ALASAN PEMILIHAN TEMA
Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 5 Juni. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran untuk melestarikan alam. Gerakan pelestarian lingkungan hidup baik dalam hal pemahaman maupun aksi nyata berlangsung terus menerus. Namun pada saat yang sama kerusakan lingkungan dan bencana alam terjadi di manamana. Sepertinya paradoks! Gereja-gereja global melalui World Council of Churches (WCC) memberi perhatian serius terhadap topik “Integrity of Creation” (Keutuhan Ciptaan). Materi khotbah, pengajaran atau katekisasi gereja penting memberi perhatian pada hehidupan moral dan etik jemaat yang berpadanan dengan Injil Yesus Kristus secara rohani dan jasmani. Artinya iman dan perbuatan nyata jemaat menghadirkan keadilan, perdamaian dan kelestarian lingkungan hidup harus berlangsung secara terintegritas.
Firman dalam Alkitab berbicara tentang kehidupan di mana Tuhan Allah mencipta dan memelihara alam ciptaan-Nya agar menjadi rumah yang “aman, nyaman dan lestari” bagi makhluk ciptaan-Nya. Kepada manusia diberi amanat menjaga dan memelihara alam ciptaan-Nya. Untuk maksud itu, maka perenungan sepanjang minggu ini akan dituntun oleh tema “Lestarikan Alam dan Makhluk Ciptaan Demi Masa Depan”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Kejadian memiliki keunikan menggambarkan tentang Tuhan Allah. Tuhan Allah digambarkan bukan seperti raja yang sedang duduk di singasana dalam istana megah berlapis emas dengan segala keagungan. Tetapi dalam “sebuah taman” yang diciptakan, ditata dan diatur secara harmonis dan indah. Tuhan Allah bekerja mengubah sesuatu yang kacau dan gelap menjadi sesuatu yang teratur dan indah agar manusia dapat hidup dengan baik (Kej.1). Di taman itu, Tuhan Allah menciptakan manusia untuk berkembang dan membangun peradaban. Kepadanya diberikan pilihan moral untuk jangan makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat (Kej. 2:16-17).
Kita memahami bahwa Tuhan Allah adalah sumber pengetahuan yang baik. Namun yang terjadi adalah manusia ingin menentukan standar yang baik atau jahat. Ini berarti manusia terkadang melampaui kewenangan-Nya. Manusia cenderung ingin menjadi tuhan bagi dirinya. Oleh godaan Iblis, kecenderungan itu terpenuhi dengan menggunakan kebebasannya memilih mengikuti kehendak Iblis daripada patuh pada perintah Tuhan Allah. “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kej. 3:4-5).
Perhatikanlah, setelah jatuh ke dalam dosa, manusia diusir dari taman Eden sehingga semakin menjauh dari Tuhan Allah. Akibatnya perbuatan dosa makin menjadi-jadi (Kej.4). Dengan menjauh dari Tuhan Allah maka kehendak, hasrat dan nafsu manusia mendatangkan kejahatan
(Kej. 6:5).
Semakin menjauh dari Tuhan Allah maka semakin besar dan buruk kejahatan manusia sehingga Tuhan Allah mendatangkan air bah. Walaupun demikian, di antara manusia yang buruk itu masih ada Nuh yang mendapatkan kasih karunia di mata TUHAN Allah (Kej.6:8). Air yang menjadi sumber kehidupan, dalam kisah ini, menjadi suatu kekuatan besar yang merusak dan membawa kematian. Bumi kembali menjadi seperti ungkapan Kejadian 1:2. “Bumi belum berbentuk (wht tohuw) dan kosong (whb bohuw); gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”
Memahami kisah air bah, maka kita perlu menyadari dan memperhatikan beberapa hal:
Pertama, Kisah air bah merupakan kisah sedih dan duka Tuhan Allah atas pemberontakan manusia ciptaan-Nya. “menyesallah TUHAN” dan “memilukan hati-Nya” (Kej. 6:6). Air Bah yang dipandang sebagai bentuk “hukuman” jangan hanya disoroti dari sisi kemarahan Tuhan Allah saja, namun harus dipahami dalam konteks perasaan Tuhan Allah yang bersedih dan berduka. Perhatikanlah apa yang tertulis dalam pasal 1. Di setiap mengakhiri karya ciptaan-Nya, Alkitab selalu mencatat: “Allah melihat bahwa semuanya itu baik”. Namun yang baik ini menjadi rusak karena dosa manusia. Rusaknya dunia yang diciptakan Tuhan Allah bukanlah rencana-Nya.
