Sobat obor, apakah saudara masih ingat kisah penciptaan yang ditulis dalam Kejadian 2:15, “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”. Ingat! Manusia ditempatkan untuk mengusahakan tetapi juga memelihara taman itu. Kepercayaan TUHAN Allah kepada manusia telah diberikan sejak awal dunia ini diciptakan. Bagi TUHAN Allah, manusia diciptakan berbeda dengan ciptaan yang lain agar manusia dapat menjadi rekan sekerjaNya untuk mengusahakan atau mengelolah yang dipercayakan kepadanya. Dalam ay. 14 dikatakan, “Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuhtumbuhan untuk diusahakan manusia”, artinya TUHAN Allah telah menyediakan untuk manusia mengusahakan atau berdaya upaya. Hal itu menandakan TUHAN mau agar manusia punya upaya, tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan baik (KBBI). Jadi manusia yang berusaha tidak boleh lepas dari maksud atau kehendak TUHAN. Karena dengan mengusahakannya (Ibr. Abodah, diusahakan. Ingat kata ini juga berkaitan erat dengan pengertian Ibadah. Jadi Mengusahakan adalah juga Ibadah kita) dalam aturan yang TUHAN Allah tetapkan, itu berarti sebagai bukti bakti atau sembah kita kepadaNya. Sehingga ketika yang diusahakan itu memperoleh hasilnya, maka yang dinikmati adalah hasil terbaik dan memberi sukacita/menyukakan (Ibr. samakh, bergirang/bersukacita) dan membuat wajah berseri-seri (Ibr. tsahal, bersinar).
Dimana-mana orang ingin sukses, berhasil dan hidup mapan. Dari situasi itu maka kemudian kita ingin dihormati dan dihargai serta mendapat status sosial karena diterima disemua kalangan dan itu menjadi kebanggaan kita. Tetapi, tidak banyak orang yang mau berusaha atau menjadi pejuang tangguh, apalagi menjadi seorang yang bertanggungjawab untuk yang dikerjakannya. Ternyata, kita hanya sekedar berjuang, berusaha tapi tidak dalam konsep tujuan hidup yang benar seperti yang TUHAN Allah kehendaki, ingat! Ungkapan Paulus “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk TUHAN dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23). Sangat jelas Bukan? Apapun itu berarti tidak ada pengecualian, semua yang kita kerjakan atau usahakan haruslah sebagai bentuk bakti, sembah, rasa syukur kita kepada TUHAN Allah yang sudah menganugerahkan semuanya bagi kita. Sekalipun ada banyak hal yang berat dijumpai ditengah proses juang kita. TUHAN pasti tidak akan membiarkan kita sendiri. Bagian akhir dari reffrein KJ. 408 menjadi penegasan untuk keyakinan kita akan pemeliharaanNya; “apakah yang kurang lagi jika IA panduku”. Amin. (ARMI)