Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus. Selamat Hari Natal Yesus Kristus untuk kita semua.
Peristiwa kelahiran Tuhan Yesus telah menjadi berita sukacita bagi semua orang di segala bangsa di muka bumi ini, dan peristiwa ini terus digaungkan melalui perayaan natal yang berlangsung dari tahun ke tahun, sehingga dikemudian hari sampai hari ini perayaan natal Yesus Kristus sering juga disebut atau diberi nama “hari besar”, khususnya di lingkungan orang-orang di Minahasa. Walaupun memang harus disadari bahwa lama kelamaan perayaan natal ini hanya sebatas hari besar atau hari raya keagamaan” saja. Antusiasme dan Euforia umat Tuhan yang dinyatakan dalam berbagai tema, mulai dari perayaan pohon terang di kolom, di Kompelka BIPRA, di rukun-rukun keluarga sampai di gedung gereja, semua terkesan hanya sebatas pajangan yang melengkapi dekorasi perayaan natal saja. Sebab kenyataannya ada banyak tema yang berbunyi: “Dengan damai Natal…dan seterusnya”, tapi akhirnya ada banyak orang yang bermusuhan (bakalae) hanya karena perbedaan pandangan sampai pada soal makan minum (ketering, antara piring besar dan piring kecil), bahkan ada yang baku marah hanya soal jumlah uang yang mo kase di amplop natal untuk pendeta, Guru Agama, kostor dan pegewai gereja, sampai pada soal diakonia untuk orang-orang yang berkekurangan (miskin), dan yang lebih miris ialah, ada orang yang baku marah sampe mati, oleh sebab itu sangatlah wajar bila makna dan kesan dari perayaan natal itu cepat berlalu dan sirna, bersamaan dengan bergantinya tahun lama ke tahun baru.
Untuk itu, kita perlu memahami bahwa perayaan natal bukan hanya persoalan Yesus lahir, tapi juga hal-hal yang terjadi di sekitar kelahiran-Nya, antara lain kedatangan bala tentara sorga yang memuliakan Allah dan menyampaikan berita kelahiran Yesus kepada para gembala di padang Efrata (Lukas 2:8-14), ada pembunuhan anak-anak di Betlehem (Matius 2:16-18), termasuk kunjungan orang-orang majus dari timur, seperti dalam pembacaan Alkitab hari ini, yaitu dalam Matius 2:1-12 yang memang hanya dikisah oleh Matius, tidak ada di dalam kitab Injil yang lain.
Melalui perikop ini dikisahkan bahwa sesudah Yesus lahir di Betlehem di tanah Yudea, orang-orang majus dari timur datang ke Yerusalem dan bertanya kepada raja Herodes mengenai seorang raja orang Yahudi yang baru lahir. Pertanyaan ini tentu mengagetkan dan mengguncangkan Herodes. Namun hal ini juga mau menyatakan untuk pertama kalinya Yesus dipandang sebagai Raja orang Yahudi. Orang-orang majus menyatakan bahwa mereka melihat bintang yang menandakan bahwa ada raja besar yang akan lahir. Lalu meskipun mananggapi dengan nada marah, namun Herodes berkerinduan untuk mencari tahu tentang berita itu, meskipun kerinduannya ini dilatarbelakangi oleh suatu niatan yang jahat karena menyadari bahwa ada raja tandingan yang muncul melalui kelahiran Yesus. Itulah sebabnya, dia memanggil semua imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat bangsa Yahudi untuk menyingkapkan rasa keingin-tahuannya itu dan mereka memberitahukan bahwa raja itu akan lahir di Betlehem di tanah Yudea lalu Matius mengutip apa yang difirmankan Allah dalam Mikha 5:1 yaitu: Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Selanjutnya, orang majus mengikuti bintang yang menuntun mereka menuju ke tempat raja yang baru lahir dan setibanya di tempat Yesus lahir mereka menyembah dan memberikan persembahan berupa emas, kemenyan dan mur. Untuk hal ini, ada banyak orang sejak dulu berusaha memberikan arti pada emas, kemenyan dan mur yang dipersembahkan orang-orang majus itu, antara lain mengatakan bahwa emas melambangkan kemuliaan, sebab Yesus kelak akan menjadi Raja, kemenyan melambangkan keharuman karena Yesus akan menjadi Imam, dan mur adalah salah satu bahan yang sering dipakai untuk pengawetan dan pembalseman jenazah, maka mur menunjuk pada kematian Yesus.
