ALASAN PEMILIHAN TEMA
Raja yang tersalib, Allah yang turun ke dunia menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, mengajarkan bagaimana kasih dan teladan yang sempurna, agar manusia dapat memahami makna dari salib-Nya. Tanpa salib tak mungkin manusia diperdamaikan dengan Bapa di sorga. Patutlah kita menghargai Yesus Kristus, Raja yang mati di kayu salib. Karena pengorbanan yang agung ini, sehingga kita dibenarkan dan dikuduskan dari segala dosa. Penyaliban bukanlah hukuman biasa, itu bentuk hukuman luar-biasa, yang dikhususkan kepada musuh negara Roma dan penjahat kelas kakap.
Setiap umat manusia mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain, termasuk bertanggung jawab atas setiap hal yang dilakukan. Berbicara soal tanggung jawab atas apa yang dilakukan, semua orang pasti dengan yakin mengatakan “Iya, aku akan mempertanggung jawabkan perbuatanku.” Tetapi bagaimana dengan reaksi, cara dan sikap untuk menghadapi sesuatu yang dituduhkan, sedangkan hal itu tidak dilakukan? Sanggupkah untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh orang lain? Pasti kita akan melawan dan memberontak. Hal demikian sungguh menggambarkan bahwa umat manusia hanyalah manusia biasa.
Sebagai orang percaya akan Yesus Kristus tentu ada tahapan yang dilaluinya, yaitu berakar, bertumbuh, dan berbuah. Berakar berarti memiliki dasar yang kuat. Bertumbuh maksudnya adalah membangun kerohanian dalam diri. Sedangkan berbuah berarti dapat menjadi alat kesaksian Yesus Kristus Sang Raja umat manusia yang tidak bersalah tapi berani mengambil resiko untuk rela mengorbankan diri-Nya di salibkan bagi umat manusia yang berdosa. Perenungan minggu ini akan dituntun oleh tema: “Raja yang Tersalib”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Yohanes menceritakan tentang pelayanan Yesus Kristus di daerah Yudea dan Yerusalem ditulis pada tahun 80- 95 M oleh Yohanes anak Zebedeus. Pada saat itu muncul ketegangan yang dialami oleh orang percaya. Penganut ajaran sesat yang tidak menerima keilahian Yesus. Injil Yohanes dapat dilihat sebagai ringkasan sejarah menggambarkan Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan Mesias. Tujuan penulisan kitab ini sangat jelas supaya manusia percaya bahwa Yesus-lah Raja.
Injil Yohanes pasal 18:38b-40 memberi fokus khusus pada perjumpaan antara Yesus Kristus dengan Pilatus. Ada dua kebenaran yang diucapkan oleh Pilatus, yakni bahwa Yesus Kristus tidak bersalah (18:38b) dan Yesus Kristus adalah raja orang Yahudi. Kedua kebenaran ini lebih mendalam daripada pemahaman Pilatus. Yesus Kristus tidak memberontak, tetapi Dia adalah manusia sempurna yang rela untuk disalibkan. Selanjutnya Yohanes memperlihatkan sebuah fakta perdebatan dari pilihan antara membebaskan Yesus Kristus atau disalibkan. Dan keputusan ada di tangan Pontius Pilatus. Ayat 38: Pilatus mulai dengan pertanyaan tentang “kebenaran” itu, karena Pilatus tidak menemui kesalahan dalam diri Yesus. Melalui pernyataan ini tampak jelas bahwa meskipun Ia diperlakukan seperti pelaku kejahatan yang terbejat, Ia sama sekali tidak pantas diperlakukan seperti itu. Jawaban Yesus tentang kebenaran adalah bukan diukur secara hukum formal dan hukum agama (Taurat dan adat istiadat Yahudi). Tetapi kebenaran berbicara tentang kerajaan Allah, yaitu kuasa Allah. Kebenaran (Yun. “aletheia”) tidak tersembunyi “tidak terbatas” dia bersifat kekal. (Ibr “Emeth” keteguhan yang memiliki substansi “kekal” atau lestari).
