siapkan semua kelengkapan dan kehidupan kita seutuhnya untuk menyambut Dia, Allah sejati, Allah Imanuel, pusat keselamatan kita. Amin.