Mari kita bayangkan hal ini: Bagaimanakah perasaan kita, jika karya yang kita buat sebaik mungkin dirusak? Tentu hati kita sedih dan terluka. Sehingga kisah ini jangan hanya disoroti dari bentuk kemarahan Tuhan Allah saja tapi pada “Allah yang terluka dan bersedih”. Seperti orang tua yang marah kepada anaknya yang melakukan pelanggaran moral dan etik. Pelanggaran yang diperbuat akan membuat hati orang tua sedih, kecewa dan sakit. Seorang anak yang baik dan dewasa akan meresponnya bukan dengan kembali memberontak atau marah. Tapi sebaliknya sang anak seharusnya merenung dan melakukan refleksi diri sehingga memiliki kesadaran yang membawanya pada perubahan hidup. Inilah yang diharapkan Tuhan Allah bagi umat-Nya, yaitu kedewasaan iman untuk menjadikan hukuman sebagai jalan menuju pertobatan.
Kedua, Kisah air bah tidak hanya berisi tentang berita pembinasaan, namun juga penyelamatan.
Diceritakan Nuh dan keluarganya serta binatang yang berpasang-pasangan ikut diselamatkan melalui bahtera. Ada misi penyelamatan di dalamnya. Seratus lima puluh hari lamanya Nuh beserta penghuni bahtera terapung-apung di atas permukaan air.
Sebelum peristiwa air bah, Tuhan Allah dikatakan “menyesal” dan sepertinya “melupakan” manusia karena begitu jahat dan buruknya kejahatan. Pilihan manusia untuk mengikuti hasratnya telah membawa kerusakan yang mendalam atas ciptaan-Nya. Maka sekarang Tuhan Allah menaruh perhatian lagi kepada manusia, yang dibahasakan dalam ayat 1 “Maka Allah mengingat Nuh…”.
Inilah sebuah awal dari kehidupan yang baru. Tuhan Allah bertindak dengan membuat air itu surut dan akhirnya bahtera itu terkandas. Walaupun puncak-puncak gunung telah kelihatan namun Nuh belum turun dari bahtera. Ia mencari petunjuk dengan melepaskan burung gagak (sekali dilakukan) dan burung merpati (3 kali dilakukan). Setelah burung merpati tidak kembali, ini memberi tanda bahwa bumi telah kering dan tanaman telah tumbuh ditandai dengan ‘sehelai daun Zaitun segar’ yang dibawa oleh burung Merpati.
Walaupun demikian, Nuh yang saleh dan taat itu tetap berada di dalam bahtera karena belum ada perintah dari Tuhan Allah untuk keluar. Setelah perintah datang (ayat 15-17), Nuh dan seisi keluarga beserta binatang yang ada di dalam bahtera itu turun.
Keselamatan yang dialami Nuh dan keluarganya adalah anugerah Tuhan Allah dan untuk mensyukurinya Nuh membuat mezbah dan memberikan persembahan syukur. Ini adalah respon iman Nuh atas pemeliharaan dan penyelamatan Tuhan Allah serta untuk permulaan yang hidup yang baru. Persembahan syukur itu berkenan di hadapan Tuhan Allah.
Ketiga, Tentang pemulihan.
Apakah Tuhan Allah membiarkan ciptaan-Nya rusak? Tentu tidak! Tuhan Allah digambarkan seperti “tukang kebun/taman”, kini menjanjikan suatu permulaan baru. Tuhan Allah menjanjikan pemeliharaan dan takkan berhenti musim menabur dan menuai (ayat 21-22).
Kini kisah kehidupan manusia berlanjut melalui keluarga Nuh. Tugas membangun suatu tatanan hidup baru dimulai. Seperti perintah kepada manusia pertama di taman Eden agar kehidupan terus berlanjut maka demikian juga perjanjian yang dibangun Tuhan Allah dengan Nuh (Kej. 9). Kepada Nuh diberi amanat untuk memulai sesuatu yang baru dalam rangka mengisi dan membentuk bumi yang baru, suatu masa depan yang lebih baik.
Makna dan Implikasi Firman
- Ada sebuah ungkapan “mulailah sekarang tanam pohon, agar generasi selanjutnya tidak akan tanam manusia.” Ungkapan ini tentu memiliki pesan mendalam bahwa manusia dan alam selalu memiliki hubungan. Bencana alam yang sering terjadi merupakan tanda zaman yang harus cepat disikapi, sebab bumi hanya satu. Walaupun kita mendengar ada upaya penelitian untuk mencari apakah di planet yang lain bisa di huni oleh manusia, namun itu suatu cita-cita belum bisa dengan pasti dan cepat terjadi. Bumi yang kita diami menghadapi ancaman kerusakan ekologis yang serius yang dapat mendatangkan kematian. Setiap bencana yang terjadi merupakan dampak dari ulah manusia sendiri. Kejahatan manusia terhadap alam adalah juga bentuk perlawanan dan kejahatan pada Sang Pencipta.