Sebagai Gubernur, Pilatus diberi kekuasaan untuk mengadili Yesus Kristus. Teriakan salibkan Dia, bahkan meminta membebaskan Barabas seorang penjahat, sepertinya jauh lebih berharga daripada tuntutan orang-orang Yahudi pada Yesus Kristus yang tidak terbukti melanggar hukum formal. Berulang kali Pilatus dalam pemeriksaan tidak menemukan kesalahan hukum pada diri Yesus Kristus (ayat 38b; 19:4). Sesuai tradisi pada tanggal 14 Nisan (Tahun Gregorian antara Maret-April) yaitu hari Raya Roti tidak beragi dalam Paskah Yahudi ketika peristiwa pengadilan Yesus Kristus terjadi, maka kebiasaan pemerintahan Romawi melalui Gubernur Yudea selalu membebaskan orang tahanan. Dan Barabas yang diminta orang banyak untuk dibebaskan. Ketika Pilatus keluar, dia menegaskan bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Akan tetapi Yesus Kristus diperlihatkan, dalam keadaan disesah dan di buat seakan-akan sebagai raja mainmainan mereka dan para perajurit. Tapi membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah manusia yang seutuhnya sempurna. Di saat Pilatus melihat begitu murkanya orang-orang itu maka Pilatus memerintahkan untuk mengambil Yesus Kristus, menyesah Dia layaknya seorang penjahat.
yesah Dia layaknya seorang penjahat. Penyesahan Yesus Kristus itu hanya dimaksudkan untuk memuaskan orang Yahudi itu. Pilatus menunjukkan bahwa ia hendak menyenangkan mereka dengan cara mengabulkan keinginan mereka. Biasanya penyesahan yang dilakukan oleh bangsa Romawi amatlah kejam dan tidak terbatas. Dalam kekaisaran Romawi seorang terpidana mati, dicambuk dan diolok-olok sebelum disalibkan. Yesus Kristus dimahkotai duri yang dibuat dari ranting tanaman berduri yang tumbuh di Palestina, dengan jubah ungu. Dia diolokolok seolah-olah menggambarkan aib dan cela sebagai Raja orang Yahudi dengan kepala dan muka-Nya yang berlumuran darah (ayat 2-5). Imam-imam kepala, yang mendalangi kerumunan orang itu, berteriak dengan penuh amarah dan murka, dan para bawahan atau pembantu mereka, menirukan apa yang mereka katakan, juga ikut berseru, “Salibkan Dia, salibkan Dia!” (ayat 6-9). Mereka ingin menimbulkan kesan bahwa semua orang menentang-Nya. Pilatus merasa semakin didesak maka ia bertanya tentang asal usul Yesus Kristus suatu pernyataan yang diabaikan sebelumnya. Sebab Pilatus tidak sanggup memahami apa maksud dari jawaban Yesus. Yesus diam saja.
Dalam ayat 10-12 ada kebenaran mendasar tentang Pilatus. Pilatus menganggap dirinya adalah orang berkuasa. Tetapi Yesus Kristus melihat bahwa Dia hanya menerima kuasa “dari atas”. Pembicaraan Pilatus dan Yesus tidak menyentuh inti persoalan yang dituduhkan. Justru tentang asal usul yang tidak ada kaitannya. Apalagi Pilatus ingin menunjukan kewibawaan di hadapan Yesus Kristus dengan istilah “kuasa” atau jabatan, kedudukan yang menurut Pilatus dapat menyelesaikan persoalan. Tetapi jawaban Yesus Kristus pada Pilatus tentang -kuasa” justru sangat berbeda. Yesus Kristus ingin menunjukkan bahwa kuasa Pilatus tidak diperhitungkan dalam penggenapan Mesias, “tetapi siapa yang menyerahkan Aku kepadamu lebih besar dosanya”. Mereka adalah imam besar, imam kepala dan orang Yahudi, di sanalah penggenapan mesianis itu. Bahwa Kerajaan Allah akan dimulai dengan penolakan oleh bangsa Yahudi itu sendiri.
Yesus Kristus diadili dan dijatuhi hukuman mati di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata, waktunya kira-kira jam 12 di hari persiapan Paskah (ayat 13-14). Pilatus keluar yang terakhir kali, mengatakan “inilah Rajamu! “yang menunjukan kepada mereka bahwa Yesus adalah raja, tetapi massa dan para imam berseru “enyahkan Dia! Salibkan Dia! Para imam kepala dengan tegas mengumandangkan bahwa mereka tidak memiki raja selain Kaisar. Imam-imam lebih memilih Kaisar di atas dari pada raja yang dipilih Allah (15). Setelah Pilatus berjuang sekeraskerasnya, dia harus menyerah. Mengapa menyerah? Bukan karena dia lemah dalam karakternya, tetapi karena konsepnya tentang kebenaran salah.
