Kesibukan dan aktifitas di bulan desember sangat meninggat, terutama sebagai warga jemaat aktifitas mengikuti ibadah menyambut natal Yesus Kristus, baik aras Sinode, Wilayah, Jemaat, kategorial BIPRA dan kolom serta rukun-rukun yang berusaha secara maksimal supaya ibadah menyambut natal dilaksanakan dengan penuh hikmat dan meria sambil juga ada pemberian-pemberian hadian natal kepada mereka yang membutuhkan. Belum lagi di bulan desember ini dengan adanya hiruk pikuknya kampanye untuk pelaksanakan Pesta Demokrasi Pemilihan umum tanggal 14 Februari 2023.
Sesuai tahun kalender gereja kita bahwa bulan desember adalah perayaan natal Yesus Kristus yang kita imani bahwa Dialah Yesus sebagai Tuhan dan Yuruselamat Dunia. Kelahiran Yesus tidak serta merta muncul saat lahirnya Yesus di Betlehem tetapi ratusan tahun sebelumnya sudah dinubuatkan oleh para nabi termasuk nabi Yesaya sebagaimana bacaan kita pada sepanjang minggu ini yaitu Yesaya 8:23-9:6 dengan tema “Nubuat Lahirnya Raja Damai.”
Kitab Yesaya adalah hasil karya nabi Yesaya sendiri yang dipanggil Tuhan bekerja dan berkarya di Yehuda sekitar tahun 742 SM. Arti nama Yesaya “TUHAN MENYELAMATKAN. Pasal 8:23- 9:6 berlatar belakang pengalaman pahit yang menimpa 2 suku Israel Utara yaitu Zebulon dan Naftali yang paling duluan mengalami kekalahan akibat invasi Raja Asyur yaitu Tiglat Pileser 3. Penyerangan yang dilakukan oleh bangsa Asyur telah menempatkan bangsa Israel pada kesesakan dan kegelapan, kesuraman yang mengimpit dan dibuang ke dalam kabut (pasal 8: 22) suatu keadaan yang sungguh tidak menyenangkan karena pengharapan untuk kembali jadi baik hampir mustahil.
Pasal 8: 23 Dalam suasana kehidupan yang hampir putus asa dalam ketidakberdayaan hadirlah berita yang menggembirakan, sangat mensukacitakan bahwa suasana akan diubahkan Tuhan. Tidak akan ada lagi kesuraman bagi Israel yaitu tanah Zebulon dan Naftali. Semua akan diubahkan Tuhan dari negeri yang “terimpit” (KBBI: tersepit, terapit, tertindih) suasana yang melukiskan ketidakberdayaan, tak dapat melakukan apa-apa bahkan saat mana mereka “direndahkan Tuhan” dipermalukan Tuhan setelah menganggap diri kuat tinggi mampu. Sehingga 2 wilayah paling Utara ini pada akhirnya dikuasai dan diduduki oleh bangsa-bangsa lain. Tapi dari mereka yang tinggal di wilayah-wilayah yang diancam dan ditawan Asyur, masih ada sisa-sisa Israel yang memiliki pengharapan atas nubuatan Yesaya. Bahwa ada satu masa Tuhan akan memuliakan jalan ke laut, daerah sebrang sungai Yordan dan wilayah bangsa-bangsa lain. (Alkitab BIMK: tetapi di masa yang akan datang Ia akan memberi kehormatan kepada seluruh wilayah dari laut Tengah ke Timur sampai sebrang sungai Yordan bahkan sampai Galilea yang didiami oleh orang asing). Bahwa ada waktu bagi Tuhan untuk memberi kehormatan dan mengangkat mereka kembali dan menempatkan lagi di tempat mereka yang sebenarnya. (Yesaya 9:1)
Setelah sekian waktu hidup dalam kesuraman, kegelapan, kekelaman saatnya bangsa itu melihat terang yang “besar” dan terang itu bersinar. Ini merupakan nubuatan dan janji bagi orang Israel yang akan mengalami pembebasan dan tanda-tanda berakhirnya masa kesuraman sehingga mereka yang terimpit dan direndahkan akan pertama-tama akan melihat kemuliaan Allah.
