Damai sejahtera Allah kiranya memenuhi hati kita sekalian.
Dimalam natal ini kita akan merenungkan suatu tema “Yesus Kristus Anak Allah.” Sering kali ungkapan ini banyak disalahartikan. Kita mungkin pernah mendengar ada orang yang berkata: “bahwa natal itu adalah perayaan dimana Allah sudah melahirkan seorang anak.” Yesus Kristus Anak Allah sering dipahmi keliru, seolah-oleh bahwa penggunaan kata ‘anak’ dimaknai secara biologis, sebagaimana itu yang sering dipakai oleh beberapa orang yang menyerang kekristenan bahwa Allah kok beranak! Dan bahkan sering dijadikan bahan lelucon bahwa “kalau Allah itu punya anak berarti Allah itu punya istri.” Konsep ini jelas keliru, sebab ajaran kekristenan yang bersumber dari Alkitab tidak memahami demikian. Pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab: Bagaimana kita mempertanggungjawabkan pengakuan ini? Lukas salah seorang dari keempat penulis Injil ingin mempertanggungjawabkan kebenaran pengakuan itu.
Penulis Injil Lukas mencatat; Pada saat kelahiran Yesus, malaikat memberitahukan kepada Maria, Maria terkejut dan takut. Namun malaikat yang membawa berita itu menyatakan bahwa Maria beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Ia akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Namun Maria masih bingung, sebab katanya: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Lukas 1:26-35).
Dari catatan penulis Injil Lukas ini, jelaslah bahwa anak yang akan dilahirkan oleh Maria itu adalah kudus. Artinya bahwa Ia tidak dikandung melalui cara kelahiran pada umumnya, karena Ia tidak boleh berbagi sifat manusia yang rusak dan cemar. Malaikat menyatakan hal ini dengan tegas, bahwa Anak itu akan disebut kudus. Anak Allah bukan berarti bahwa Allah itu seperti seorang perempuan beranak. Anak Allah adalah gelar yang diberikan untuk menunjukkan keakraban hubungan. Yesus dan Bapa memiliki “satu” hakekat,
Allah Bapa-pun bersaksi, saat dalam baptisan yang Yesus terima terdengarlah suara: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Lukas 3:22). Jika memperhatikan ketika Yesus masih berumur 12 tahun, saat orang tuanya mencari dan menemukan-Nya di Bait Allah. Ia berkata: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidak kamu tahu, bahwa Aku harus berada dalam rumah BapaKu? (Luk. 2:49). Yesus hendak menyatakan bahwa Ia sungguh Anak Allah, dan kedatangan-Nya adalah menjalankan misi Allah.
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Dalam Alkitab juga, kesaksian bahwa Yesus Anak Allah jelas tercatat dari mereka yang bisa melihat karya Yesus;
- Setelah Yesus menenangkan badai, murid-muridnya memberi kesaksian; “Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” (Matius 14:32-33).
- Petrus, murid Yesus bersaksi, “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 16:13-17).
- Marta juga memberikan kesaksiannya, “Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”(Yohanes 11:25-27).
- Kepala pasukan dan para tentara yang mengawal Yesus saat Dia mati di kayu salib bersaksi, “…ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” (Matius 27:54).
Saudara-saudara jemaat. Masihkan kita ragu, bahwa benar Yesus Kristus Anak Allah? Allah Bapa, Pribadi Yesus Kristus sendiri dan kesaksian pribadi dari orang-orang yang melihat karya Yesus memberikan kesimpulan yang sama bahwa “Yesus Kristus Anak Allah”. Berita dimalam natal ini hendak menegaskan bahwa Yesus benar-benar Allah dan juga benar-benar manusia, maka Ia dapat menjadi Penghubung dan Penyelamat kita. Yesus adalah Allah, sehingga demikian Ia dapat mengampuni dosa kita. Yesus pun adalah manusia sehingga dengan demikian Ia dapat menggantikan kita di kayu salib dalam menerima hukuman dosa[1]. Selamat merayakan natal dan bersukacitalah atas peristiwa ilahi ini bahwa Allah menjelma menjadi manusia dan diam diantara kita. Imanuel. Amin