DODOKUGMIM.COM – Salam sejahtera bagi kita semua…Saudara-saudara…
Menjadi orang Kristen memang bukanlah satu hal yang mudah. Kita sudah banyak mengetahui bahwa orang Kristen di abad pertama sangat diperhadapkan dengan begitu banyak sekali penganiayaan dan penderitaan. Sehingga menjadi Kristen bukan cuma soal pengakuan akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat tetapi juga bicara soal hidup dan mati. Jika kita membaca surat yang ditujukan kepada orang Ibrani ini, yaitu orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen, kita akan menemukan bahwa adanya kebingungan yang mereka alami berkaitan dengan status mereka sebagai umat pilihan dengan status baru mereka sebagai orang Kristen. Mereka telah menjadi Kristen tetapi tidak secara otomatis meninggalkan keyakinan atau praktek agama Yahudi. Hal ini memang merupakan satu hal yang memberi keuntungan tersendiri, sebab kita tahu bersama bahwa orang Kristen di masa itu sangat dibenci, tidak disukai, serta ada begitu banyak upaya penghambatan dan penganiayaan yang harus mereka alami, sehingga dengan tetap menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan agama Yahudi maka hidup akan lebih mudah, karena bisa terhindar dari berbagai tekanan, sebab agama Yahudi adalah agama yang legal sedangkan agama Kristen tidak.
Sehingga jemaat diingatkan bahwa apa yang dilakukan dalam ibadah-ibadah di kemah suci, kemudian di bait Allah semuanya telah disempurnakan oleh Tuhan Yesus. Jika korban yang dipersembahkan oleh imam dalam dunia perjanjian lama harus diulang terus menerus, maka sekarang Yesus Kristus telah menjadi Imam Besar bagi kita, dan bukan hanya itu Dia juga telah menjadi korban yang sempurna, yang dipersembahkan satu kali untuk selama-lamanya. Sehingga orang-orang Kristen yang masih mengikuti upacara-upacara agama Yahudi, sebenarnya menyangkal, menolak, karya penebusan Agung yang dikerjakan Tuhan Allah di dalam Yesus. Mereka “menginjak-injak Anak Allah “( Baca Ibr. 10:29). Tetapi orang-orang yang sungguh-sungguh mempercayakan dirinya kepada Allah dan menerima apa yang dilakukanNya dalam Yesus, akan memperoleh hidup atau keselamatan (Ibr. 10:39) Jadi penulis mau memberi penekanan bagi pembaca bahwa dalam kehidupan Kristen, keselamatan itu diperoleh bukan karena usaha manusia melainkan karena kemurahan Allah di dalam Yesus Kristus. Nasihat ini memang berat untuk dilakukan, karena itu penulis surat Ibrani mendaftarkan banyak saksi yang diambil dalam perjanjian lama sebagai contoh bagi mereka, bahwa orang Kristen yang setia pun memperoleh hal yang sama, dan pengalaman iman mereka seharusnya mendorong setiap orang Kristen untuk hanya mengarahkan seluruh kehidupan mereka kepada Yesus sebagai teladan dan pusat kehidupan.
Secara khusus dalam pasal 13 ini, penulis memberikan nasihat tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai orang-orang yang hidup berdasarkan kemurahan Allah. Dengan kata lain, penulis surat Ibrani mau memberikan nasihat atau pengajaran bahwa kehidupan Kristen yang sejati bukan hanya bicara soal iman atau hubungan pribadi dengan Tuhan tetapi iman yang sejati juga nampak dalam kehidupan sehari-hari, nampak dalam hidup persekutuan.
Karena itu, supaya nasihat yang diberikan ini bukan hanya berhenti pada teori atau hanya sekedar kata-kata saja maka penulis memberikan contoh konkrit yang dapat diteladani oleh jemaat yaitu yang dapat kita baca pada ayat 7-8 dan ayat 17. Para pemimpin ini telah memberikan berbagai hal yang dapat diteladani oleh jemaat dari apa yang telah mereka lakukan dalam pelayanan, bahkan sampai mereka sudah tidak ada lagi. Apa yang harus diteladani dari mereka ? yaitu kesetiaan, ketekunan, ketaatan mereka, karena itu teladanilah iman mereka.
Sebagai implikasinya, di ayat 17, para pemimpin juga selain patut diteladani, juga patut untuk dihormati, dihargai, didoakan, karena panggilan, komitmen, tanggung jawab dan pelayanan yang mereka lakukan dengan tekun. Sekalipun memang respon jemaat tidak menentukan pelayanan berjalan atau tidak, tetapi dapat membuat prosesnya menjadi menyenangkan atau menyakitkan. Sehingga harapannya akan tercipta keseimbangan, yaitu terciptanya kehidupan yang saling menghargai, adanya semangat untuk bekerjasama antara umat dan pemimpin, demikian juga seharusnya kehidupan kita di masa kini.