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan.
Bila kita mencermati jauh lebih dalam tentang orang-orang majus yang datang ke Betlehem itu, maka sebenarnya persembahan dari orang-orang majus ini memiliki makna yang lebih besar dari pada hal-hal yang sifatnya materi yaitu kerelaan mereka untuk berkorban, baik tenaga maupun waktu dengan tidak mengenal lelah, mereka melakukan perjalanan yang sangat jauh hanya untuk menjumpai bayi yang mereka anggap sebagai raja besar yang baru lahir, walaupun mereka tidak mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan maksud kelahiran Yesus atau Mesias. Mereka tidak memahami bahwa bayi yang lahir itu adalah Yesus, Allah yang menjelma menjadi manusia, sebab mereka bukan orang Yahudi yang telah lama mendengar nubuatan tentang kedatangan Mesias. Mengenai orang majus, beberapa sumber mengatakan bahwa Majus dalam bahasa Yunani disebut “magos”, dalam bahasa Inggris disebut “magi”, artinya orang yang ahli dalam ilmu perbintangan dan tafsir mimpi, mereka diduga berasal dari suku Madai tanah jajahan Persia.
Kunjungan orang-orang majus di Betlehem di tempat kelahiran Yesus sebenarnya menjadi bentuk penghinaan kepada bangsa Yahudi. Sebab sebenarnya orang Yahudi telah lama mengetahui tentang kedatangan mesias melalui nubuat para nabi (ayat 5, 6), namun orang-orang Yahudi, baik imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat tidak mau bertindak dan berbuat apa-apa untuk menyambut Sang Mesias seperti yang dilakukan oleh orang-orang majus itu.
Oleh sebab itu, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, dari perbuatan orang-orang majus ini kita diajak agar membuka diri dan membuka hati datang menyembah Yesus yang sudah lahir untuk kita. Mempersembahkan emas, kemenyan dan mur bukanlah merupakan tujuan untuk kita datang melihat dan menyembah Yesus, melainkan bagaimana memanifestasi (pewujudan, penampakan) rasa hormat yang tinggi terhadap bayi Yesus yang kita pandang sebagai raja dan juruselamat yang baru lahir.
Dengan demikian, melalui firman ini kita diajak untuk meneladani cara hidup orang-orang majus, mereka datang dari jauh untuk menyembah raja yang baru lahir dan wujud nyata dari rasa hormat dan sembah mereka, maka harta yang mereka bawa dijadikan persembahan untuk Yesus.
Sebagai orang percaya, kita tidak dipanggil dan dituntut untuk menjadi orang majus dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur, melainkan suatu pemberian diri dan hidup untuk memuliakan Allah, sambil membawa dan memberi persembahan yang terbaik kepada-Nya, yaitu hati dan sesuatu (uang) yang patut kita jadikan sebagai persembahan dalam kerelaan kita, seperti kata rasul Paulus : “Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. (2 Korintus 8:12).
Karena itu, sambutlah Dia dengan sukacita dan persembahkanlah suatu persembahan yang terbaik dan yang berkenan kepada Allah, yaitu seluruh hidup kita (Roma 12:1), sehingga hidup kita dapat menjadi surat yang terbuka dimana semua orang dapat membaca dan melihat kemuliaan Allah dalam Yesus Kristus.
Selamat Hari Natal Tahun 2024 dan Selamat menyongsong Tahun Baru 2025. Tuhan Yesus memberkati. Amin.