Yohanes ingin memperlihatkan kematian Yesus Kristus memiliki hubungan penting dengan perayaan Paskah Yahudi. Artinya Yesus Kristus dihukum berdasarkan hukum Taurat, dengan demikian Hukum Taurat digenapi melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Maka di atas kursi “Gabata” (Litostrotos, atau kursi batu) Yesus Kristus diserahkan kepada orang untuk disalibkan (16). Yesus Kristus sebagai manusia sempurna yang merupakan raja umat Allah harus rela menjadi korban bagi umat manusia.
Makna dan Implikasi Firman
- Suatu kebenaran diri dan kebenaran iman adalah dua aspek yang sangat berbeda dalam diri seseorang. Apalagi bila hal itu diperhadapkan pada suatu pilihan, di mana kebenaran diri lebih pada sikap ego manusia yang ingin menonjolkan kekuatan bahkan kekuasaan. Sementara kebenaran iman menunjukkan sikap seseorang yang lebih memprioritaskan keyakinannya kepada Tuhan Allah yang mengatur segala sesuatu agar menjadi baik. Akan tetapi ketika hati seseorang dikuasai oleh iri hati, kemarahan, dan kebencian, setiap orang dapat melakukan apapun untuk melampiaskan perasaan itu, termasuk hal-hal yang tidak masuk akal. Di tengah situasi dan kondisi apa pun dalam pengambilan keputusan, sebagai orang percaya, mintalah hikmat Tuhan agar mengambil keputusan yang tepat dan benar.
- Sikap membenarkan diri cenderung dalam sebuah pilihan selalu memaksakan kehendaknya dari pada kebenaran Tuhan Allah. Yesus Kristus memberi perbedaan kuasa Pilatus dan kuasa dari Tuhan Allah. Itu sebabnya gereja memiliki kuasa Yesus Kristus yang dapat berpartisipasi dalam pilihan tetapi juga menentukan arah tatanan hidup kita melalui aspek sosial ekonomi bahkan politik.
- Orang yang berpegang pada kebenaran sejati akan diberi kuasa oleh Tuhan Allah untuk berani menegakkan kebenaran apa pun konsekuensinya. Kekuasaan dan jabatan adalah anugerah Tuhan Allah. Oleh karena itu ketika dipercayakan dalam suatu jabatan, hendaknya kita mampu melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab agar dapat menghadirkan kebenaran dan keadilan. Hal ini memang mengandung risiko, tetapi serahkanlah segala sesuatu kepada-Nya. Karena Tuhan Allah sendirilah yang akan memberi kekuatan dan pertolongan kepada kita. Dia rela berkorban menebus hidup setiap manusia dengan sengsara dan darah-Nya. Dari kerelaan berkorban Yesus Kristus mengalir keajaiban sikap Kristen yang bersedia berkorban untuk kepentingan dan kebaikan orang lain. Amin
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa makna “Raja yang Tersalib” menurut Yohanes 18:38b-19: 16a?
- Apakah kita sebagai warga Gereja berani mengambil keputusan yang benar ketika diperhadapkan pada dua pilihan yang berbeda dan sulit, seperti pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pilatus. Jelaskan!
- Bagaimana sikap kita sebagai orang percaya apabila diperhadapkan situasi sebagaipenghasut dan yang dihasut. Jelaskan!
NAS PEMBIMBING: 1 Korintus 1:18
POKOK-POKOK DOA:
- Agar Jemaat dapat memaknai pengorbanan dan penderitaan Yesus Kristus Sang Raja yang tersalib.
- Agar para pemimpin dapat mengambil keputusan yang mengutamakan keadilan serta kebenaran dan bukan untuk kepentingan diri sendiri.
- Agar jemaat tidak saling menyalahkan satu terhadap yang lain.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU SENGSARA V
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: KJ. No.353 Sungguh Lembut Tuhan Yesus Memanggil
Ses. Nas Pembimbing: Bagaimana `Ku `Kan Bernyanyi
Pengakuan Dosa: KJ. No. 34 Di Salib Yesus Di Kalvari
Pemberitaan Anugerah Allah: KJ. No. 178 Karena Kasih-Nya Padaku
Ajakan untuk mengikut Yesus di Jalan Sengsara: DSL. No. 99 Pikul Salib
Persembahan: KJ. No. 170 Pada Kaki Salib-Mu
Nyanyian Penutupan: KJ. No. 174b Ku Heran Jurus’lamatku
ATRIBUT Warna Dasar Ungu dengan Simbol XP (Khi-Rho), Cawan Pengucapan, Salib dan Mahkota Duri.