Penulis : Pdt. Deni Leiden Waljufri, S.Th
SOBAT Obor, apakah satu kata yang tepat untuk menggambarkan orang Kristen? Ya, benar kata itu adalah: KASIH. Seluruh pemberitaan dalam Alkitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sebenarnya hendak mengatakan tentang kasih Allah akan dunia. Betapa la mengasihi bumi ciptaanNya ini. Betapa Tuhan mengasihi manusia meskipun manusia tidak setia pada-Nya. Hanya dalam kekristenan, Allah itu disebut juga sebagai Kasih. Oh, tetapi lihatlah! Bagaimanakah cara hidup orang Kristen itu? Apakah identik dengan kasih yang mendamaikan dan mempersatukan? Lihatlah betapa banyak cara hidup pribadi Kristen yang bertentangan dengan kasih Allah. Perkataan mereka penuh dengan makian, sumpah serapah. Kejahatan jalanan terjadi di mana- mana. Di daerah yang kita sebut sebagai Yerusalem di Indonesia ini, orang- orangnya hidup dalam ketakutan karena ancaman pembunuhan di mana- mana. Pertikaian antar kampung, bahkan antar saudara banyak sekali viral di media sosial. Bahkan telah menjadi semacam lelucon akhir- akhir ini yang berkata: bukan Manado kalau tidak ada penikaman dan perselingkuhan, oh sungguh miris dan membuat malu.
Mengapa banyak orang Kristen tak mampu mengasihi? Kai-ena banyak yang tak paham tentang siapa Tuhan Yesus itu. Banyak orang memisahkan Tuhan Yesus dengan kasih-Nya. Sehingga percaya hanya di ucapan tak sesuai dengan perlakuan. Mengasihi hanya di tataran teori tak nampak dalam praksis. Dalam Perjanjian Lama sejumlah teks melukiskan kasih yang terjalin di antara anggota keluarga, sahabat, juga antara tuan dan budak. Di atas segalanya, umat Israel harus mengasihi Allah, sesamanya, juga orang asing di negeri mereka. Para nabi dan orang bijaksana membandingkan kasih Allah kepada umatNya dengan kasih antara suami dan istri. Kasih yang mendalam antara mempelai laki- laki dan perempuan dalam kitab Kidung Agung dipahami sebagai gambaran kasih Allah yang mendalam kepada umat-Nya. Yesaya mengatakan bahwa kasih Allah pada umat-Nya bagaikan kasih seorang ibu kepada anaknya. Dalam kitab Injil, Yesus mengajar para murid-Nya untuk menaati perintah yang peling utama yaitu mengasihi Allah dan sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. Yohanes sendiri menekankan besarnya kasih Allah kepada dunia, dan Yesus mengajak murid- muridNya untuk saling mengasihi. Yesus bahkan mengajarkan kepada murid-Nya untuk mengasihi musuh- musuh mereka karena Allah juga berbuat demikian. Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani yang sering dipakai untuk kasih adalah agape, kasih yang rela memberikan diri kepada orang lain. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian BAru, kasih yang dikehendaki Allah dari umat-Nya adalah kasih yang nyata dan terbuka menjangkau sesama, bahkan juga musuh mereka. Kasih seperti itulah yang telah Allah kerjakan dalam diri Yesus Kristus dan harus dilakukan oleh umat-Nya di dunia ini.
Surat 1 Yohanes ini menjelaskan tentang Allah yang adalah kasih dalam relasi dengan sesama. Kasih itu harus terwujud dalam kehidupan sehari- hari yang nyata. Bagaimana mungkin seseorang mengatakan mengasihi Allah kalau ia tidak mengasihi saudaranya. Bagaimana mungkin kita bisa mengklaim memiliki relasi intim dengan Allah kalau kita tak bisa membereskan pertengkaran antara kita dan saudara- saudara kita. Mengapa Allah berkata demikian? Karena orang Kristen hidup berdasarkan anugerah selamat. Kasih yang kita terima adalah pemberian Allah dan bukan karena kita yang mengasihi Allah terlebih dahulu. Jadi, apabila kita tak mampu mengasihi saudara kita berarti kita tidak layak sebenarnya untuk menerima kasih yang merupakan anugerah dari Tuhan itu. Sungguh luar biasa Tuhan Allah yang kita kenal dalam Yesus Kristus ini. Berbahagialah kita karena Allah yang kita kenal memperkenalkan diri sebagai KASIH. Tak ada yang seluhul dan mulia ini dalam pengajaran spiritual selain Tuhan yang mengasihi umat-Nya bahkan rela berkorban untuk menyelamatkan umat-Nya. Maka sekarang, sebagai umat yang dipilih Tuhan untuk diselamatkan, kemuliaan kasih Tuhan itu harus nampak dalam diri kita. Dan barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. Amin. (DLW)