Tokoh Reformasi Jhon Calvin melihat bahwa nabi Yesaya ketika Ia berbicara tentang kembalinya orang-orang buangan dari Babel, tidak hanya melihat pada satu zaman saja tetapi juga pada suatu zaman yang akan datang hingga Yesus Kristus datang dan memberi kelepasan penuh dari perbudakan dosa atas umat-Nya.
Dan jika masa itu tiba, maka ketentraman dan kegembiraan yang digambarkan dengan sorak sorai dan sukacita seperti orang yang sangat senang ibarat seorang laki – laki yang pulang dengan sorak sorai karena kerja kerasnya yang dengan sabar mengolah lahan pertanian berhasil dan menikmati panen yang melimpah. Atau kesenangan dan kegembiraan para tentara yang mengalami kemenangan dalam perang dan mendapatkan banyak jarahan atau rampasan yang mereka bagi- bagi (Pasal 9:2)
Sukacita dan kegembiraan umat Isreal terus meningkat sebab peralatan perangpun milik bangsa Asyur yang menyebabkan penderitaan seperti kuk dan gandar yang menekan diangkat dari mereka dan juga tongkat akan dipatahkan (Pasal 9: 3). Suasana itu digambarkan seperti pada hari di mana Gideon mengalahkan Midian di lembah Yizrel sebagaimana dicatat dalam Hakim-hakim pasal 7. Bahkan pasukan tentara yang kuat dan perkasa seperti sepatu yang berderap, jubah yang berlumuran darah akan dibakar sehingga suasana menakutkan, mencekam tidak akan ada lagi.
Sebaliknya bahwa mereka akan bertemu dengan Sang Penyelamat bahkan lambang pemerintahan akan disematkan padanya, pada “Seorang Anak laki-laki yang akan dilahirkan yang digelari Penasihat Ajaib”. Gelar pertama yang diberikan berhubungan dengan ke-Ilahian. Allah yang Perkasa gelar kedua yang menggambarkan keperkasan / kekuatan Ilahi . Bapa yang Kekal dapat dipahami seperti orang tua yang mengasihi anak-anaknya. Dan Raja Damai, raja yang orientasinya pada kemakmuran dan kesejahteraan masyrakat yang dipimpinnya. (Pasal 9:4-5). Dan selama masa pemerintahannya hal damai sejahtera akan terus menerus teralami di seluruh wilayah pemerintahannya karena pemerintahannya didasarkan pada keadilan dan kebenaran. Bahkan kedua hal ini terus dikokohkannya dan diperjelas bahwa Raja ini berasal dari keturunan Daud. Dan inilah janji Tuhan bagi kaum Israel dalam keterpurukan mereka atas dosa dan kesalahan pemimpin (Raja-raja) tapi juga dikuti oleh masyarakatnya. (Pasal 9: 6)
Masa Raya Adven adalah masa penantian datangnya Sang Juruslamat di setiap tahun sebagai peringatan dan penghayatan akan lahirnya Yesus Kristus Sang Raja Damai yang telah lama dinubutkan oleh nabi Yesaya. Masa raya Adven tidak hanya menunggu secara pasif tetapi juga secara aktif mengikis, memperbaiki dan memperbaharui prilaku dan tindakan yang tidak mencerminkan keadilan dan kebenaran sebagaimana Tuhan hadir dalam pemerintahan yang adil dan benar. Orang percaya yang sedang merayakan masa Raya Adven harus sedia dan rela membawa perdamaian di segala situasi dan kondisi di manapun ia tinggal dan hidup serta tidak hanya memfokuskan diri pada kesiapan secara materi untuk kesenangan sesaat. Mempersiapkan kebutuhan secara materi untuk Perayaan Natal tidaklah harus mendominasi prioritas hidup kita di bulan Desember yang pada akhirnya dapat menghalangi kita untuk melihat Terang yang sesungguhnya yang sudah memindahkan kita dari kegelapan, kesukaran dan kesuraman pada suasana hidup yang penuh damai sejahtera. Amin.