TEMA MINGGUAN : “Meningkatkan Integritas, Kompetensi dan Soliditas Pelayanan
TEMA BULANAN : “Solidaritas Dal am Pelayanan
Pembacaan Alkitab : 1 Korintus 1:10-17
Seiring dengan perubahan zaman, ketika kehidupan manusia semakin maju, maka nilai-nilai kebersamaan akan semakin sulit untuk dijumpai. Orang dapat saja membangun kebersamaan, tapi selalu didasarkan pada kepentingan tertentu. Arus globalisasi yang begitu kuat di tengah revolusi industri yang berkembang pesat, suka atau tidak, akan selalu mengkondisikan setiap orang menjadi semakin individualistik dalam mengerjakan sesuatu. Konsekuensinya sikap ambisius dan egoisme (kepentingan diri sendiri), menjadi “gaya hidup” yang lazim di tengah kemajuan zaman.
Realitas ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tapi kini lambat-laun akan menjadi ’’pemandangan ” di pelosok desa. Belum lagi kenyataan ketimpangan sosial seperti kemiskinon, akan semakin mengerucutkan perbedaan. Dalam kondisi seperti ini orang pasti akan berlomba-lomba untuk mempertahankan pendapatnya, apa yang ia punya dan apa yang menjadi tujuannya. Terkadang sikap menghalalkan segala cara menjadi senjata yang ampuh untuk mengikis kebersamaan dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan konflik, gesekan sosial, permusuhan dan perselisihan menjadi “instrumen” untuk mencapai keinginan. Hal itu tidak hanya terjadi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan tetapi juga di dalan gereja. Kenyataan seperti ini tentu sangat mengkhawatirkan, tidak hanya menjadi persoalan sosial ataupun humanis (kemanusiaan) tapi juga menjadi pergumulan gereja.
Menyikapi kondisi seperti ini, maka kita diingatkan bahwasanya perbedaan bukanlah “jurang” yang memisahkan, melainkan ini adalah suatu kekayaan (anugerah) yang harus disyukuri. Kita diharapkan untuk saling mensuport, menolong dan peka terhadap kepelbagaian. Sebagai warga gereja, kita memiliki tanggung jawab bersama untuk berupaya menjaga, merawat dan melestarikan nilai-nilai kebersamaan sekalipun berbeda. Sifat atau perasaan senasib, sepenanggangan, seia sekata, sehati sepikir harus menjadi prilaku yang dikedepankan setiap orang percaya untuk menjaga tatanan kehidupan dengan membangun persekutuan yang erat bersatu seperti tema minggu ini: “Solidaritas Dalam Pelayanan”
PEMBAHASAN TEMATIS
■ Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat 1 Korintus adalah merupakan tulisan Paulus yang memberikan jawaban atas berbagai persoalan dan juga terdapat beberapa pokok-pokok ajaran penting dalam kehidupan beriman jemaat. Korintus selain terkenal dengan kota pelabuhan dan perniagaan, kota ini pun memiliki keistimewaan dalam kemajemukan budaya.
Perpaduan kebudayaan dari berbagai tempat di Korintus telah mengkondisikan kota ini menjadi tempat yang “nyaman” bagi sebagian besar orang yang hidup dalam Hedonisme (Yun: Hedone). Sasaran utamanya adalah untuk mencari kesenangan, kenikmatan, kemewahan bahkan pemuasan hawa nafsu yang ditandai dengan suburnya pemujaan di kuil-kuil dewa/dewi.
“Iklim” kehidupan yang plural dan sangat terbuka ini, juga memungkinkan orang-orang di Korintus terjebak dalam berbagai perbedaan, gesekan, perselisihan bahkan konflik. Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi dalam relasi kehidupan sosial masyarakat, tapi juga berpeluang besar, terjadi di dalam jemaat. Seperti yang dikatakan Paulus bahwa mereka kaya dalam segala hal, baik dalam perkataan maupun dalam pengetahuan (ay.5) dan bahkan tidak kekurangan dalam satu karuniapun (ay. 7). Itulah sebabnya, potensi terjadinya perbedaaan akan sangat dimungkinkan di tengah persekutuan jemaat Korintus. Inilah fakta bahwa di tengah kehebatan jemaat Korintus, ada sebuah ancaman yang membahayakan tubuh Kristus, yaitu perpecahan.