Ada dua hal yang berupaya dinasihati oleh penulis dalam kehidupan jemaat dalam pasal 13 ini, yaitu “Persekutuan” dan “Ibadah”. Diayat 1, nasihat “peliharalah kasih persaudaraan” menunjukan adanya persoalan berkaitan dengan kehidupan persekutuan sementara ayat 10-15, menunjukan bahwa adanya persoalan berkaitan dengan ibadah jemaat. Karena itu dapat kita katakan bahwa penulis hendak memberikan nasihat atau mengingatkan jemaat bahwa persekutuan dan ibadah kualitasnnya bukan diukur pada seremonialnya saja tetapi diukur berdasarkan “motivasi”. Motivasi mereka bersekutu yaitu “kasih persaudaraan” dan motivasi mereka beribadah yaitu “rasa syukur kepada Allah” dan bukan hanya sekedar menjalankan kebiasaan. Dampak dari persekutuan dan ibadah yang berkualitas ini, dapat terlihat nyata dalam hal kesediaan memberi tumpangan, kesediaan untuk mengingat atau mendoakan orang-orang tahanan, orang-orang yang diperlakukan tidak adil, juga kesediaan untuk menjaga moralitas dalam hal seksual dan keuangan.
Nasihat-nasihat yang diberikan sebagaimana yang dapat kita baca di pasal 13 ini, idealnya dapat menolong jemaat yang memang sedang mengalami kebingungan dengan status mereka, dapat memberi mereka motivasi tentang bagaimana mereka seharusnya menjalani kehidupan sebagai orang-orang Kristen. Bagaimana dengan iman yang mereka miliki kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, membuat mereka sungguh-sungguh mampu bertahan menghadapi berbagai pergumulan, penganiayaan dan penderitaan. Karena itu, penulis sangat mengharapkan supaya nasihat-nasihat ini dapat dilakukan oleh jemaat. Sekalipun mungkin berat untuk dilakukan, karena itu penulis bukan hanya sekedar memberi nasihat, tetapi juga di ayat 20-21, penulis juga mendoakan jemaat supaya senantiasa diperlengkapi oleh Tuhan untuk melakukannya, amat terlebih melakukan kehendak Tuhan. Yang puncaknya adalah hanya untuk kemuliaan Tuhan.
Saudara-saudara…
Dalam menjalani kehidupan ini, terkadang ketika kita diperhadapkan dengan suatu pergumulan atau masalah yang berat, yang mungkin saja belum pernah kita alami sebelumnya, bisa saja membuat kita kehilangan arah, membuat kita tidak tahu lagi mau berbuat apa, bahkan dapat saja di tengah situasi yang sungguh menekan tersebut, akan muncul banyak sekali pikiran-pikiran yang membuat kita lemah, pikiran-pikiran yang mendorong kita untuk mencari jalan pintas supaya terhindar dari pergumulan yang kita hadapi. Pada akhirnya, kita akan mulai berupaya melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Tuhan, mulai meragukan Tuhan bahkan yang lebih parah adalah meninggalkan Tuhan.
Sehingga kita perlu belajar dari bacaan ini bahwa, kita tidak boleh ragu-ragu dalam menjalani kehidupan ini, pergumulan boleh berat, persoalan boleh banyak, tetapi apa yang kita hadapi tidak boleh membuat iman kita lemah, kita harus sungguh-sunguh bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Ada begitu banyak tokoh dalam Alkitab yang dapat kita teladani, ada begitu banyak orang disekitar kita yang punya pengalaman iman yang luar biasa dalam kehidupan mereka yang dapat memotivasi kehidupan kita, karena itu dalam menjalani kehidupan ini, kita juga memang sangat membutuhkan dua hal yaitu “Nasihat dan Doa”.
Kita mungkin bisa diperhadapkan dengan pergumulan yang berat, pergumulan yang mungkin belum pernah kita alami, yang membuat kita tidak tahu mau berbuat apa lagi, yang membuat kita tidak lagi bisa menentukan langkah, tetapi bisa saja pergumulan yang kita anggap berat, sudah pernah dilewati oleh sesama kita, sehingga nasihat dari orang lain tentu akan sangat berguna, sangat bermanfaat untuk kita pakai ditengah kita menghadapi pergumulan tersebut. Namun nasihat tentu tidaklah cukup, ketika kita tidak sungguh kuat dan yakin akan pertolongan Tuhan, sehingga doa baik secara pribadi maupun lewat topangan doa orang lain, menjadi salah satu hal yang dapat membuat kita kuat, membuat kita tetap yakin akan pertolongan Tuhan, dan dapat membuat kita tetap berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan karena keyakinan kita bahwa doa dapat mengubah segalanya.
Nasihat dan doa, bisa kita dapatkan kapan saja, dari siapa saja, dan dalam situasi apa saja. Tapi yang jadi persoalan kemudian adalah bagaimana respon kita terhadap nasihat yang diberikan orang lain bagi kita. Penulis surat ibrani pun meminta jemaat untuk menerima nasihatnya dengan rela hati (ayat 22), demikian pun seharusnya dengan kita, menerima dengan kerendahan hati setiap nasihat dari orang lain, dengan begitu akan membuat kita terhindar dari sikap hidup yang menganggap bahwa kita mampu, yang menganggap bahwa kita bisa tanpa orang lain, dan terhindar dari sikap yang tidak menghargai orang lain. Kita harus tetap, saling menguatkan, saling memeperlengkapi, saling menopang, dan saling menghidupkan satu dengan yang lain, supaya dengan demikian kitapun secara bersama-sama bertumbuh menjadi orang-orang Kristen yang memiliki iman yang kuat dan teguh, dan kita harus tetap saling menasihati dan saling mendoakan supaya kitapun mampu melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.
Tuhan memberkati. Amin.