Kita tentu paham, jika suatu karya seseorang dirusak maka secara tidak langsung itu adalah bentuk penghinaan bagi si pembuat. Tuhan Allah menciptakan bumi dan segala isinya diberi tanggung jawab kepada manusia untuk mengelola, menata dan memeliharanya. Tapi kenyataannya tanggung jawab ini tidak dilaksanakan oleh manusia secara baik. Bukannya menata dan memelihara, tapi yang terjadi malahan mengeksploitasi dan merusak.
Hanya orang yang bodoh yang akan merusak rumah di mana ia tinggal. Tapi kebodohan inilah yang sementara dipertontonkan oleh manusia. Ada kecenderungan sebagian besar manusia tidak pernah mau belajar dari setiap pengalaman sebab kecenderungan hatinya selalu ingin mencari keuntungan pribadi. Keserakahan manusia adalah salah satu yang memegang peranan penting dalam krisis iklim dan kerusakan bumi yang sedang terjadi. Memang, walaupun bumi begitu luas, namun tidak akan pernah cukup memenuhi hasrat dari orang yang serakah.
- GMIM adalah gereja yang besar dan telah menjadi gereja global. Inilah kekuatan yang jika dimobilisasi dapat menjadi gerakan bersama dan memiliki signifikansi dalam mengarahkan agenda dan kebijakan yang berpihak pada lingkungan. Coba kita cermati warga GMIM yang berada di pedesaan, perkotaan, pegunungan dan pesisir pantai. Sebagian besar warga jemaat memiliki pekerjaan sebagai petani dan juga nelayan. Suatu pekerjaan yang semuanya hidup dekat dengan alam. Kesadaran inilah yang harus kita bangun bahwa ancaman ekologi bisa menjadi ancaman atas keberadaan gereja.
Dengan potensi sebesar ini, GMIM dapat membangun jaringan dengan lembaga-lembaga keagamaan lainnya dan pemerintah baik ditingkat lokal, nasional dan global untuk bersamasama mengadvokasi penyelamatan lingkungan hidup. Kita tak bisa kerja sendiri, tapi kita butuh kerja bersama. Kita kuat karena bersama, kita lemah karena sendiri. Sebagaimana dalam menghadapi Air Bah, Nuh tak sendiri. Di dalam bahtera itu ada keluarga dan hewan yang berpasang-pasangan. Demikian juga bahwa setiap problematika hidup akan terasa ringan jika dihadapi bersama.
Sebagai satu keluarga gereja Tuhan, marilah kita bergandengan tangan menghadapi ancaman krisis iklim dan bumi ini. Sebab dengan bersama itulah kekuatan kita. Sudah seharusnya kita bersyukur atas bumi dan makhluk ciptaan lain yang Tuhan Allah ciptakan bagi kita. Di bumi inilah kita berpijak, untuk hidup. Bumi ini rumah kita, rumah yang harus kita jaga dan lestarikan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang anda pahami tentang Lestarikan Alam dan Makhluk Ciptaan Demi Masa Depan menurut Kejadian 8:1 – 22?
- Jelaskan, alam merupakan sumber berkat tetapi dapat menjadi sumber malapetaka? Menurut anda apakah setiap bencana alam yang terjadi merupakan bentuk penghukuman Tuhan Allah?
- Apa dan bagaimana sikap serta tindakan kita sebagai Gereja untuk melestarikan alam ciptaan Tuhan Allah agar manusia dapat hidup aman dan layak?
NAS PEMBIMBING: Mazmur 29:10-11
POKOK-POKOK DOA:
- Warga gereja dapat merawat dan melestarikan alam sekitar.
- Warga gereja yang terdampak bencana mendapatkan pertolongan, kecukupan kebutuhan hidup, dan tetap beriman dalam menghadapi peristiwa yang sulit sekalipun.
- Gereja – individu maupun institusi – dapat bekerja sama dalam menjadi alat Tuhan Allah untuk menyuarakan dan bertindak menyelamatkan bumi dari kerusakan.
- Gereja patut menopang kebijakan pemerintah yang melindungi dan mendukung kelestarian alam.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Panggilan Beribadah: KJ. No. 60 Hai Makluk Alam Semesta
Nas Pembimbing: NKB. No. 42 Fajar Menyingsing
Pengakuan Dosa: Di Tengah Ombak Dan Arus Pencobaan
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 19 Dalam Lautan Yang Kelam
Ses Hukum Tuhan: NKB No 197 Besarlah Untungku
Ses. Baca Alkitab: NNBT No. 37 Tuhan Yesus Adalah Penabur
Persembahan: PKJ. No 55 Hai, Puji Nama-Nya
Nyanyian Penutup: PKJ. 56 Lihatlah Pohon Pohon
ATRIBUT Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu di atas Gelombang.