Bagian bacaan ini, Paulus sedang menyikapi perselisihan yang terjadi di Korintus sebagaimana informasi dari keluarga Kloe (Yun,’/iijau’). Keluarga Kloe’ menceritakan kepada Paulus tentang perpecahan jemaat Korintus dan barangkali sudah termasuk dengan berbagai hal yang lain (1 Kor 1-6). Mereka memiliki kerinduan supaya konflik (perselisihan) di dalam jemaat, segera disikapi oleh Paulus. Informasi ini sangat penting, agar ia secara terang-terangan, menegur dan menyampaikan nasihat kepada jemaat bagaimana mereka harus hidnp sebagai orang percaya.
Kewibawaan nasihat Rasuli ini, dikaitkan dengan nama Tuhan Yesus Kristus yang memberikan mandat kerasulan padanya. Ia berharap, di tengah kepelbagaian dan perbedaan jemaat Korintus, mereka dapat hidup seia sekata. Ungkapan seia sekata biasanya digunakan oleh kelompok medis untuk penataan kembali tulang-tulang manusia oleh seorang dokter. Artinya, upaya penataan itu orientasinya pada dasarnya menciptakan sebuah kondisi/keadaan yang lebih baik, normal dan sesuai fungsi.
Sulitnya membangun soliditas pelayanan (erat bersatu, Yunani Katartizo), yang seia sekata dan sehati sepikir, disebabkan oleh dominasi egoisme yang lebih mendahulukan diri sendiri atau menguntungkan kelompoknya.
Setelah diteliti, di Korintus terdapat beberapa kelompok/golongan berdasarkan ketokohan dari pemberita injil. Pertama golongan Paulus, mereka sangat mengidolakan Paulus. Mayoritas pengikut-nya adalah orang Kristen non Yahudi. Kedua, golongan Apolos. Apolos datang dari Efesus. la adalah seorang Yahudi Aleksandria yang terpelajar dan sangat fasih berbicara bahkan sangat mahir menggali soal Kitab Suci. la memiliki kemampuan berpidato/berkhotbah sehingga tak mengherankan ia memiliki banyak pengikut yang menyukai filsafat. Ketiga, golongan Kefas. Kelompok ini sebagian besar adalah orang Yahudi yang taat akan hukum Taurat, yang begitu menghormati Petrus sebagai rasul yang ditokohkan dan meragukan mandat Paulus. Keempat adalah golongan Kristus, yang termasuk golongan ini adalah guruguru palsu yang memusuhi rasul Paulus dan mengaku bahwa mereka memiliki kerohanian dan hikmat yang lebih unggul serta menganggap rendah semua hubungan dengan golongan-golongan yang lain.
Paulus menyalahkan sikap yang menggolongkan diri terhadap kelompok tertentu, kendati kehadiran para tokoh pemberita injil ini, tidak serta merta membuat Kristus terbagi- bagi atau “kesatuan tubuh Kristus” menjadi terkotak-kotak. Sehebat-hebatnya nama besar Paulus, Apolos, Kefas di mata jemaat Korintus, hal itu tidak berarti bahwa ada ruang dan peluang untuk mengatasnamakan nama mereka dalam sebuah pengorbanan penyaliban maupun pembaptisan. Artinya, jika pelayanan baptisan itu dilakukan maka hal itu selalu dilegitimasi atau dimeteraikan di dalam nama Kristus (bnd. Rm.6:3). Inilah yang dilakukan Paulus saat membaptis Krispus, Gayus dan juga keluarga Stefanus.
