SOBAT obor, bacaan saat ini ingin menyampaikan esensi pengorbanan dan nilai kehidupan rohaniah yang sejati. Ajaran ini menjadi panggilan untuk memahami bahwa hidup ini memiliki makna yang lebih dalam ketika kita memprioritaskan nilai-nilai kerajaan Allah. Dalam Markus 8:35, Yesus menyatakan, “Sebab barangsiapa ingin menyelamatkan nyawanya, akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya”. Ini bukan sekadar pernyataan tentang pengorbanan, tetapi suatu undangan untuk menyadari bahwa hidup yang sesungguhnya terletak dalam memberikan daripada menerima. Melalui pengorbanan, kita memperoleh pemahaman mendalam tentang kasih Allah yang tanpa syarat. Ini menuntut kita untuk melepaskan ego dan ambisi pribadi demi mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga, yaitu hubungan kita dengan Allah dan sesama. Markus 8:36, menambahkan dimensi kebijaksanaan spiritual, “Apakah gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” Firman ini mengingatkan kita untuk tidak terperangkap dalam sikap mengejar materi dan popularitas dunia. Yesus mengajarkan bahwa mengorbankan nilai-nilai kekal demi kesenangan sesaat adalah suatu kehilangan yang sebenarnya. Selanjutnya, Markus 8:37 mengungkapkan kebenaran yang mendalam, “Apakah dapat ditebus seseorang dengan sesuatu yang lebih berharga dari pada nyawanya?” Ajaran ini memandang nyawa sebagai suatu yang tak ternilai, dan pertanyaannya menjadi panggilan introspeksi bagi setiap orang. Apa yang kita tawarkan kepada dunia, apakah sebanding dengan nilai kekal yang dimiliki oleh setiap jiwa?
Sobat obor, renungan ini mengajak kita selaku pemuda gereja untuk mengukur prioritas hidup. Mungkin dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali terjebak dalam tuntutan dunia yang bersifat sementara. Yang akan jadi panduan untuk menemukan kedalaman kehidupan rohaniah yang sejati, untuk mengikut Yesus dengan sepenuh hati.
Dengan mengintegrasikan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dipanggil untuk hidup dalam kebijaksanaan yang ilahi, memprioritaskan nilai-nilai kerajaan Allah, dan mengorbankan diri untuk kasih dan pelayanan kepada sesama. Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan sejauh mana kita bersedia melepaskan sesuatu yang sementara demi sesuatu yang kekal, dan bagaimana pengorbanan itu membentuk karakter kita sebagai murid Kristus. Amin.