Sejatinya, Paulus menyadari kehadirannya sebagai rasul Kristus bukan untuk membaptis (atau mengabaikan pelayanan baptisan), melainkan untuk memberitakan injil. Dengan demikian, secara tersirat ia juga hendak menegaskan bahwa baptisan bukanlah syarat keselamatan. Hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus, Injil yang sejati manusia diselamatkan (Bnd Yoh 3:16). Baginya, setiap orang yang dipakai Tuhan selalu diperlengkapi-Nya dengan berbagai karunia untuk saling menopang satu dengan yang lain. Sebagaimana yang dikatakannya, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah….” (I Kor 3:6-9)
Pemberitaan injil yang dilakukannya, bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus tidak menjadi sia-sia, melainkan semakin dimuliakan oleh segala bangsa. Hikmat perkataan adalah sesuatu yang digemari oleh orang Yunani, namun hanya akan mengaburkan arti salib Kristus sesungguhnya. Karena itu Paulus memberitakan Yesus Kristus kepada mereka bukan untuk memuaskan keinginan telinga mereka, melainkan demi keselamatan di dalam Kristus.
- Begitu penting bagi kita menjaga, merawat kebersamaan atau rasa sepenanggungan dan persekutuan umat (soliditas) sebagai sebuah kekuatan dalam kerja pelayanan gereja Tuhan.
- Kualifikasi yang mumpuni dan kharisma yang hebat dari suatu ketokohan sangat penting untuk mengedukasi dan memberi teladan tetapi haruslah diwaspadai untuk tidak terjebak pada munculnya sektarian atau kelompok tertentu yang hanya akan merusak dan menghancurkan persekutuan.
- Dalam merayakan HUT GPI (Gereja Protestan di Indonesia/indische Kerk) ke-417 yang lahir di Ambon Maluku, anggota GPI memiliki akar tradisi atau ajaran yang sama, seperti Sakramen baptisan dan perjamuan kudus tapi di pihak lain selalu menghargai setiap perbedaan, kepelbagaian dan kekhasannya. Perbedaan ini, . tidak membuat kita terjebak dalam berbagai perselisihan melainkan semakin diperlengkapi menjadi gereja-Nya yang saling menerima, menghargai dan menghormati.
- Bekerja di dalam pelayanan gereja Tuhan, kita tidak bekerja seorang diri (one man show). Bukan juga terpusat pada ketokohan tertentu (pendeta sentris) melainkan akan selalu ada generasi ke generasi yang lain yang nantinya melanjutkan kerja pelayanan ini. Di generasi ini, kita diingatkan untuk mengerjakan tanggung jawab sebaik mungkin, memberi teladan dalam kedewasaan iman, berkontribusi dan berintegritas sambil terus menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah bagi dunia.
- Apa yang dimaksud dengan Soliditas dalam pelayanan menurut I Korintus 1:10-17?
- Bagaimana upaya gereja untuk membangun persekutuan di dalam jemaat agar terhindar dari perpecahan karena pengkultusan terhadap tokoh tertentu?
NAS PEMBIMBING: 1 Korintus 12:12,18
> Kesatuan dan kerukunan di antara jemaat
> Pemilihan BPMS GM1M
> Para Pelayan yang terpilih di aras jemaat dan wilayah
> Kerja Pelayanan yang solid, sinergis dan berkualitas pada periode pelayanan 2022-2026
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN :
HARI MINGGU BENTUK IV
Persiapan : NNBT No.3 Mari Kita Puji Allah
Pembukaan : KJ No.249 Serikat Persaudaraan
Pengakuan Dosa & Pengampunan: NNBT No.29 Apakah
Yang T’lah Engkau Lakukan.
Ses Pembacaan Alkitab: NNBT No. 12 Diamlah
Persembahan: KJ. No. 289 Tuhan, Pencipta Semesta
Penutup ■ KSK 105 Sehati Bekerja
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang